Rabu, 12 Maret 2014

Jalan-jalan PTT : Leaving for Raja Ampat

Rabu, 12 Maret 2014 08.07 wit.
Seorang anak kecil di belakang gw berteriak,"daa..daa sorong.." ketika pesawat garuda kami GA698 siap untuk lepas landas. Tak terasa waktu 6hari di Sorong-Raja Ampat berakhir dengan temponya. Perjalanan dan petualangan yang menyenangkan bersama 13kawan baru, Bayu, Anjar, Galih, kakBonar, kakRunny, Bimbim, Wandy, kakRafii, kakFirman,kakAnca,kakSuli,kakEtty, kakLily dengan dua guide kakZeth dan kakJosuwa. Ah.. feel much better after travelling eventough always feel there's something gone.

Travelling itu bagi gw adalah sebuah petualangan. Gak harus pergi ke tempat mahal, gak harus dengan perencanaan matang, gak harus dengan orang-orang yang dikenal. Travelling itu adalah sebuah petualangan, dimanapun, dengan cara apapun, bersama siapapun yang terpenting adalah tetap bersenang-senang dan membuat semuanya menjadi menyenangkan.

Hidup adalah sebuah pilihan. Dan ini yg gw pilih, sebuah perjalanan raja ampat yang kelak akan menjadi sebuah kenangan yang manis tuk dikenang

120314 08.21wit

Selasa, 04 Maret 2014

Cuap-cuap PTT : Funny February


Cuap Cuap PTT part 5 : Funny February

Senin, 10 Februari 2014 : Cerita Lumpur dan Belut 
jackson theis - 4 years old
Sudah dua hari ini Taja diguyur hujan tiada henti. Kadang deras,kemudian berganti menjadi gerimis, kemudian deras sebentar, dan gerimis berlanjut berkepanjangan. Termasuk hari ini, meskipun hari senin adalah hari kerja karena hujan terus turun sedari tengah malam, petugas baru tiba sekitar pukul 10.00 wit lewat dan  beberapa bahkan tidak masuk kerja (sudah biasa di sini), pasien pun hanya satu dua, tak banyak kesibukan, sehingga melamun menjadi salah satu pilihan (ok, daripada nggosip kan?)
Memandang jauh keluar jendela. Taja benar-benar basah. Dan, ketika memandang jauh, menemukan anak-anak tengah asik bermandikan lumpur. Tunggu, bukan main lumpur. Mereka melongok jauh ke dalam genangan lumpur yang banyak di sekitar komplek puskesmas. Banyak kubangan tanah lumpur yang jika musim hujan, benar-benar nampak seperti lahan untuk bersawah, menanam padi. Ada yang mereka cari di dalam genangan lumpur tersebut. Bahkan semenjak kemaren malam, dengan sepatu boot, baju yang diikatkan di kepala, dalam rintikan hujan gerimis mereka asik ‘mengobok-obok’ kubangan lumpur yang ada. Gw pun mendekat, penasaran dengan apa yang mereka lakukan dengan ‘kostum perang’ yang menurut gw lucu.

Cerita PTT : Kwarja - anak Ayam yang kehilangan Induknya


Cerita PTT : Kwarja  – Ayam yang Kehilangan Induknya

Minggu, 21 Februari 2014
Kembali bertugas untuk melakukan pelayanan kesehatan di kampung Kwarja. Dan Meski kami sudah tidak  ada ikatan kontrak dari dinkes kabupaten sebagai ‘tim flying care’ di kampung kwarja, kami tetap melakukan pelayanan di kampung tersebut sebagai bentuk pelayanan puskesmas Taja yang mem’cover’ seluruh wilayah distrik Yapsi, termasuk di dalamnya kampung Kwarja. Butuh waktu sekitar 2 ½ - 3 jam untuk mencapai lokasi yang kami tuju, lebih singkat disbanding waktu pertama kali kami masuk ke kampung ini, 6 jam perjalanan. Kwarja yang terletak di bagian timur laut distrik Yapsi merupakan salah satu kampung penduduk asli papua yang ada di distrik Yapsi, selain kampung Tabeyan, kampung Bundru, dan kampung Rifi. Masyarakat kwarja mempunyai bahasa suku sendiri, bahasa Kwarja yang hanya dimengerti ya oleh orang kwarja. Kata salamnya kwarja adalah,”amsan..”..

Cuap-cuap PTT part 4: Move On - Antara Masa Lalu dan Masa Depan


Cuap Cuap PTT part 4 : Move On – Antara Masa Lalu dan Masa Depan

Selasa, 7 Januari 2014 : Anak-anak Timor di Kampung Trans Ongan Jaya

“Masa Lalu adalah Masa dimana Kejadian  Buruk pun bisa menjadi Hal yang Lucu jika Dikenang”

Matahari yang merona jingga senja itu di kampung Ongan Jaya , Taja. Di sebuah kampung transmigrasi di pelosok pedalaman Papua. Konon, di akhir tahun 1980an ketika misionaris dan tentara masuk, masyarakat asli belum mengenal cara berpakaian, tinggal di Hutan, dan masih terisolir. ketika misionaris dan tentara masuk, masyarakat pergi bersembunyi, menganggap orang asing datang untuk membunuh mereka. namun tak butuh waktu lama, masyarakat asli Taja ini mulai terbuka, dikenalkan tentang cara berpakaian, bercocok tanam, dan dibuatkan rumah sosial dalam sebuah kampung untuk bertempat tinggal. Tak berselang lama, di awal tahun 1990an, kurang lebih di tahun 1994, ketika program transmigrasi sedang ramai-ramainya digalakkan, kampung Taja dibuka sebagai wilayah transmigrasi. Dari Jawa, dan dari Nusa Tenggara (Timur terutama), mereka yang sulit mencari pangan dan merajut hidup dikirim dan dipindahkan di sini.