Senin, 09 Juni 2014

looking for

wake up in the morning and realize its not true... there're something not in their way and I think its time for me to find my Lord again as soon as possible before 'something' happen.

I'm happy enough, but I know,Its not what i looking for.... *marimencaridanmencari (monday, june 090614)

Sabtu, 07 Juni 2014

zero space


Karena kosong adalah isi, dan isi adalah kosong

numb

when we tired to listen people's say.. close the eyes, close the ears, just feel what ur heart say (070614)

Celebes pu Cerita (10) : Akhir SebuahCerita


Celebes pu Cerita (10) : (Monolog) Akhir Sebuah Cerita

"menyusun mimpi baru” kata afit, di suatu malam dalam sebuah percakapan

Celebes pu Cerita (9) : Makasar - Secuil Cerita

Celebes pu Cerita (9) : Makasar -  Secuil Cerita

H8 : Sabtu, 17 Mei 2014
Om-om kernet sibuk manggilin penumpang yang belum turun dan memberi tahu bahwa bus akan berhenti di pemberhentian terakhir. “peteran peteran… terakhir terakhir…”. Teriak sang kenet. Bus Bintang Marwah yang kami tumpangi sudah nampak sepi, cuman tinggal kami bertiga dan dua penumpang yang masih molor. “huaah.. malesss turun, masih pengen tidooor”kata gw sambik nguleet. baru kali ini naek bus yang comfort banget, tempat duduknya kayak kasur, empuk, bin lebar dan panjang, beneran executive bus banget lah, tidur pun jadi terasa nyaman tanpa goncangan, haha *ndeso. Kami berhenti di tepian jalan peteran dan langsung dikerubungi oleh banyak tukang ojek dan supir taksi, bingung-bingungan mo kemana. Tapi untung sebuah penunjuk jalan mencerahkan kami kemana kami akan melangkah. Sebuah papan bertuliskan, “McD, drive thru 500m” membuat kami sepakat,”sarapan dulu yuk…. Sambil isitrahat, charger hp, bersih2, jernihin pikiran, baru jalan”. Dan ternyata 500m itu gak deket, udah rasa jalan lama tapi koq gak sampe-sampe. “koq gak sampe-sampe sih?dimana sih?gak keliatan?”kata gw mulai meragukan penunjuk jalan. “naek pete-pete aja ya.. “usul gw dan semuanya sepakat. Udah poda males jalan. Semenit naek pete-pete, tibalah kami di McD Alaudin. “yeeeiyy….. McD, akhirrrr nya, setelah nyaris setahun gak makan mcD, yeiy… yieyy”teriak gw girang lantaran di papua emang kagak ada McD. Satu jam lebih kami nongkrong di mcD, santé-sante saja, sambil nikmatin menu mcD breakfast.
dari blog diah : travelingdiah.blogspot.com

Celebes pu Cerita (7) : Palopo - Negerinya Para PHP

Celebes pu Cerita (7) : Palopo - Negeri Para PHP
“negeri ini Kaya. Alamnya, budayanya. Hanya bagiamana kita sebagai generasi muda mau menjaga dan mempertahankannya”

H6 : Kamis,15 Mei 2014
Matahari bersinar terik siang itu ketika kami satu persatu mulai terbangun dari lelapnya tidur. Pukul 09.00 siang waktu Indonesia bagian palopo, dan basecamp GMKI cabang Palopo (rumah kedua kakAnto) yang menjadi tempat kami beristirahat nampak berantakan, semua barang, keril berserakan dimana-mana. Anak-anak masih bermalas-malas untuk bergerak. Dua belas jam bukanlah waktu yang singkat untuk sebuah perjalanan motor. Energy terkuras, ditambah dg dua hari pendakian membuat Otot-otot seluruh badan menjadi tegang dan terasa nyeri sangat jika disentuh. Sekaleng susu ‘beruang’ bear brand menjadi penyegar pagi itu (eh siang denk). “Jadi, kita mo kemana hari ini?”Tanya gw. “kita makan kapurung dulu, putar kota palopo sebentar, ke sungai jodoh, makan lapak-lapak di rumah aidil , baru lanjut ke Toraja. bagaimana?’kata kakAnto, dan kami pun sepakat. Sebuah mobil avanza kami sewa untuk membawa kami jalan-jalan. Aidil kribo menjadi driver kami, dan pipit pacar aidil,Pipit dan kawan palopo lainnya menjadi guide kami hari itu.

Celebes pu Cerita (8) : Toraja - Kearifan pada Kematian


Celebes pu Cerita (8): Toraja - Tanah para Leluhur 

“Berteriak lantang, aku selamatkan kau
Berteriak lantang, aaaakuu selamaaatttkaaannnn kauuuuu
Beri tanda, aku datang, menjemputmu, menjemputmu
Beri tanda, aku datang, menjemputmu, menjemputmu”
(Sheila On 7, Menyelamatkanmu)

H7 : Jumat,16 Mei 2014
Lagu Sheila on 7, Menyelamatkanmu berputar nyaring dari dalam mobil. 2014, tapi masih ada ternyata mobil yang pake ‘kaset pita’ untuk memutar musiknya, hingga jadilah kami selama perjalanan hanya mendengarkan lagu dari album pertama Sheila on 7 berulang-ulang. Suasana kembali menjadi ceria dengan lagu-lagu Sheila setelah sebelumnya terasa canggung lantaran gw ama diah marah-marah sama kakAnto  gegara anak-anak yang bangun siang dan kami kesiangan. “katanya jam 7?jam 7 wib?oh, jam Indonesia denk…”kata gw ketus ke kakAnto yang menghampiri gw ama diah yang bermuka kecut di beranda basecamp gmki palopo. “iya,sori, sori, ya udah, yuk jalan…”kata kakAnto gak berani banyak bicara ketika waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 siang. Tapi kemarahan itu gak berlangsung lama, gak lucu juga kalo jalan-jalan sambil marah-marah, haha… (*resiko jalan sama cewek2 Taurus, sekali marah, nyruduk beneran :p ). 

Jumat, 06 Juni 2014

Celebes pu Cerita (6): trully Unexpectable Moment I ever Had

Celebes pu Cerita (6): So Unexpected Trip 

“12 hours we spent on motocycle, riding from enrekang to palopo across tana toraja and north toraja, and that’s so un expectable moment I ever had” tutut, 2014
H5 : Rabu,14 Mei 2014
Indonesia itu Indah. Enrekang itu Kaya, dan Latimojong itu Luarbiasa (capeknya). Rasa lapar yang mendera kami padamkan segera ketika pada akhirnya kami tiba di basecamp kami di dsKarangan. Lagi-lagi mie instan menjadi menu andalan yang mudah dan cepat untuk disajikan. Rasa lelah kami lampiaskan dengan bermalas-malasan dalam waktu yang cukup lama di basecamp. Teh hangat dan beberapa biscuit ringan pun langsung lenyap seketika menemani kami beristirahat. Huuffff, akhirnya, setelah dua hari dua malam selesai juga perjalanan latimojong kami. 

Celebes pu Cerita (5) : RanteMario - and finally my 2014's Resolution no.2 is Done!!

Celebes pu Cerita (5) : Rantemario 3478 mdpl Puncak Tertinggi Celebes
,”kalo di rinjani ada yang namanya 7 bukit penyesalan. Kalo ini,namanya Unlimited Bukit Penyesalan… kampreett!!!”
Afit,2014
H4 : Selasa, 13 Mei 2014
Dinginnya Pagi & Arti sebuah Semangka
Suara  gemericik air hujan terdengar lembut jatuh membasahi tenda kami. gerimis tak kunjung berhenti semenjak semalam. Berharap gerimis segera reda sebelum kami melanjutkan perjalanan menuju pos pos berikutnya. “Woyy… bangun, banguuun…” teriak seseorng dari tenda sebelah sambil mengguncang-guncang tenda kami. “haizzz… siapa sih ini? mengganggu sekali.. masih mengantuk ini..” gerutu gw. udara terasa sangat dingin, lebih dingin disbanding waktu di Karangan. Matras pun tak mampu menahan lembab dan dinginnya tanah pos 5. Waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi waktu Indonesia bagian pos 5 latimojong dan Diah langsung bangun bergegas mencari kompor berencana untuk membuat ‘nutrigel birthday’nya  yg rencana akan dinyalakan di puncak Rantemario. Rencana yang pada akhirnya batal lantaran kami terkena badai waktu di Puncak. “wohoiii… bangun, banguuun… su siang ini” teriak seorang lagi, kali ini mengguncang-guncang tenda sebelah. Betul adanya, cahaya sudah cukup terang untuk beranjak dan beraktivitas. Satu persatu bangkit dan segera mempersiapkan sarapan paginya, kopi, susu, dan snack ringan menjadi pembuka sebelum sarapan pagi dimulai. Aidil dan Sere mendapat tugas untuk mengambil air di sumber air ditemani Kamal dan gw yang penasaran sejauh apa sumber air di pos 5. Dan ternyata, 500 meter itu, jauh banget. lumayan lah, pemanasan sebelum trekking, dengan medan yang licin, menurun,dan banyak terhalang oleh pepohonan yang su lama tumbang dan tentu saja, lumut dimana mana. Tapi  hal ini menjadi tak ada artinya ketika sudah sampai di sungai yang menjadi sumber air kami. cantik banget aliran sungainya!!! Aliran sungai yang beradu menerobos bebatuan yang licin oleh tebalnya lumut menyeruak diantara lebatnya pepohonan. Udara yang dingin menjadi tak seberapa disbanding dengan dinginnya air sungai yang jernih dan deras menyerupai air terjun kecil lantaran mengalir dari susunan batu bertingkat. “brrrr… gilaaaa, dingin banget!!! ini mah lebih dingin daripada air es di freezer rumah ni”kata gw ketika mencelupkan tangan ke dalam air. aidil ketawa,”ayo… coba mbak masukin tangan selama 5 menniiitt saja, berani gakk??” kata aidil menantang. “ah… ogah. Elo aja dah. Sana gih, coba, ntar kalo tahan 5 menit gw traktir dah”kata gw ngajak taruhan.”ah, mbak aja ya.. 2 menit deh…”tawar Aidil, tapi gak ada satupun yang mau. Masukin tangan sebentar aja udah beku, apalagi mo dua menit. Kami pun membatalkan taruhan, memilih untuk segera membersihkan diri cepat-cepat, sikat gigi,dan mengisi air pada botol-botol bekal. Tapi, meski dingin, air yang diperkirakan bersuhu sekitar -30C ini seger banget buat cuci-cuci muka. Lumayan lah biar muka kusut jadi agak segerannnn *hii, meringis. 
 

Celebes Pu Cerita (4) : Latimojong - Never Ending Nanjak

Celebes pu Cerita (4) : Latimojong - Never Ending Climbing

“tarek nafas dooollloooooo” Awall,2014

H3 : Senin, 12 Mei 2014
Udara dingin desa Karangan menusuk tajam menembus tubuh yang mungil ini *tsah. Dua jaket tebal, kaos kaki, sarung tangan, dan kantong tidur bahkan tak banyak mengurangi rasa dingin di pagi itu. *brrrh….. hujan turun dengan derasnya selama semalaman makin menambahkan dinginnya udara di desa Karangan. Rasa dingin yang membuat kami menjadi semakin malas beranjak dari kantong tidur masing masing. Gw bangkit, berusaha melawan rasa dingin di badan,menyiapkan menu sarapan yang sama dengan menu sebelumnya,telur, sayur, dan nasi panas. Tak berselang lama, satu persatu kawan lain terbangun, dan bergegas menyiapkan perlengkapan pendakian. Kamal, dan Awall yang menjadi team leader, mengkoordinasikan alat dan perlengkapan yang ada.”bawa pakaian secukupnya aj, barang yang gak perlu ditinggal di sini. yang bawa keril 4 orang saja, yang lainnya free, jadi kalo kecapekan biar bisa gantian.” kata Kamal menjelaskan. empat keril,tiga daypack berisi tiga tenda bermuatan 3-4orang,beberapa sleeping bag, 3 nesting 2 kompor, pakaian dan peralatan pribadi, obat-obatan, dan logistik selama 2 hari pendakian selesai kami siapkan dengan cepat. Selesai menyiapkan peralatan, kami bergegas untuk sarapan. Awall, yang belum lama ini mendaki latimojong, memberikan pengarahan tentang medan yang akan kami tempuh. “target kita hari ini sampe di Pos 5 saja. tapi ya kalo bisa sampe Pos 7, lebih baik lagi. Dari sini ke Pos 2 medannya cenderung gak terlalu mendaki. Di awal nanti sampe pos 1 kita melewati perkebunan2 masyarakat. Dari pos 1 ke pos 2 cenderung menurun karena posisi pos 2 yang cenderung di bawah. Sumber air juga banyak di Pos 1 dan Pos 2, jadi gak usah terlalu khawatir masalah air. dari Pos 2 medan akan terus menanjak, sumber air gak ada di pos 3 dan 4,jadi kita harus ada persediaan air yang cukup dari pos 2. Di Pos 5 deket sumber air, dan kita akan bermalam di sana. Besok pagi, baru kita lanjut untuk summit, dan langsung turun kembali ke Karangan” kata Awall panjang lebar. Yang lainnya menyimak dengan seksama. Dari 11 orang, hanya 3 orang saja yang sudah pernah mendaki Latimojong. “nanti di pos 2, jangan lupa untuk melekatkan rotan di tubuh, boleh dibikin gelang, kalung atau apapun. Udah jadi tradisi pendakian di sini, harus seperti itu” Awall menambahkan. “emang kenapa harus pake rotan?’tanya gw penasaran. Awall gak bisa kasih penjelasan,”yaaah, udah jadi tradisi. Itu pesannya dari masyarakat di sini” jawab Awall. Gw, diah, dan afit saling berpandangan. Hmmm, dimana di situ bumi dipijak disitu langit dijunjung. “ada pantangan tertentu gak untuk ndaki latimojong?”Tanya diah kemudian. Awall tersenyum, menggeleng.”cuman itu saja, harus pake gelang rotan, nti kalo kita liat ada rotan, kita buat di sana. pantangan lain gak ada, yang penting etika di alam aja, seperti biasa.”jawab Awall santai. 
Tepat pukul 08.45 wita kami memulai langkah pendakian kami setelah sebelumnya berdoa dan berteriak untuk kesuksesan pendakian kami. Awal menjadi leadernya dan Kamal menjadi sweepernya. Perkebunan kopi milik masyarakat mendominasi pemandangan sepanjang perjalanan dari basecamp hingga pos 1 Buntu Kaciling. Medannya  pun tak terlalu sulit berupa jalan-jalan setapak batu menembus bukit-bukit kecil penuh pohon kopi, ataupun lahan kebun masyrakat setempat. Karena banyaknya bukit-bukit dan jalan setapak inilah yang kadang membuat pendaki agak sedikit bingung menemukan jalan menuju pos 1, ditambah lagi tak adanya penunjuk jalan menuju ke arah sana. beruntung leader kami Awall yang berada di depan sudah beberapa kali mendaki gunung ini, sehingga tak terlalu sulit baginya untuk mengarahkan kami hingga tiba di Pos 1 satu jam kemudian. 

Pos 1 sendiri, terletak di atas suatu bukit yang masih berada di areal perkebunan kopi. Sebuah gubuk singgah berdiri tak jauh dari Pos 1 menjadi tempat peristirahatan sementara kami. melihat banyak batang rotan bersebaran di sekitar gubuk, Awall langsung berinisiatif untuk membuat gelang rotan untuk dirinya. Kawan lainnya pun mengikuti. Dipotongnya rotan dan dirautnya hingga halus dan diikatkannya pada pergelangan tangan. Adek kecil Rendi nampak asik dengan pisaunya, meraut dan menganyam rotannya agar nampak  berbeda dengan yang lain. “looh, koq bikin di Pos 1?? Katanya bikinnya di pos2?”Tanya gw. “gak papa, bikin di sini juga gak papa koq. Yang penting ada rotan”jawab Awall yang masih sibuk dengan gelang rotannya. “tutut mau dunk dibikinin..”pinta gw pada yang lain.  pisau lipat yang hanya berjumlah tiga digunakan bergantian dengan yang lain. Bocor yang sudah selesai membuat gelang rotannya, mendekat meminta lengan gw untuk dipasangkan gelang rotan buatannya. Gw tersenyum,”aseeekk… dibikinin…. Entar tutut pake dah sampe besok2”kata gw kegirangan. Tambah lagi koleksi gelang di tangan. Bocor hanya diam, sedikit tersenyum. Selama perjalanan, dirinya tak begitu banyak berbicara, tapi sangat dan super membantu sekali. Satu kawan pendaki yang belakangan diketahui abis ditinggal kawin pacarnya. Konon pendakian ini adalah pendakian galaunya. Pendakian untuk menghilangkan kegalauan yang mendera di jiwanya *tsah. *wishU’reOkayBocorBoy^^. Role No.3 : Dimana Bumi Dipijak Disitu Langit di Dijinjing. Jangan lupa pake Gelang Rotan selama pendakian Latimojong ya kawaaannn.

Tak lama beristirahat, kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 2.dari Pos 1 ini medan baru mulai memasuki hutan. Belantara hutan yang cenderung basah karena banyak ditumbuhi lumut. Hal ini pulalah yang membuat suhu di Latimojong lebih dingin dibanding gunung2 yang mungkin lebih tinggi seperti Rinjani ataupun semeru. Bisa dibilang Hutannya Latimojong tu Hutan Hujan Tropis. Jalan setapak yang dilalui cenderung berlumpur dan licin. Kata diah,”tanahnya merah..” tapi menurut gw bukan,”ah, warna coklat koq..” bantah gw.”ini tanahnya merah tut..”.ini lhoo, warnanya coklat. Merah tu kayak gini”tunjuk gw ke jaket gw. perdebatan yang sebenarnya tak penting -_-“. Mungkin yang dimaksud diah adalah tanah merah, tanah lumpur, tanah liat lah ay. Tanah yang subuh untuk dipakai bertani (wooh, that’s why enrekang menjadi daerah perkebunan yang menjadi pemasok utama kebutuhan sayur mayur di Sulawesi selatan). Selain masalah medan yang berlumpur dan licin, pacet menjadi salah satu momok mendaki Latimojong. Pacet, yang berhasil membuat ‘many hole’ di tangan, kaki (waktu dihitung ternyata ada 24titik bekas gigitan). Awalnya gw gak terlalu peduli dengan yang namanya pacet. Cuman ngisep darah doank koq. “oh, noh, isep noh, darah gw banyak” kata gw gak terlalu peduli. Abis ngisep juga nglepas sendiri. Diah yang pake sandal rajin banget nyemprotin hansanitizer ke dorang pu tangan dan kaki karena lumayan efektif mencegah nempelnya si pacet, dan mempercepat lepasnya pacet dai tubuh. Makanya lumanyan gk digigit pacet. Sedangkan gw, beuuh, berdarah dimana-mana bekas pacet tapi tetep masa bodoh. t api, after several time, abis turun gunung barulah efeknya muncul, garuk, garuk, dan menggaruk. Luka bekas gigitan pacet itu tiada ampun gatalnya, gak mau hilang, kalo belum nimbulin koreng *maaaak. Role No.4 : Every Place has their own unique character.kenalin karakter suatu gunung sebelum didaki, dan persiapkan  segalany. Jangan lupa pake sepatu gunug ya kawan, jangan bodo’ kayk gw yg pede pake sandal,haha  Mendekati pos 2,medan mulai menurun, dan terus menurun. Suara aliran air semakin deras terdengar. Yap, Pos 2 terletak tepat disebelah derasnya aliran sungai. Sebuah batuan datar seperti piringan berada sedikit lebih tinggi dari aliran sungai, dengan sebuah tebing batu besar yang menaunginya menjadi satu gambaran dari Pos 2 Sarang Fakfak. Waktu menunjukkan pukul 12.00 wita ketika awall, bocor, yusar,rendi, dan gw menjadi yang pertama tiba di Pos 2. Puas mengabadikan gambar di pos 2, kami pun menyiapkan menu makan siang. Semalam sebelumnya kamal dan kawan lainnya sudah membuat ‘lontong’ bekal pendakian kami sehingga kami hanya perlu memasak lauk dan pelengkapnya saja. salah satu strategi penghematan waktu^^. Satu hal yang lucu adalah menu ikan asin. Baru kali ini naek gunung bawa bekalnya ikan asin. Tapi ternyata orang Sulawesi, khususnya orang palopo yang gw ketahui, mereka doyan dengan yang namanya ikan asin. Padahal, secara nutrisi, gak ada sama sekali, tapi kalo dilogika lagi, menu ikan asin bagus juga untuk pendakian. Baik untuk mengganti elektrolit yang hilang selama pendakian. Kan,natriumnya ikan asin tinggi bangeet.  Hal konyol lainnya adalah ternyata margarine yang kami bawa untuk menggoreng ikan asin tertinggal di basecamp, sehingga terpaksa deh tu si ikan cuman dibakar-bakar saja di atas api. Geli liatnya, dimakan aja bikin gatal di lidah, eh, tapi enak juga yaaa *meringis. Diah yang dari awal sudah bilang,”no.. no… gw gak suka ikaaan!apalagi sarden ato ikan asiin”, terpaksa selalu mendapatkan menu tersendiri, mie rebus, tanpa sarden ataupun ikan asin, disaat yang lainnya begitu menikmati ikan asin bakar yang disantap bersama lontong2an buatan kawan.
       
 
pos II buntu kaciling

berlanjut, langkah kaki mulai berjalan menyusuri kembali jalan setapak menembus lebatnya hutan menuju pos 3 dan pos 4. Jarak antara pos 2 ke pos 3 tidaklah terlalu jauh, hmm, sekitar 800 m – 1 km. hanya saja, medan yang ditempuh adalah tanjakan tanjakan tiada henti. Dari pos 3 ke pos 4 tidaklah jauh berbeda, dengan jarak yang sama sekitar 1 km berupa tanjakan-tanjakan semi berlumpur semi berbatu. gw, yang bukan seorang pendaki cukup merasa ngos-ngosan sejak dari pos 3. Dada berdegup kencang, Keringat menjadi dingin, kombinasi antara kekurangan elektrolit, hipoglikem, dan keracunan kopi (salah sendiri minum kopi). Diah dan Afit yang merupakan pendaki jawa saja mengakui bahwa medan nya ‘lumayan’ bikin kelelahan. Kawan-kawan dari palopo masih cukup bersemangat dalam melangkah. Hanya si Aidil saja yang nampak mulai kelelahan karena membawa beban keril dipunggungnya yang mulai terasa berat. “tareekkk nafass doooolloooooo” teriak Awall yang berada di depan, berhenti melangkah setiap menemukan daerah yang cukup datar untuk beristirahat. Gw yang menyusulnya dibelakang ikutan berhenti, berusaha mengatur nafas. Hooosh, hooosh. Bahkan tanpa bawa beban di punggung pun nafas udah satu-satu. Awall hanya tersenyum, tertawa melihat gw, dan yang lainnya yang nampak kelelahan. “masih semangat?” tanyanya laagi. Gw tersenyum, meski terasa lelah, ini belum seberapa, baru sampe pos 3, jadi harus semangat. “semangat dunkkk!!”dan kami melanjutkan langkah. “Semangkaa… Semangat Kalolo” teriak Awall dan lainnya. Kecepatan langkah kami bersebelas tidak lah jauh berbeda satu sama lain, jika satu dua yang di depan sudah mulai terlalu jauh dari yang dibelakang, mereka akan berhenti, beristirahat sambil menunggu mereka yang tertinggal di belakang. Rendi,adek kecil dan Yusar yang sama-sama paling muda selalu menjadi yang terdepan dalam melangkah, mengikuti langkah kaki sang leader,Awall. “ayo mbak… semangka!!!bgsgsoghr”kata Rendi dengan logat palopo yang sering bercampur dengan bahasa palopo. “adek.. ko bicara apa kah? Pake bahasa Indonesia dunk, tong tra paham ko bicara apa..”kata gw. Bisa dikatakan Rendi termasuk yang paling susah bahasa Indonesia, susah dimengerti dan lebih sering tercampur dengan bahasa daerah yang sering kali membuat gw,diah, dan afit cuman bisa bengong, dan bilang,”hhee?????”penuh tanda Tanya. Bahasa Rendi, yang sering terpeleset-peleset dan menimbulkan tawa buat kami yang asing mendengarnya. Tapi, gak bisa dipungkiri, rendi lah yang paling mantab fisiknya, paling sering bawa keril, dan jarang ngeluh capek. Setiap lagi istirahat, suka ngeluarin joke, joke yang bikin semua orang tertawa. Kata rendi,”harus bikin lucu lucu to… biar tak capek” dengan logat nya yang lagi-lagi membuat kami tertawa. Mantab betul dah.Role no.5 : life is bout balance, take an enough breath and lets walk again. Tarek Nafas Doolllooooo…Mencapai pos 4 pada pukul 15.00, 1 jam lebih cepat dari target awal, membuat kami menjadi lebih santai dalam melangkah. Ditambah lagi lantaran rasa lelah sudah cukup mendera beberapa orang yang membawa keril besar. Aidil lagi-lagi menjadi yang terakhir tiba di Pos istirahat. Sudah bawa keril paling berat, setiap sampai di Pos, selalu mendapat hukuman untuk scot jump dan push up masing2 10 hitungan. “emang kenapa sih si aidil kribo dan sere selalu dihukum?’tanya gw, memperhatikan Kamal dan Awal yang malah menikmati dalam menghukum kedua orang itu yang masuk dalam anggota KPA Gerhana Sawerigading. Gara-gara mereka lupa ambil slayer gerhana tadi waktu di awal pendakian..”kata awal menjelaskan. gw manggut-manggut. Gak paham sebenarnya. Anak-anak komunitas pecinta alam ternyata punya aturan sendiri dalam pendakian. Kata diah menjelaskn,”jadi mereka tu lagi dalam pendakian ekspedisi, karena masih anggota baru, jadi setiap naik gunung harus ambil slayer anggota untuk menaikkan level di komunitas. Begitu. Ada juga yang dipake sebagai syarat sah menjadi anggota baru”. Gw cuman manggut-manggut, ribet dah jadi anggota KPA, ada senioritas yunioritas, ada hukuman, ada aturan, gak bebas kayaknya. Eh, tapi mereka jadi punya dasar ilmu pendakian *bolehboleh.
“ok, kita lanjut lagi ya…”ajak Awall. Semuanya pun bangkit dari istirahatnya. “Semangkaa????”teriak Awall, dan yang lain menjawab,”Semangat Kalolo…” berkali-kali si Awall atau yang lainnya berteriak,Semangka!!!  yang lainnya jawab : Semangat Kalolo. awal yang gw gak terlalu peduli mereka bicara apa,gw jadi penasaran.”Awall, semangat kalolo apaan sih?” Tanya gw. “kalolo tu bahasa paloponya pemuda. Anak laki-laki. Makanya, Semangka!!!!semangat Kalolo, semangat kau pemuda!!” kata Awall sambil tersenyum. Gw baru paham kalolo aartinya anak laki-laki to. “jadi, kalo anak perempuan apa?”Tanya gw lagi. “anak dara…”jawab Awall singkat. Gw langsung bongkar tertawa,”bwahaha.. apa? Anak dara? Burung dara kaleee…haha.lucu banget sih”,kata gw. “Semangka!!! Semangat kalolo, semangat ko nak Dara…”kata Awall lagi. Gw cuman tertawa, sekali lagi tertawa, aneh-aneh saja ni bahasa palopo. Gw pun ikutan berteriak,”diah.. Semangka!!!semangat ko nak dara…” . kami pun melanjutkan perjalanan. Dan setiap kawan-kawannya mulai nampak lelah, Awall hanya berteriak,”Semangka???” dan selalu kami jawab dengan lantang,”Semangat Kaloloooo…” *such a nice yell
Jalur dari Pos 4 menuju Pos 5 tak jauh berbeda dengan Pos 2-3 dan Pos3-4,bahkan cenderung lebih tak terlalu melelahkan karena beberapa kali dapet ‘jalur bonus’ karena jalur yang cenderung datar. Jarak antara pos 4 hingga pos 5 pun tak terlalu jauh, sekitar 1km jauh jaraknya. Tepat pukul 17.00 sore kami tiba di Pos 5 Soloh Tama, dengan ketinggian 2625mdpl. “wa…akhirnya…sampe juga di Pos 5. Gilaaa… trekkingnya gilaaa…kampret, kampret”kata gw berteriak sambil meluk pohon dengan papan bertuliskan “Pos 5 Soloh Tama”.  Tak lama berselang, afit, diah dan kamal menjadi yang terakhir datang. tak lama berdiskusi, Kamal dan Awall memutuskan untuk menghentikan perjalanan sampai di Pos 5. “ok… sampe sini saja ya… kita ngCamp, terus besok turun…haha”kata Awall malah bercanda. Mengingat hari yang sudah senja, angin yang mulai kencang, dan kemungkinan turun hujan,dan badai dan fisik kawan2 yang sudah jauh menurun,  disepakati tim untuk berTenda di Pos 5, perjalanan menuju Pos 6 dan 7 dirasa tidak memungkinkan untuk dilanjutkan hari itu, melainkan  keesokan harinya. Angin berhembus dengan kencangnya ditambah suhu udara di Pos 5 yang sangat dingin membuat kami benar-benar berat untuk melakukan aktivitas. Kamal dan seorang kawan bergegas mengambil air di sumber mata air yang berjarak sekitar 500 meter dari area perkemahan sebelum matahari terbenam. For your information aja, Pos 5 sendiri berupa satu lokasi datar yang luas yang dikelilingi banyak pohon tinggi ramping menjulang ke atas. Tanahnya tanah lumut yang basah dan lembab. Sumber mata airnya lumayan cukup jauh dari lokasi Pos, yaitu sekitar 500 meter, 20 menit berjalan kaki menurun ke bawah ke arah timur laut.
Angin semakin kencang, dan cahaya semakin temaram karena malam, dan kami pun lekas mendirikan tenda, tiga tenda untuk 11 anak manusia. gw bertiga dengan diah, afit, satu tenda berisi kamal,awal,bocor,dan k’Anto, dan satu tenda lainnya dihuni aidil,sere,yusar,dan adek kecil rendi. Makan malam kami segerakan untuk bisa mendapat kehangatan dalam tenda, dan satu persatu pun beranjak  dari dunia nyata, ke dalam dunia mimpinya masing-masing.
Meski satu persatu kawan cepat terkapar dan terpejam, malam itu, gw, diah, afit memilih menghabiskan malam dengan bercerita. Saling bercerita tentang kehidupan yang sudah kami jalani, kehidupan gw, kehidupan afit, ataupun kehidupan diah. Kehidupan kami bertiga yang  sangat berbeda satu sama lainnya. Dan lagi-lagi, masa lalu, menjadi satu pokok pembicaraan yang tak pernah luput untuk dibahas (masa laluuuu biarlah masa laluuu, jangan kau ungkit, jangan ingatkan akuuuu * lets sing, dangdut, ) we have three different character, we have three different kind of life, and we have our own perspective bout life, but here we’re.. we still happy, and enjoy with this (270514 00.17)
pos 5