Cerita PTT : Danau Sentani dan Berbagi
“karena senyum mereka adalah bagian dari
kebahagiaanku. Dan kecintaan pada profesi ini, tak akan ada habisnya”
Pada suatu hari di suatu negeri antah barantah,
sekelompok anak buah badung yang merasa dimanfaatkan bossy bos karena masih
junior dalam suatu birokrasi, berusaha menolak perintah bossy bos karena
diperintah untuk ditugaskan di akhir minggu, di hari libur dimana mereka
sebenarnya menginginkan jalan-jalan di negeri yang kata banyak orang indah itu
– Mutiara Hitam dari Negeri Timur
Bossy
bos :” kalian besok ikut pelayanan
kesehatan yah…” (perintah si bos dengan nada datar)
Anak
buah badung :”maaf pak, kami sudah ada
agenda wiken ini… jumat sabtu kan libur pak, maaf, kami gak bisa..” (jawab
anak buah,keras)
Bossy
bos :” tapi ini perintah… perintah
langsung dari kepala dinas..”(suaranya mengeras)
Anak
buah badung,” tapi…maaf pak.. kami
menolak, kami gak bisa…” (halus tapi dengan suara lantang keras menolak)
Bossy
bos,” sudah saya instruksikan, jumat
kalian bantu pengobatan massal di Puspenda, dan sabtu di danau sentani…”
(jawab bos tegas tanpa ampun)
Anak
buah badung,” hah..? danau sentani pak…??
(berfikir panjang…)” (suara tiba2 melunak, ada nada ketertarikan) (tawaran yang
menggiur kan?)
Bossy
bos,” iya, di kampung ifar besar… nanti
kalian naik jhonson menyeberang danau…” (jawab bos menangkap nada
ketertarikan anak buah)
Anak buah badung,”baiklah
pak… kami laksanakan…” (kata anak buah dengan nada malas, sok gengsi,
tapi…. Argh, damn, damn! Kita mo ke danau sentani nich… aseeeekkk)
Dan begitulah awal mula kami bisa jalan-jalan ke
danau sentani. awal ceritanya kami berfikir kami dimanfaatkan bossy bos untuk
memberikan pengobatan gratis eh tapi
setelah tau bahwa ini adalah kegiatan sosial yang diadakan oleh persatuan
Wanita Gereja dari Jakarta dan kami diperbantukan untuk memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kompetensi kami,kami gak senewen lagi. Malah, ada rasa senang
ketika bisa turut serta dalam kegiatan pelayanan kesehatan ini. Tapi tetep,
kami masih memusuhi bossy bos kami, haha….
makan nasi padang di tengah perjalanan |
Daerah
danau Sentani yang kami tuju adalah di Kampung Ifar Besar di Distrik Sentani
Tengah. Lokasinya gak jauh dari bandara Sentani. kalo dari Lampu merah Bandara
belok kiri (kearah barat) hingga di lampu merah pertama,belok kiri lagi (kearah
selatan) masuk ke Jalan Yahim. Dari jalan Yahim ini, setelah melewati pasar
Lama, pertigaan pertama belok kiri, luruuuus aja hingga entar sampai di Danau
Sentani. Di Danau Sentani bagian distik Sentani Tengah ini bermukim berbagai
macam suku yang menghuni beberapa kampung… pemandangan sepanjang menyusuri
danau sentani itu, iiih, indah banget. langit nya biru kala itu, angin
berhembus kencang hingga matahari terik
di siang hari pun menjadi tak terasa menyengat. Sejukkk…
setelah beberapa saat menunggu perahu datang, kami melaju menuju Pulau
Ifar Besar.. satu yang khas dari pulau ini adalah keberadaan gereja GKI Indri
Phulende (semoga tak salah tulis). Gereja yang berwarn putih ini, kalo dari
Bukit McArthur nampak sangat menonjol sekali, nampak berkilau dari kejauhan
yang menarik untuk didatangi, dan waktu gw datengin, emang sih besar, dan
ternyata kilauan itu muncul karena warna putih dari gereja dan atap seng gereja
yang memantulkan cahaya matahari, makanya nampak menonjol dibandingkan yang
lainnya. Kalo dari cerita kawan gw yang asli Sentani (marganya marga Wali,
termasuk salah satu dari banyak marga yang tinggal di tepian danau sentani.
marga Wali yang kalo kata kawan gw adalah satu satunya marga yang bisa manggil
buaya keluar dari danau sentani… wooow! Nextime gw cerita bagian ini), ok,kalo
dari cerita kawan gw yang asli sentani, Pulau Ifar Besar atau Pulau Asei Besar
merupakan salah satu pulau terbesar di Danau Sentani, yang didalamnya terdapat
3 kampung, kampung Ifale, kampung Hobong, dan Kampung Asei Besar yang
masing-masing dipimpin oleh seorang ondoafi yang memiliki adat sendiri yang
berbeda beda. Di Pulau ini pula berdiri tegak Gereja GKI Indri Phulende yang
merupakan pusat dari persebaran Injil di Sentani (sumber : kawan asli sentani).
dan begitulah sedikit cerita tentang Pulau Ifar Besar. dan di sebuah bale-bale
di atas danau dekat gereja lah kami melakukan pelayanan kesehatan. moment
berbagi yang menyenangkan. Dan gw paling suka sama anak-anak kecilnya.
Anak-anak yang manis dan lugu.. *sukasukasuka
sekitar pukul 16.00 sore pelayanan kesehatan berakhir. Huuf, lumayan
banyak juga pasiennya, dan anak-anak kecil nya yang beramai-ramai datang minta
obat cacing (haha). Lepas melakukan pelayanan kesehatan, kami dijamu makan sore
yang su dipersiapkan warga sebelumnya. Menu andalan, Papeda dengan sayur kuah
kuning. Ikannya, pake ikan gabus khas danau sentani, fresh diambil dari danau
sentani siang itu. Nyummmi! Pluz menu-menu tambahan lainnya, betatas,sayur
bunga pepaya, sayur lilin , dan ikan
mujair. (dan semuanya, TANPA NASI) Semuanya, eenaaaak! Gila, gila. Gw doyan
habis sama yang namanya papeda! Meski pertama makan pengen muntah rasanya
karena makannya harus langsung telan tanpa kunyah, sekarang karena udah tau
triknya jadi doyan. Pokoknya, papeda atau betatas dimakan pake sayur kuah
kuning, itu perfecto! Apalagi kalo makannya rame-rame, selalu ada keseruan saat
menyantapnya. Gw, Andi, dan Juri yang udah bukan pertama kalinya makan papeda,
asik asik aja menikmatinya, tapi Rollin? It’s his first experience eat Papeda.
Waktu dia liad gw ambil papeda sejumlah yang cukup banyk, dia nanya gw,”loe yakin ambil segitu?? Entar gak habis
lho…” , gw cuman meringis aja, gw liad papeda yang ada dipiringnya yang
cuman seuprit gw ketawa,”yah… loe segitu
doang bang? kagak kenyang lho…”., si rollin jawab,” gw mo coba dulu…” . kelar dia makan, gw Tanya lagi,”gimana bang?? enak kan?? Enak??” , cuman dia jawab dengan senyuman
sedikit kecut,”kayak lem kanji tau… hyak..
kagak terlalu doyan gw. enakan betatasnya, coba deh.. ” kata rollin sambil balik ke meja makan, nambah
lagi doi, tapi gak pake papeda melainkan betatas, tambah ikannya, tambah sayur
lilinnya. Emang selera orang beda sih, tapi berani bertaruh,orang pasti bakal
suka dengan makanan orang papua, paling
tidak satu diantara sekian banyak itu tadi. Dan gw, SUKA SEMUANYA!(haha, doyan
apa lapar buk?), bahkan sayur lilin yang rasanya ehm, aneh, tetep aja gw makan.
Lepas makan sore, kami berpamitan. Foto-foto dulu
tentunya, dan berbagi pelukan sebagai tanda perpisahan. Ah, such a nice people.
Semuany warga dan masyarakatnya ramah dan menyenangkan. Ibu pendetanya dan
orang –orang gerejanya pun baikkk banget. gw merasa comfort di sini, dimana
kami semua menyatu tanpa membedakan warna kulit, suku, ataupun agama.
Senja yang indah di danau sentani. kami diajak
berputar mengelilingi pulau sebelum akhirnya kapal jhonson bersandar di
jembatan kuning. Danau sentani dari sisi yang berbeda, indah luar biasa bersama
orang orang yang luar biasa, mereka yang berhati besar.
(monolog)
“Banyak hal yang gw suka dari hari itu bersama ibu-ibu pendeta, orang orang
gereja, dan teman teman sejawat. Bagaimana mereka selalu tersenyum dan tertawa,
bagaimana mereka menyatu dan bersendagurau dengan semuany, bagaimana mereka
berdoa bersama setiap akan memulai acara ataupun saat santap bersama, ataupun
saat mereka memeluk kami berempat, dan kemudian mendoakan kami yang akan
menjalankan PTT selama 2 tahun kedepan. They have a big heart, hati malaikat.
Dan gw banyak belajar tentang itu bersama mereka. Thx God for giving me this moment^^” (140713 22.39)
1 komentar:
Perjalanan yang menyenangkan yah! Luar biasa. Sayangnya jembatan kuning sudah di rubah kalau masih jembatan gantung, indah sekali...
Posting Komentar