Selasa, 16 September 2014

Ngasal Cuap : When U decide to Life Alone #randomthinking

Ngasal Cuap : When U decide to Life Alone #randomthinking
hidup itu pilihan cuy
List to Do & Prepared when U decide to
 Life Alone
1.  Have enough money (richer better). 
Its mean u have to have a good career,  have good business, and good investment
2. Be healthy. 
Have a good nutrition, eat well, sleep well, get exercise routinely so u  still can be health and  be  productive till 70 y.o
3. Make more relationship, more friends, more network, more connection.

Accidental Story of Wamena (6) : List of Wamena 2014



Accidental Story of Wamena (6) : List of Wamena 2014
merchandise from wamena
Wamena itu  :
·    Wamena, berasal dari bahasa Dani, Wam (babi) dan Ena(jinak / anak), yang berarti babi jinak. Wamena merupakan ibukota dari Kabupaten Jayawijaya, salah satu kabupaten yang terletak di Pegunungan Jayawijaya,Papua
·    Wamena merupakan kota yang terletak di ketinggian 1600mdpl dan memiliki suhu udara rata-rata 14-18 derajat celcius. Jangan lupa bawa jacket.*brrr,dingin
·    Lebih dikenal dengan dengan Lembah Baliem, atau Baliem Valley, atau Grand Valley, yang didiami oleh 3 suku asli, Suku Dani, suku Lani, dan suku Yali

Accidental Story of Wamena (5) : Sayurnangka eh Sayonara

Accidental Story of Wamena (5) : Sayurnangka eh Sayonara
angkutannya wamena itu ya minimal strada ato ford ranger

Day 4 : Monday, August 11st 2014 : Sayonara
Last day at Wamena, times for leaving. kakakRoy mengantarkan gw ke bandara, setelah sebelumnya menemani gw belanja markisa dan ipere untuk oleh-oleh keluarga sentani. “hati-hati… salam buat keluarga sentani..”katanya singkat sambil melambaikan tangan. Gw tersenyum. Ah, sungguh kakakRoy yang baik (thx for ur kindness). Di sebuah bangku ruang tunggu gw menunggu setelah sebuah tiket checkin gw pegang dalam genggaman. Ruang tunggu penerbangan yang sederhana. Gak ada checking point, gak ada gate, hanya sebuah ruang yang dibatasi oleh tembok bata dan atap seng. Gak ada LCD untuk pengumuman penerbangan, dan gak ada toilet bersih. Truly wamena. 

Minggu, 14 September 2014

Accidental Story of Wamena (4): Getting Lost Again ?



Accidental Story of Wamena (4): Getting Lost Again ?
Day 3 : Sunday, August 10th  2014 – Telaga Biru Maima
Telaga Biru, Maima
Kalo kebanyakan orang Jawa yang mayoritas adalah muslim menganggap hari jumat adalah hari pendek (karena kegiatan terpotong oleh ibadah shalat jumat), di sini, yang mayoritas adalah masyarakat nasrani, hari pendek itu ya hari minggu, karena aktivitas baru bisa dimulai setelah acara ibadah selesai, sekitar pukul 12.00 siang. Kalo kata temen-temen tu hari Minggu adalah Harinya Tuhan, jadi gak ada aktivitas di minggu pagi, selain ibadah. Di minggu pagi di Wamena itu jalanan sepi, hanya satu dua kendaraan yang berlalu lalang, dan toko-toko pun semuanya tutup, gak ada aktivitas perdagangan kecuali di Bandara, Hotel, dan Rumah Sakit.  This why, agenda untuk hari Minggu, hari ketiga gw dipending hingga siang hari, setelah acara ibadah gereja selesai.

Accidental Story of Wamena (3): Culture and The Outsiders



Accidental Story of Wamena (3): Culture and The Outsiders
Day 2 : Augt 9th 2014 – Hitigima and back to FBLB
Hitigima
Friska kembali mengajak gw gabung dengan acara jalannya. Kali ini, gw pasrah, mo kemana aja, hayuk dah. “soriii.. I’m late..”kata gw yang datang paling belakangan. friska dan teman2nya sudah cukup lama menunggu. “it’s ok, kita juga baru datang koq”kata friska sambil mengenalkan teman-temannya. Teman2 yang juga baru friska kenal hari itu. Ceritanya kakYesa gak bisa antar friska jalan2 so, friska ‘dititipin’ ke temannya yang ada rencana jalan ke luar wamena, tepatnya di hitigima. Dari sini lah gw dikenalin dengan kakGasco, kakSelastina, kak Marthen  dariBelanda (semoga gw gak salah mengingat), dan kakSintike. Bersama mereka, kami baku bonceng, friska dengan kak Sintike,  kakMarthen dg kakSelastina,  Dan gw dg kkGas. Sekitar 30 menit perjalanan, kami tiba di Hitigima, 20km arah timur wamena. Secara letak, posisi hitigima lebih tinggi disbanding kota wamena, sehingga udaranya jauh lebih dingin disbanding wamena (bah, wamena saja udah dingin…). Pemandangan sepanjang perjalanan menuju hitigima gak kalah cantik dengan perjalanan wamena-wosilimo. Ah, gw rasa gak ada pemandangan yang jelek di kabupaten jayawijaya ini. pemandangan yang didominasi padang savanna dengan latar bebukitan menemani perjalanan kami. keluar dari wamena, kami melewati pasar Wouma,kemudian menyeberang jembatan miring yang nyaris ambruk… kakGas said,”it’s maybe the worst bridge I ever see..” motor kkGas mencoba berjalan diatas papan kayu yang sudah pecah di sana-sana, motor dan mobil dari arah berlawanan pun harus baku ganti satu sama lainnya untuk melintasi jembatan.”hold on…”kata kkGas. Gw yang bonceng dibelakang cuman tahan nafas, jangan sampe ban motor ni selip di papan. Agak khawatir sih, but maybe it’s cool!kalo dijawa, jembatan kayak gini mungkin udah masuk tivi kareNa kemiringan jembatan yang terlampau miring dan banyaknya motor dan mobil yang melintasi jembatan ini. jelas, resiko untuk jembatan ini amblas dalam waktu dekat itu besar. padahal sudah ada jembatan baru dan besar di sisi timur jembatan, tapi entah kenapa belum dioprasionalkan dan dibuka. Di sisi lain pemadangan sungai baliem yang terlihat di bawah jembatan nampak begitu menarik perhatian.  Air sungai yang berwarna kecoklatan dan tak memenuhi seluruh lebar sungai menyisakan tepian sungai yang dipenuhi batukerikil-kerikil, yang Uniknya nih, dipakai oleh banyak orang untuk mencuci dan berjemur. Jadi inget sungai di india (kayak di film2 india). Gw perhatiin pakaian2 nampak direntang dijemur dihamparan kerikil, beberapa mama-mama sibuk mencuci pakaian, beberapa lainnya hanya nampak duduk-duduk sambil baku menganyam rambut, dan yang bikin gw kaget adalah beberapa nampak tengkurapan badan ditepian sungai. Meeen, itu lagi berjemur???? Sungguh. Just so unique. Truly like in india.

Accidental Story of Wamena (2): Amaze on Anything

Accidental Story of Wamena (2): Amaze on Anything
 Still on Day 1 : Augt 8th 2014 - FBLB – Goa Lokale – Mumi Jiwika – Bukit Batu – Pasir Putih 
mumi Wimontok Mabel, desa Aikima,Distrik Kurulu

Goa Lokale
Puas menikmati pertunjukan di festival, kami memutuskan untuk meninggalkan area festival dan menuju tempat berikutnya. Goa Lokale, yang hanya berjarak sekitar 200 m sebelah  utara dari lokasi festival. Dari friska, gw kenal kakYesa, seorang batak yang sudah 5 tahun berada di Wamena, yang mengantarkan kami ke Goa ini. ah, ternyata kakYesa sudah sering kemari sehingga kenal dengan masyarakat setempat dan kami dipermudah untuk bisa memasuki goa. Goa Lokale yang kedalamannya belum diketahui ini dipercaya merupakan goa terpanjang di Papua. Dari pintu masuk, kami berjalan sekitar 20 meter melewati banyak pohon pinus untuk bisa sampai di pintu goa. Menurut cerita kakYesa, pernah satu kali seorang warga asing melakukan penelitian untuk mengetahui kedalaman goa ini, tapi sudah 4 hari perjalanan ujung si Goa belum juga ditemukan, sehingga mereka beranggapan goa ini memilik kedalaman yang cukup panjang.

Accidental Story of Wamena (1) : Where am I ?



Accidental Story of Wamena (1): Where am I ?
*Starting to write something

 Day 1 : Augt 8th 2014 - FBLB – Goa Lokale – Mumi Jiwika – Bukit Batu – Pasir Putih
Matahari bersinar malu-malu dari balik kerumunan awan pagi itu ketika gw bersiap berbegas menuju bandara. Ruang tunggu Bandar udara sentani begitu ramai malas meski waktu masih menunjuk pada pukul 06.00 pagi. Waktu bergulir, satu persatu pesawat dengan berbagai jurusan terbang mengikuti pengumuman penerbangan pesawat yang dikumandangkan. Trigana air IL-241 yang seharusnya termasuk pesawat yang terbang di awal tak kunjung disiarkan. Ternyata seperti dugaan banyak orang, trigana terlambat terbang oleh karena banyak alasan. Di salah satu sudut ruang tunggu gw menanti, berkutat dengan gadget untuk sekedar mengalihkan waktu, sambil sesekali mengamati orang-orang di sekeliling.  Susasa ruang tunggu bandara yang ramai mendayu, simpulku.

Trigana ATR = Kursi Pijat
Sekitar pukul 08.15,  1 ½ jam lewat melebihi jadwal terbang seharusnya, pesawat trigana kami pun pada akhirnya lepas landas dan mengudara. Untuk pertama kalinya gw naik pesawat tipe ATR. Dan rasanya naek pesawat ATRnya Trigana itu berasa seperti sedang duduk di kursi pijat, getarannya, terasa dari ujung kaki sampe ujung kepala. Sehingga meski kata orang 30 menit itu cepat, bagi gw, 30 menit dalam pesawat ATR trigana terasa lamaaaa banget *semogalekassampai dengan selamat

jalan-jalan : Pantai Hamadi



Jalan- Jalan : Pantai Hamadi 



 “kamu sgalanya, tak terpisah oleh waktu. Biarkan bumi menolak kutetap cinta kamu..
Judika – mama papa larang

Lagu –lagu Judika meramaikan perjalanan kami sabtu siang itu menuju pantai Hamadi. Piknik Keluarga menjadi tema perjalanan gw kali ini. “yuk.. ke pantai. rame-rame, sekeluarga. Mumpung libur semua” Pinta gw yang pada akhirnya berlanjut dengan 4 mobil yang dipenuhi oleh keluarga besar tante ipar gw. di mobil kakak sepupu gw, ada gw, adek gw, kakak sepupu gw, anaknya, om gw beserta tante dan dua anaknya.
Pantai Hamadi, yang terletak di distrik Hamadi, Kota Jayapura, merupakan salah satu objek wisata pantai favorit yang ramai dikunjungi saat musim liburan. Selain pantainya yang panjang, bersih, berpasir putih, dan mudah di akses, pantai ini sudah dikelola dengan cukup baik oleh masyarakat setempat sehingga nyaman untuk dikunjungi. Para-para / bale-bale atau apapun itu namanya berdiri rapi di sepanjang pesisir pantai. toilet / kamar mandi baik permanen maupun yang hanya berdindingkan anyaman bamboo pun sudah tersedia banyak di dekat para-para. Di pintu masuk, beberapa penduduk lokal akan menarik tariff masuk sebesar 20.000 permobil atau 10.000 permobil tanpa melihat jumlah penumpang sebagai pengunjung. Sedangkan untuk bale-balenya satu bale-bale akan dipungut biaya sekitar 50.000 – 100.000. yah, cukup murah lah untuk acara piknik keluarga.

cuap-cuap PTT : sekedar bercerita

Cuap-cuap PTT : Sekedar Bercerita

“ derita itu akan menjadi lebih ringan ketika kita membaginya. Sedang kebahagiaan akan menjadi berlipat ketika kita membaginya” –dee,2014-

Kamis, 3 Juli 2014 ( 5 Ramadhan 1435H)
Lamunan itu terpecah ketika segerombolan orang datang membuat kericuhan di halaman tengah puskesmas. Bukan orang mabok, bukan pula orang bertengkar. Seseorang yang nampak tak seperti seseorang yang sakit dikerubuti oleh banyak orang. “dokter, dokter… tolong ini ada yang kebakaran!!!” teriak seseorang dengan cemas padaku. Gw pun bergegas mendekat. Semua orang nampak panik kecuali satu orang, orang yang terkena luka bakar. “aish… ora popo yo… santé.. santé…” kata Om Pi’i, nama yang akhirnya kuketahui belakangan. Ekspresinya jauh dari rasa sakit, malah sebaliknya hanya cengar-cengir bercanda. “wah… ganti kulit iki…”katanya lagi. Gw cuman bengong, di level luka bakar seluas ini dengan bulla dimana-mana, Om Pi’i masih saja bisa tertawa. Ketika seseorang bertanya tentang rasa sakit dirinya menjawab,”hah… sakit’e wez lewat…. Santé to…”katanya lagi. Gw gak terlalu percaya dengan apa yang dikatakannya. Gw suruh omPi’I untuk berdiri di dekat sumur dan sekujur air langsung diguyurkan padanya dan dirinya masih saja tertawa haha-hihi.
Luka bakar derajat II dengan luas sekitar 20% yang mengenai lengan dan tungkai kiri om Pi’I terjadi sekitar 6 jam sebelum dirinya tiba di puskesmas kami. lengan dan tungkainya tersambar api ketika dirinya hendak menyalakan tungku dengan menggunakan lentera yang berisi bensin, di tengah hutan, di salah satu camp para penebang kayu. Om pi’i sendiri adalah seorang pemburu burung (semoga gw gak salah menyebutkan), yang yaah, kesibukan hari-harinya ya di dalam hutan, sehingga untuk bisa sampai di puskesmas butuh waktu berjam-jam lamanya.

su lama ya....

ah... su lama tra tulis di blog ini... *syalalala