Cuap-cuap PTT 6: Asal Cuap
Kamis, 20 Maret 2014 : antara Mata
dan Telinga
ini kenapa ya?
setiap lepas kacamata, pendengaran gw jadi terganggu deh. eeerghhh #jomblogila
#otaklengket
Jumat : 21 Maret 2014 : Siapa anda,
epen kah buat saya?
“Menghargai
sebagai manusia. menghargai tanpa melihat status. Karena manusia itu sama,
tiada beda”
Pak kepala
sekolah,” kalo yang minta pak
Bambang,bagaimana dokter, k bisamasa g??”Tanya pak kepala sekolah sambil
melirik pak Bambang. Gw hanya tersenyum. “pak bambang? Maaf, siapa ya dia? Pejabat?tokoh masyarakat?presiden? epen
kah buat saya??”jawab gw dalam hati. “kami
mohon lah dokter…” pinta pak kepala sekolah lagi.
Di suatu siang,
seorang kepala sekolah SMA dan seorang tokoh masyarakat (yang sangat dihargai
dan dihormati orang –orang sekampung), datang meminta gw untuk meminjamkan
ambulan untuk membawa seorang guru yang sedang menderita gangguan jiwa untuk
dibawa turun ke kota. Alasannya, mobil ambulan gw lumayan tinggi dan gak
gampang kandas jika dibawa turun kota yang medan jalannya luar biasa jelek,
becek, dan bolong-bolong (sebagian masih belum beraspal, melainkan jalan tanah,
beda dengan mobil biasa yang gampang kandas, pun kalo pake mobil ambulan lebih
murah, beda dengan kalo sewa mobil yang bisa habis sampe 1jutaan. alasan yang
menurut gw gak banget. pun, ambulan dipinjam bukan untuk merujuk, melainkan
hanya sekedar untuk mengantar orang ke bandara, pun kondisi pak guru baik-baik
saja, gak perlu itu ambulan ambulan. Meeen, apa gak ada mobil lain?? . maka, dengan
keras gw menolak untuk meminjamkan ambulan. Gimana kalo pas ambulan turun, ada
yang gawat dan perlu dirujuk?siapa yang mo tanggung jawab? Mereka?. mo dia
kepala sekolah, tokoh masyarakat, orang penting, kalo pinjam ambulan untuk hal gak gak semestinya, ya gak gw
pinjemin. Gak ada itu istilah ‘pengecualian’. tapi kemudian pada akhirnya,atas
perintah puskesmas, mobil ambulan dipinjamkan. “maaf dokter, mobil ambulannya dipinjamkan saja ya. gak enak sama pak
bambang. Soalnya yang minta pak Bambang jadi, saya sungkan.”. eeengh… -_-“.
maka, jadilah ambulan itu dipakai untuk yang gak seharusnya. Hm….
Satu yang lucu
dari kejadian ini adalah mereka merasa bisa mendapatkan ‘satu previllage’, pengecualian,
lantaran mereka adalah tokoh masyarakat, Orang Penting, yan bisa mendapatkan
apa yang mereka mau. Ini yang saya gak suka, di sini orang terlalu berlebihan
mendewakan seseorang. Dan terkadang, yang yang merasa dirinya ‘penting’, makin
‘bikin diri sekali’.- #kepalabatu #otaklengket
Sabtu,
22 Maret 2014 : Budaya
Setelah beberapa hari ini selalu
bangun siang dan terlambat datang kerja ke puskesmas (padahal jarak rumah dinas
dan ruang kerja cuman 23langkah kaki), gw baru sadar, kayaknya gw udah mulai terbawa
dengan budaya di sini deh. budaya jam supeeeeerrr kaaaretttt, budaya omong
kosong, budaya tipu-tipu, dan budaya nao-nao (budaya gak jelas). Huffff……. #papua #karet #random
Rabu,2 april 2014 : budaya marah
marah
Karena Amarah tak akan menyelesaikan apapun. Hanya akan berakhir
pada lelah dan kesia-siaan belaka”
"Bapa..klo
bapa marah marah. saya tra kan bantu
bapa..."kata gw dengan nada tinggi.
Seorang
laki-laki berusia sekitar 40tahunan mendatangi ruang periksa tanpa permisi dan
melangkahi beberapa pasien yang sudah banyak mengantri.gw mencoba mencari2
namanya di tumpukan rekam medis pasien yang berobat hari itu.
"Maaf..
bapa pu nama siapa? Nti klo su gilirannya saya panggil ya..."kata gw
masih tersenyum ramah.dan bukannya
merespon dengan baik, dirinya langsung bicara lantang. Ok, masih sedikit sopan
dengan menjulurkan tangan mengenalkan namanya.
"Saya
bapa ondo bundru ini..sa su berkali kali ke sini ko tra kenal sa?" kata
bapa dengan nada bangga nya sebagai ondo. Jiaah, mo situ ondo kah?bos kah?kepala
kampung kah?presiden kah? Epen buat gw. (Kata gw dalam hati)
"bagaimana
ini puskesmas sa kemaren suruh anak buah minta petugas periksa sa pu masyarakat
tapi trada yang datang..makanya sa turun tangan.."gw cuman menghela nafas
panjang
"Bapa..
bapa klo marah marah begini sa tra bisa bantu bapa.. tolong bapa duduk dulu..
bicara baik!"kata gw dengan nada tinggi tapi masih dengan tersenyum. Bapak
yang masih gak mau duduk dan cuman marah2 ni teruz menyalahkan gw. Gw pun
akhirnya naik pitam. Meeen, gw gak salah apa apa gak ngerti apa apa dimarahin
pagi-pagi.
"Bapa..
saya dari kemarin standby dipuskesmas tra da orang yg datang untuk minta sa
periksa pasien di bapa pu tempat. Pun kalo pasiennya
Ini
sudah bukan yang pertama kalinya ada orang datang dan langsung marah marah
dihadapan gw.
"Pun
kalo pasiennya masih bisa jalan bawa ke sini to biar tong bisa periksa baik.klo
memang tra bisa bangun nti kitong bawakan ambulan buat bawa pasien ke sini
ya... tapi bapa bicara baek.."kata gw menjelaskan.
"Iyo..
tapi harus sekarang ya.. harus sekarang!!!sa pu masyarakat ni kondisi su tra
baik jadi.."katanya lagi selalu mendesak.
Tiba
tiba kepala puskesmas gw masuk ke ruangan dengan gerakan cepat. Mungkin karena
denger suara gw baku keras sama ni satu bapak. Gw perhatiin juga orang orang di
luar merhatiin gw. Pak hendra kapus gw menepuk pundak pak Ondo menenangkan,
berbicara sebagai penengah.dan akhirnya setelah bicara ini itu dan blablabla
meluruskan semuanya dan "mengalah" akhirnya disepakati pasien untuk
dijemput ambulan. "Aih.. bapa ni pu bicara memang keras begini
sudah.. sa bukan maksud marah
marah.."kata bapak mengakhiri pembicaraan.
Pembicaraan
pagi itu akhirnya berakhir. Gw cuman menghela nafas. Ok, bukan sekali dua kali
ini gw bertengkar dengan penduduk asli. Pernah suatu ketika ibu ibu datang
marah marah karena su menunggu lama tapi namanya belum dipanggil panggil untuk
diperiksa padahal memang belum gilirannya.
Pernah
lagi ada bapak bapak datang langsung minta diperiksa duluan tanpa mendaftar
karena merasa dirinya bapak ondoafi (kepala suku). Fyi ya, di sini tu orang
suka bikin diri layaknya orang penting, padahal bukan siapa siapa. "Nona
dokter.. sa mo di suntik ni..."
"Maaf
bapak.. bapa daftar dulu ya.. baru kitong priksa.."
"Ah..yo
sudah. Ko tulis sa pu nama sekarang e. Sa ini bapa ondo jadi,masa ko tra kenal
sa pu nama. Sa ini yang kasih bebas tanah ini sehingga sekarang bisa jadi
puskesmas.tapi karena sa mengerti ko pu pekerjaan makanya Ko tulis sa pu nama
to, biar ko bisa dapat uang".. ciih, siapa situ???
Maksud
bapak itu, sebenernya dia gak perlu daftar karena dirinya orang 'penting', tapi
karena dengan menuliskan namanya gw bisa claim in di jamkesmas makanya dirinya
mo sebut nama. Eh, tapi bapak gak pake antri???eerghhh.... ganas gw.
Di
lain waktu, ada bapak bapak marah marah karena namanya gak dipanggil panggil.
Kebetulan hari itu pasien lagi banyak. Banyak pendatang juga dan kebetulannya
lagi yang diantrian awal banyak pendatangnya. Tiba tiba seorang bapak orang
papua marah marah.
"Ibu
dokter.. kenapa sa pu nama tra dipanggil panggil? Sa su antri lama ini..!"
Gw
yang lagi nulis cuman mendongakkan muka. "Maaf bapak pu nama siapa?tunggu
sebentar e.. abiz dua lagi ini baru tong periksa..."kata gw mempersilakan
bapak keluar. Eh, bukannya langsung keluar bapaknya malah ngomel.
"Daritadi yang masuk pendatang semua. Kamu jangan pilih pilih pasien
begitu! Kamu di sini tu cuman menumpang makan di kitong pu tanah. Kami orang
papua harus diutamakan! Jangan mentang mentang kamu pendatang kamu dahulukan
pendatang!"kata si bapak yang bikin gw langsung naik darah. Meenn,
judgement nya rasis banget. "Maaf bapak...coba bapak lihat bapak pu nama,
ini masih ada antriannya... sa trada liat warna kulit bapak "Kalo bapak mo
sa periksa... silakan bapa tunggu. Tapi kalo bapa marah marah begini, maaf sa
tra bisa bantu periksa bapak"kata gw kemudian menghela nafas panjang.
Capek hari hari debat sama orang orang.
Teringat gw pada perkataan dokter temen r gw yang
sempet juga kerja di Taja di awal gw ptt, katanya,"mungkin sekarang tutut
orangnya halus, lembut, dan solo banget. Tapi saya yakin, gak lama lagi tutut
jadi keras di sini. Lingkungan bikin kita terpaksa harus keras dan
kejam"dan ternyata benar. Masyarakat di sini tu banyak yang suka
"bikin diri" sekali. Bikin diri, istilah yang orang pake untuk orang
yang 'sok penting', merasa diri penting banget. Terkadang orang suka keras
kepala, merasa dirinya benar. dan jika sudah berhadapan dengan orang yang
demikian pilihannya hanya ada dua, dilawan dengan hati yang keras,;atau
mengalah dengan hati yang lembut. dua dua nya gak ada yangsalah. hanya perlu
sedikit bijak saja dalam menentukan arah... huff
Tidak ada komentar:
Posting Komentar