Minggu, 19 Juli 2015

Cerita Kerinci : day 6 : Dano Kaco, Jambi

Cerita Kerinci : day 6 : Dano Kaco, Jambi
6 Mei 2015
Awal cerita sebenarnya, danau kaco bukanlah bagian dari itinerary perjalanan pendakian bersama yang consina jadwalkan. Itinnya hanya : berangkat dr jakarta-summit kerinci- danau gunung tujuh-dan kembali pulang ke jakarta. Day 6, tanggal 6 mei 2015 seharusnya adalah jadwal untuk packing berkemas, dan kembali pulang ke jakarta. Tapi, rencana itu kemudian berubah. Awalnya gw pengen banget ke dano kaco. Kata orang-orang ni, dano kaco tu rekomended banget untuk didatengi kalo abis dari kerinci. Wujudnya gimana, tempetnya dimana, trekkingnya gimana, gw gak ngerti. Pokoknya pengeeeeen aja ke dano kaco. Dan karena jadwal gw yang paling fleksibel, gw putuskan untuk tetep ke dano kaco abis dari gunung tujuh (tanpa tim consina), ngajak kak ade sama kak rully bt nemenin gw. tapi, kemudian rencana berubah. Waktu trekking di danau gunung tujuh, tibatiba perasaan pengennya ngajak temen2 consina buat ikut ke dano kaco. Kenapa? Yaaa, gak tau, suka aja jalan ama mereka. Sepi juga donk kalo ke dano kaco sendirian. Kata gw ke berry,”berrr... ayolah, kita ke kacooo, tambah sehari doank koq..”
tapi berry tetep enggak mau. Nggeleng. Gw coba bujuk2 yang lain, kak yanti, usman,” kaak... yuk, ke dano kacoo... tanggung lho...” tapi semuanya nggeleng. Gak goyah sama sekali, lantaran ya emang jadwalnya untuk balik. Sampaiii, di tengah perjalanan kami ketemu seorang pendaki yang ternyata udah ke dano kaco sehari sebelumnya. gw nanya si om om yang trekking ke danau gunung tujuh sendirian, cuman ditemani oleh seorang porter.”kakak su ke dano kaco?”tanya gw,”iyap, udah, kemaren”,”gimana kak, bagus gak?> trekkingnya susah gak?””bagus, banget. kalo kalian trekking ini (danau gunung tujuh) bisa tembus, ya berarti danau kaco gampang laah”katanya, sambil berkeringat, kayak agak kecapekan trekking. Kemudian si om ni menjelaskan, kalo danau gunung tujuh tu trekkingnya masih lumayan nanjak terus, kalo dano kaco medannya flat aja, cuman jauh dan berlumpur begitu kata dorang. Ditengah perjalanan beristirahat kami menyimak ceritanya. Yang lain hanya sekedar menyimak meski gw menyimak dengan mata berbinar bersemangat untuk kesana.”jadi, rekomended banget gak kak?” tanya gw lagi, cari sesuatu yang kuat untuk bisa bujuk teman2 ikut ke dano kaco.”yaah, kalo dah sampe sini si sayang kalo gak kesana... sebentar..” kata si om kemudian mengeluarkan iphonenya dari sakunya. Dibuka bukanya file galery, dan dijulurkannya padaku,”ni...”katanya menunjukkan hasil capture annya dari dano kaco. Gw langsung mengangaaa..”wua... bagus banget, bagus bangeet...”kata gw girang, nunjukin ke yang lain.kemudian si kk nunjukin satu video yang dibuatnya dari atas, truz nyemplung ke dalam danau,video yang mungkin hanya berdurasi kurang dari 2 menit. Video yang memperlihatkan birunya danau kacoo, jernihna danao kacau dan penampakan damai menghipnotis aura disekitar dano..”wuaa...... cantik banget, banget banget... rekomended ini!!!’ kata gw lagi yang cuman direspon senyuman dari si kakak. Satu persatu kawan pun ikut mengintip si video. Muka muka amaze setengah goyah untuk ke danau kaco mulai nampak.”gimana kak, gimana?? Yukk kak yantiii..” kak yanti adalah orang pertama yang nampak tergoda untuk ke danao kaco.”kak usman, yukkk... plizzz, hayukk...” kak usman pun nampak juga tergoda.”hayo, sayang lho, dah jauh jauh ke sini, gak mungkin kan besok2 jauh2 dari jakarta cuman ke dano kaco. Budgetnya jadi lebih mahal lagi. yuk, yukkk...”. kak essa pun mulai tergoda, tapi semua balik lagi ke berry. Karena kaptennya ya berry, keputusan ada di tangan berry.”kalo saya si ngikut berry..”kata kak essa.

Meski semuanya pengen ke dano kaco, karena dano kaco bukan masuk dari itin yang disepakati consina, maka merekapun gak bisa berbuat apa-apa.”terserah Berry si..”kata kak yanti. Maka, berry pun jadi sasaran rayuan gw.”berrr... ayo lah, pliz, plizz... ntar kalo ada budget tambahan kita bayar koq. Yukk.. yukk” tapi si berry tetep kekeuuh. Sepanjang perjalanan di dano gunung tujuh pun dano kaco jadi topik utamanya.”ber,, pliz, pliz, ayo berrr... yukkk”kata gw masih bujuk2 berry.”berry mo apa? Mo dibuatin apa?? Sini sini, polo dulu. Yuukk berrrrr...”kata gw sambil peluk2 berry. Tapi berry tak bergeming. Mo dibujuk rayu kayak apa tetep aja gak mau.”bery kan belon pernah kan ber.. anggep aja survey, ntar kalo ternyata bagus kan bisa dimasukin ke dalam itin paket pendakian consina, kasih tambah budget dikit, tapi ntar bisa dapet untung lebih lhooo..”kata gw, cari sejuta alasan biar berry mau ke dano kaco.”ya, terserah berry deh. Gw tetep besok dano kacoo.. ih, tapi lebih seru kalo ada kalian deh..” *tetep, masih merajuk. Sebenarnya berry memang tertarik untuk ke dano kaco, hanya saja, memang banyak alasan yang membuatnya untuk tak bisa mengubah jadwal yang sudah disusun dari awal. Entah karena dia mo ada breifing dihari setelah kami ke kerinci, entah karena dia juga harus lapor sama bos nya, entah banyak alasan lainlah. Hingga malamnya Kulihat berry sibuk mondar mandir kesana sini, menguhubungi beberapa orang, termasuk bosnya, berbicara dalam bahasa formal lewat saluran telepon, sesekali membuka leptopnya mencari informasi tentang danau kaco, kemudian mengkonfirmasikannya ke beberapa orang. Kami yang lain hanya bisa memandangi nya dari kejauhan, sambil sesekali cekikikan melihat muka seriusnya berry. Kami yang begitu sangat menginginkan ke danau kaco, tapi berry sendiri yang nampak sibuk untuk mematangkan persiapan menuju kesana. Malam itu kami bergitu berharap, harap harap cemas,semoga bisa ke dano kaco... hingga, datangnya kabar gembira itu, kami jadi ke dano kacooooooo!!!!! *wuaaa, tengkyu, tengkyu berrryyyyyy :3 *kecupkecupbasaah
si berry yang lelah berpacking ria
 
homestay paiman
kerinci yang cerah dari kejauhan

Pagi itu kami berkemas, rencana awal mo packing dan jalan pagi pagi akhirnya jadi molor, lantaran, yaaa, masih karena alasan yang sama, capek, dan pada males males.
Setelah semua sarapan pagi (yang menjelang siang), kami mobil kami melaju menuju Dano Kaco. Dari kersik tuo, butuh waktu sekitar 2 jam menuju desa Lempur Tengah, daerah dimana danau Kaco terletak.. sekitaran 80-90 km, melintasi danau Kerinci, melewati sungai penuh, setelah itu berbelok kanan di kecamatan Gunung Raya mengarah ke desa lempur.
Sekitar pukul 13.00 siang kami tiba di desa Lempur, berhenti di basecamp Pencagura, basecamp dari kelompok pemuda dan kelompok petani desa Lempur. Di sini kami ketemu kak Said, sang kapten, dan dikenalkan dengan seorang kawan yang nantinya menjadi guide kami selama perjalanan menuju Dano Kaco. 
left to right : kak yantie, gw, kak said, kak berry, kak essa, and firman

Setelah melakukan registrasi, bayar retribusi, kami melanjutkan perjalanan menuju titik tempat mulainya langkah kaki, menuju pintu Rimba dari hutan tempat dimana danau kaco terletak, yang berjarak sekitar 5 km dari basecamp Pencagura. Suasana pedesaan terasa sekali selama perjalanan menuju pintu rimba Dano Kaco. Melewati rumah rumah penduduk yang hampir sebagian besar di pelatarannya terdapat potongan kayu manis yang tengah dijemur. Kata kak tisen, guide kami,  kayu manis menjadi salah satu komoditas utama dari penduduk desa lempur.  Setelah melewati rumah warga, kami melintasi beberapa kali pelataran sawah yang dibelakangnya tersembul bukit bukit kecil hijau nan cantik. Dan diantara bukit bukit itulah terdapat salah satu hutan dimana dano kaco berada. Medan yang ditempuh pun ternyata tak sepenuhnya adalah jalanan beraspal. Mendekati pintu hutan, jalan berubah menjadi jalan berbatu batu besar,dengan sesekali tanjakan yang membuat kak essa sedikit kesulitan dalam mengendalikan xenianya. Ah, tapi bukan kak essa namanya kalo gak bisa melewati jalanan ini, sekali gas kepot, lewat lah jalanan jelek tak beraturan tersebut.
 
Sekitar pukul 1 siang kami tiba di pintu masuk hutan dimana dano kaco berada. Setelah kak Tindo memberikan breafing dan memberikan arahan, bahwa : (1) tidak boleh bicara sembarangan (2) kencing harus sambil jongkok (tidak boleh berdiri) (3) jalan bareng-bareng n jangan sampe terpisah (4) kalo ada yang lelah,istirahat, dan instruksi lainnya. Kami memulai perjalanan kami. FYI, Dano Kaco terletak di jantung dari hutan ini (gak tau nama hutannya apa),pas di tengah-tengah hutan gitu. Medan yang dilalui dominan jalanan datar berlumpur, hanya sesekali menanjak namun bukanlah tanjakan yang berarti. Menuju Dano Kaco yang berjarak 9 km dari pintu rimba dengan durasi 3-4 jam jalan kaki kecepatan sedang, pejalan akan menemui banyak pohon-pohon yang sudah berusia puluhan tahun, melintasi banyak hutan bambu ( diawal dan ditengah-tengah trekking),dan sekali menyeberangi sungai yang punya aliran deras (lucky us, kala kami ke situ, udah ada jembatan bambu kecil yang dibikin sama om om tentara). Ada dua titik shelter yang dilewati sebelum tiba di dano kaco. 
breafing before begin trekking

diawal trekking
shelter 1
 
 
 
buah merah hutan (gak tau apa namanya), yg termasuk dlm golongan 'berry2'an yg bisa jadi pengurang dahaga
 
 
 
Sepanjang 3 jam, 9 km trekking
 
 
 
 
 
maen gelantungan di akar pohon
di gerbang bambu yang konon adalah pintu masuk menuju kerajaan 'dunia lain'

 
 
 
one of the hardest part, nurunin jurang kecil yang curam

Sekitar pukul 2 siang kami tiba di shelter 1. Menurut kak Tisen, kecepatan jalan kami bisa dikatakan cukup cepat sehingga perkiraan 3 jam kami bisa tiba di dano kaco. Dan ternyata benar, sekitaran pukul 16.00 kami tiba di Dano Kaco... setelah melalui jalanan panjang, terjerembat lumpur, melintasi sungai, menuruni jalanan yang nyaris seperti jurang yang curam, bergelantungan menyebrangi celah, menegak air bambu, dan segala upaya lelah berpeluh keringat, tibalah kami di DANO KACOOO.. speechless liad penampakan biru tenang dari kejauhan. Seakan ada magis yang menghipnotis mata kami saat pertama melihatnya... cantik. Banget. dan gak sia sia kami mengambil langkah kami. What should I say??? Cantiiik bangeeeettttt..... banget, banget... ada unsur antara ketenangan, keanggunan, yang dengan nuansa mistisnya menarik untuuuuukkkk... nyebuuuuurr! *haha 
 
 
Setelah cukup beristirahat, menyeruput coklat Cacao hangat dari berry, dan menikmati sepotong semangka merah segar, gw, kang usman, kak yanti ditemani kak Tisen, Degum dan Tindo nyeburr deh ke dano kaco. Beeeuuuh, rasanya, hm, apa ya??? Seger, seger banget, banget banget.. lebih seger daripada nyemplung di kolam renang, lebih seger daripada nyemplung di laut (kalo di laut, kayaknya lebih asin deh rasanya). Nyemplung, nyemplung sambil minum air. Nah, di dano kaco ini lah Sambil Menyelam Minum Air adalah sangat disarankan. Airnya, segar, langsung dari sumber mata air yang keluar dari bawah danau dan dari sumber mata air di dekat Dano. Bahkan, bagi masyarakat sekitar, Air Dano kaco ini dipercaya punya banyak khasiat. Buat obat, buat ngurangi sakit rheumatik, dan buat awet muda. Percaya??, hm, bisa faktor sugestif, tapi bisa juga iya. Why?? Ya karena airnya adalah mata air,’air sumber’ kalo kata orang jawa bilang. Dan  menurut penelitian yang udah pernah dilakukan (entah siapa), ternyata air di dano kaco ini punya kandungan mineral yang tinggi. that why juga, itu yang bikin dano kaco berwarna biru, biru bangeet.woooh, makanya air nya lebih berkhasiat dibandingkan air biasa.
 
 
 
Mendekati pukul 5 sore, kak Tisen memngingatkan untuk kami segera bergegas. Mentas, ganti baju, dan kemudian pulang. Seperti yang om om tentara ingatkan, bahwa kami harus beranjak pulang sebelum matahari terbenam karena tempat ini masih sedikit disakralkan. Bahkan awalnya kami gak dibolehkan nyemplung ke dano. Tapi pembelaannya kak Tisen dan kak Said adalah,”insyaallah udah di’sterilkan’koq, udah di’buka’ karena tentara mo masuk, pun kan niatnya gak aneh-aneh”. Hm, gw cuman  manggut manggut. Memang sih, suasan magis nya masih kerasa banget, untung indra gw blunt gitu, jadi gak bisa lah ngrasa dan ngeliat hal-hal aneh. 

 
Tepat jam 5 sore,kami mulai meninggalkan dano Kaco, dengan urutan di depan Degum dan Tindo, kak essa, kak adi, kak yanti, firman,  usman, gw, berry, dan kak Tisen sebagai sweepernya. langit mulai gelap ketika kami melewati shelter 2. Kami semakin bergegas melangkahkan kaki. Tak seperti saat berangkat yang jalan jalan santai dan sambil banyak bercanda, saat pulang kami menjadi lebih waspada. temaramnya senja dan suara suara serangga hutan membuat suasana menjadi setengah mencekam. Kami bahkan melangkah dalam jarak yang rapat, tak pernah berjauhan. Sungguh, suasana hutan senja itu tak mengenakkan, tapi kami lebih banyak memilih diam, *eh,tapi tetep si sesekali becandaan ^^.

Waktu menunjuk pukul 7 malam ketika kami tiba di pintu rimba dano kaco. Fyuuuh, alhamdulillah, legaaaa. Dari pintu rimba, kami kembali ke basecamp Pencagura, bebersih, istirahat, dan tentunya, ngobrol ngalor ngidul. Kak Adhie, sambil duduk selonjor manis dipijitin sama temen pencagura karena kakinya yang keseleo banyak bercerita tentang perjalanan kami hari itu.”kali tadi gak ada yang denger ya? Waktu tutut sama yanti ganti baju.. suara perempuan, ketawa gituuu..”cerita kak Adhie. Kami menyimak.”beneran deh, tadi gw denger, jelas banget,suara perempuan ketawa gitu. Makanya gw suruh tutut ama yanti cepet-cepet ganti bajunya”. Tiba-tiba bulu kuduk udah berdiri duluan..”truz waktu kita mo cabut, gw liad ada perempuan pake baju jawa gitu, warna orange... mungkin itu ya putrinya yang diceritain sama Tisen??’kak Adhie mengkonfirmasi ke temen2 pencagura. Memang, kalo dari ceritanya, jaman dulu tu disekitar situ ada Kerajaan gitu. Nah, suatu ketika ada ekspedisii dari prajurit-prajurit gitu dan ditemuin lah itu Dano Kaco, nah Dano kaco itu dipake buat mandi Putri Raja dari Kerajaan gitu. Makanya kita gak bolehin mandi kalo dah sore, katanya kalo sore, dipake buat si Putri mandi. Mungkin emang itu juga yang diliat sama kakAdhie. Truz katanya juga kenapa warna nya biru adalah katanya suatu waktu si Putri mo dilamar, truz dia bikin sayembara, dilemparnya Berlian dia yang warna biru ke dalam dano, siapa yang bisa ambil, dia yang akan jadi suaminya, dan ternyata gak ada yang bisa ambil. Itu makanya dano nya warnanya biru. Haha, cerita rakyat euy. Kak Tisen kemudian melanjutkan cerita lain tentang dano kaco. Seru kalo dengerin cerita rakyat yang sedikit mengandung unsur mistis. Jadi ceritanya itu, di suatu jaman yang belum lama ini, seorang di desa dapet mimpi, bahwa dibawah Dano Kaco ada suatu harta karun atau apalah itu yang berharga. Dihari berikutnya, dia bercerita ke kawan-kawannya tentang mimpinya, kemudian dilakukanlah suatu misi, yaitu menguras isi dano kaco. Dahulu, katanya dano kaco itu dalam sekali, karena dari sumber mata air, gak ada aliran keluar. Nah si bapak inilah yang mencoba untuk ‘menguras’  dano kaco dengan membuat aliran keluar (sekarang ada jejas air mengalir keluar)macam parit gitu. Dan apa yang terjadi??tiba-tiba air dano meluap, dan banyak yang kemudian terseret dan tenggelam, hanya satu orang yang selamat, dan masih hidup sampai sekarang. Dan sampai sekarang, tak berani dirinya sekalipun  datang ke dano kaco. Iih, sereeemm.
Satu persatu dari kami lainnya pun akhirnya buka suara tentang pengalaman kami. Gw sih gak punya indra yang kayk gituan, jadi cuman bisa ngerasain kalo suasananya horor aja, sama seperti yang lain. Beda dengan kak Adhie dan Kak Tisen, yang selama perjalanan pulang beberapa kali melihat hal yang aneh-aneh. Mulai dari liad raksasa besar di gerbang bambu-bambu (yang katanya itu pintu masuk menuju suatu kerajaan), liad kakek-kakek berbadan bungkuk di dekat pintu masuk, hingga dengar suara-suara aneh. Brrr.... tapi, ya namanya juga hutan, yang penting kan tetap bersikap dengan etika yang baik. I love to come in this place, dengan hikayat ceritanya, dengan medannya yang banyak mengundang tawa, dan dengan dano nya yang cantik yang saking cantiknya gak bisa digambarkan dengan kata-kata. Bagaimanapun, one of place u have to visit before u die... haha



Tidak ada komentar: