Merapi : The Most ‘Woles’ mountain trekking
ever
Memulai menulis lagi,and I’m so excited buat nulis cerita perjalanan
pendakian menuju Merapi, One of most popular mountain in Indonesia even it’s
not the highest in Java.
Kita mulai ceritanya dengan several Fact ‘bout Merapi. Merapi,
dengan ketinggian 2968 mdpl terletak di tiga kabupaten, 2 provinsi, Kab
Boyolali, Kab Magelang,Jawa Tengah, dan Kab Sleman Yogyakarta. Gunung merapi
merupakan salah satu diantara gunung berapi teraktif di Indonesia, dengan
ledakan paling dahysat terjadi pada tahun 2010 yang lalu yang mengakibatkan
puncaknya (yang banyak orang menyebutnya sebagai puncak Garuda) menghilang dan
luas kawah menjadi lebih lebar. Kalo dari kata Bu Sri Sumarti, seorang geolog yogya yangkala itu tengah mengamati aktivitas
gunung merapi bersama tim geolog yogya mengatakan ledakan tahun 2010 termasuk
ledakan besar yang membawa material ledakan hingga 130juta meter kubik dengan
aliran material /lahar/wedus gembel yang sebagian besar mengalir ke arah
selatan (a.k.a Yogyakarta).
Dan dari beberapa fact di
atas tadi lah gw terinspirasi untuk mendakinya. Haha, boong denk. Kalo ditanya
kenapa gw mo naek merapi, adalah gara2 gw udah mulai ketagihan bt naik gunung.
Jadi inget kata bang gondrong waktu abiz turun rinjani, at gili trawangan,”pegang omongan gw tut, sekali loe naek
gunung, bakal nagih loe buat naek lagi dan lagi… gak mungkin cuman sekali aja” kata bang gondrong waktu gw bilang,”kagak bang, gw sekali aja naek gunung, cukup
rinjani. yang penting gw pernah sekali seumur idup pernah naik gunung”.
Tapi ternyata itu cuman omong kosong gw belaka. Gw kemakan omongan gw sendiri.
Lepas dari rinjani, ajakan naek gunung datang bertubi tubi. Mulai dari semeru,
gede, cikuray, kerinci, ataupun salak. Satu persatu gw tolak, kenapa? Ya karena itu bukan gw
banget, gw bukan pendaki, bukan anak gunung, dan terlebih lagi gw lagi kangen
kerja, dan gila2 nya kerja (buktinya, gw bisa kerja 33 x 24 jam nonstop, udah
kayak jombie lah). tapi, perasaan tak bisa disangkal. Entah kenapa, gw tiba2
kangen berat buat naek gunung. Kangen aja, pengen aja ngerasain sensasinya
lagi. Ngrasain capeknya yang terbayar ketika mencapai puncak. That’s all, dan
itu yang bikin gw mutusin buat naek lagi. Awalnya si mo ke Gede sama bang Cempe
yang kemudian dialihkan ke Gunung Salak karena kuota pendaki ke gunung gede
kala itu udah penuh. Mo ke salak, tapi sama si Bee (ß ni
pendaki pemula : pendaki muka lama, alias senior lah kalo urusan naek2 gunung),
gak dibolehin dan ditawarin buat naek Merapi aja (another fact, Merapi ternyata
merupakan salah satu gunung favorit tujuan pendaki2 di sekitar yogya jawa
tengah karena tracknya yg gampang dan view nya yg ok punya). Dan gw ambil
tawaran itu. Mo ke gunung apa, gw jabanin dah, yang penting naek gunung.^^
Dan malem itu Sabtu,24 Mei
2013, kami bertiga berangkat (gw, bima, and penceng ß
temen bima, yg gw baru kenal ya waktu trekking ini). . 24 mei 2013 pukul 20.30
kami tiba di basecamp Barameru, Kec Selo, Kabupaten Boyolali. Logistic dan
perlengkapan sudah kami siapkan sebelumnya, tinggal jalan. Tapi kami memutuskan
untuk sejenak berleha-leha di basecamp. Mager istilahnya : males gerak. Sembari
ngobrol sembari menyeruput ‘kopi hangat’ yang disuguhi seorang pendaki dari tim
sebelah. Sekitar pukul 21.30anlah baru kami memutuskan untuk melangkah setelah
sebelumnya registrasi dan melapor di basecamp.
Malam hari memang menjadi pilihan banyak pendaki untuk mendaki Merapi.
Why? Karena tracknya yang gak terlalu panjang, dan bisa ‘tektok’ lah
istilahnya, malam naik, langsung bisa sunrise paginya dan langsung turun saat
itu juga. medannya juga gak terlalu berat dan resiko tersesat kecil. Di awal pendakian, pendaki akan melewati
perkebunan milik warga, setelah itu, medan yang dilalui hampir sebagian besar adalah jalan-jalan
setapak berbatu yang dikelilingi oleh pepohonan (pohon apa ya?gw gak ngerti
juga si). Butuh waktu sekitar 5 jam bagi kami untuk sampai di Pos II. Termasuk
lama bagi kami memang trekking kali itu. Kondisi fisik yang gak maksimal dari
dua diantara tiga orang membuat kami memang memilih jalan santé. Penceng yang
menderita Kantuk Berat dan Bee yang gak tau kenapa di awal trekking udah
muntah-muntah (masuk angin kayaknya). Cuaca yang cerah malam itu bertepatan
dengan bulan Purnama membuat perjalanan kami menjadi lebih mudah, angin tak
terlampau kencang pun malam serasa terang oleh benderangnya bulan.
Kami tiba di Pos II sekitar
pukul 03.00, dan dikarenakan rasa lapar sudah mendera, kami memutuskan untuk
berhenti dan beristirahat. Bung Penceng yang sedari awal sudah didaulat sebagai
chef kami dalam trekking hari itu, memasakkan kami nasi sup panas beserta tempe
goreng dan sosis goreng sebagai pelengkapnya. Hmmm, menu yang pas untuk malam
yang dingin. Kenyang makan dan berhangat-hangat dengan teh dan susu panas,
ternyata semua dilanda kantuk! dan sepakatlah kami untuk memejamkan mata
sejenak. Bukan hal mudah bagi gw (as pendaki pemula) untuk tidur kala itu hanya
dengan bermodalkan sleeping bag. Yap, cuman sleeping bag tanpa tenda, karena
rencana awal kami hanya trekking tektok. Tapi terpaksa lah karena kantuk bener2
melanda. Bertiga berbagi matras dalam kantong tidur kami terpejam, dan jam
berapa kami terbangun??? Jam 07.00 pagi!! Damn.. gak dapet sunrise dah.. *huhu.
Beneran trekking paling woles lah. nyante betul.. sampe gw bilang ke bee ama
penceng.”ni kita tidur dari terangnya
bulan ampe terangnya matahari dah..”haha.. setelah mata bener2 udah ‘on’,
kami melanjutkan perjalanan, dan ternyata banyak banget yang udah jalan, dan
bahkan udah turun dari puncak.
pagi di merapi |
Dari Pos II ke Pasrah
Bubrah, dibutuhkan waktu sekitar 50 – 60 menit. Pasar Bubrah yang merupakan
satu area luas berpasir adalah titik terakhir sebelum orang orang mendaki
puncak merapi. Banyak juga pendaki yang biasanya kemping pasang tenda di sini.
dari Pasar Bubrah inilah medan menjadi medan berbatu dan berpasir dengan
kemiringan trekking sekitar 45 derajat. Hm, ¾ bagian awal adalah berpasir yang
satu langkah naik setengah mundur, dan ¼ bagian sisanya di akhir adalah medan
yang dominan berbatu. Gak terlalu jauh sih jarak pasar Bubrah dengan Puncak, hm
sekitar 1 jam berjalan, atau mungkin sekitar 1000 meter lah. dan tibalah kami
di puncak Merapi sekitar pukul 08.30a. Yeiy!!!! Puas rasanya bisa sampe puncak
Merapi. Puncak kedua yang berhasil gw raih *alhamdullilah mameeen
Minggu, 25 Mei 2013 09.39 at Merapi 2968mdpl |
Apa yang menyenangkan dari
sebuah pendakian? Entahlah, gw belum bisa menjawabnya. Gw suka pemandangan yang
ada, apapun itu. Gw tipe pengagum, mengagumi banyak hal yang ada di sekitar gw,
mengagumi berbagai macam pemadangan yang Tuhan ciptakan. Dan semakin terkagum
ketika pemandangan itu kita dapatkan setelah susah payah berusaha mengejarnya.
Mungkin ‘cuman’ pepohonan,
rumput-rumput, bebatuan, gunung yang nampak dari kejauhan, pemadangan kelap
kelip lampu kota dari ketinggian, pasir gunung yang terhampar luas, atau kabut
asap belerang yang keluar dari mulut bumi, kaldera-kaldera panjang dan tipis,
mungkin ‘hanya’ pemadangan sederhana, tapi pemandangan sederhana itulah yang
membuat gw terkagum. Sajian alam yang sederhana tapi cantik tiada duanya.
Sebuah kepuasan dari sebuah pendakian. kebersamaan dan serunya berkenalan
dengan pendaki lainnya. Saya sukaaaa...
Sekitar pukul 10.00 kami
melanjutkan perjalanan turun puncak. Maunya sih berlama-lama di atas, hanya
saja, kabut asap sudah makin menebal,dan awan gelap mulai berdatangan. Turun,
adalah pilihan terbaik^^. Dan turun dari puncak, menjadi salah satu keseruan
dari naek Merapi (dan mungkin juga gunung2 lain), karena kami bisa maen
Prosotan!!!*yeiy….Pasir yang begitu tebal (bahkan makin tebal setelah letusan
tahun 2010) membuat kaki benar2 terbenamkan dan potensi untuk terpeleset (bagi
yang amartir, kaya gw) semakin besar. tapi seru dahhh…
maen prosotan di pasir turunan menuju Pasar Bubrah |
Ah, sungguh, pendakian yang
woles bin menyenangkan. Meski cuman bertiga rasanya rame!. Meski hujan terus
mengguyur selama perjalanan menurun, tak mengurangi keseruan trekking, dan saya
syuuukaaa……^^ *listening Amy Search – Cinta Kita our trekking soundtrack
Andai dipisah, laut dan pantai
tak akan goyah gelora cinta
andai dipisah api dan bara
tak akan pudah sinaran cinta
and another picture we have :
waktu mo ngPuncak :ketemu ank2 sma yg celebrating their graduation |
at Puncak Merapi (penceng,bee,bee,gw) |
waktu trekking turun,rame pendaki |
prepare for lunch. masakannya Penceng emang paling best! |
"bukan untuk menaklukkan, bukan untuk membanggakan diri. alam ini, negeri ini terlalu indah untuk kau diamkan saja kawan. pijakkan kaki dimanapun Indonesia berada, dan temukan arti lebih dari hidup ini -dee,2013-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar