Jumat, 31 Juli 2015

Diving with Nemo : Find a New Pleasure



Diving with Nemo : Find  a New Pleasure
*catatan harian 2 Juni 2015
Kenapa menyelam?? karena itu masuk dalam salah satu bucket list hidup gw. salah satu hal yang harus gw lakuin. Impian gw. adrenalin gw. gw gak bisa renang, gw takut tenggelam, gw takut air, gw takut kedalaman, gw takut kesunyian, gw takut kegelapan, dan gw takut mati. Tapi gw pengen belajar menyelam.



Kenapa menyelam?  karena gw mudah panik, gw labil, gak gak bisa fokus, dan gw ceroboh maksimal. Tapi gw pengen belajar menyelam.
Kenapa menyelam? Karena banyak keterbatasan itulah, gw mencoba untuk berani. Berani melawan rasa takut gw, melawan semua yang jadi keterbatasan dan kekurangan gw. gak ada yang salah kan dari mencoba kan ?
 Dan menyelam  itu ternyata adalah belajar hidup. Yap, belajar hidup. belajar sedikit tentang kehidupan.  Kata om Yoyok dan Om yono, Menyelam itu kegiatan sosial. Menyelam itu gak mungkin dilakukan sendirian..”You’ll never Dive Alone” bahasa kerennya. Itulah fungsinya Buddy. Yang selalu ada buatmu, dan kamu ada buatnya. Saling menjaga, sama-sama menikmati penyelaman bersama, dan saling membantu ketika salah satu mendapatkan kesulitan. ‘buddy system’ (I prefer to called them buddy to buddy check), adalah dimana sebelum melakukan penyelaman, kami akan saling mengecek kelengkapan  alat selam kami.”making sure that everything is ok on each other”. Ah, bahkan belum melakukan penyelaman saja,gw belajar untuk saling peduli.
Menyelam itu juga belajar tentang ‘How to take an appropriate breath. A deep and long breath, and be Calm!”. Gak ada lagi ceritanya panik-panikan.  hal pertama yang gw takutin dari belajar menyelam adalah ketika harus masuk ke dasar kolam. How could I breath??meski sudah ada regulator dan tabungnya, tetep aja, ada sedikit ketakutan untuk tak bisa bernafas. Kata om instruktur,” do not hold ur breath. Just be calm, take a deep breath, then release it slowly”. Dan ketika masuk ke dalam air, rasanya aneeh. Harus bernafas dan buang nafas dengan mulut pake regulator. Bikin tenggorokan kering mulut kram. Meski rasanya aneh, kurasa gw masih bisa hidup dengan tabung dan regulator di bawah air.  Gw hiduppp!!!!
Menyelam juga mengajarkan kita untuk,”dont be panic and Solve ur problem at ur place.  do not run away!”. Waktu ‘pool session’, penyelaman di perairan terbatas a.k.a di kolam, ada berbagai macam hal yang kami praktekkan. Salah satunya adalah ‘masker clearence’. Adalah praktek untuk mengeluarkan air dari masker ( jikalau saja saat penyelaman masker terlepas, kemasukan air dan kita harus mengeluarkan air di dalam air,*nah lho gimana caranya??) dan praktek ini sungguh, sangat menyiksa! Sangat sangat menyiksa. Kita dengan sengaja memasukkan air ke dalam masker, dan perlahan mengeluarkannya dg cara menggembuskan udara dari hidung. Tapi, untuk awal-awal mencoba, bukan air yang keluar, tapi semakin banyak air masuk dalam masker. Dan reflek bernafas dg hidung membuat air malah masuk ke dalam hidung. Dan sungguh, itu benar-benar menyiksa, bikin pening kepala, dan membuat rasanya ingin segera naik ke permukaan untuk melepaskan masker dan bernafas dengan udara bebas. Tapi balik ke aturan awal. Kata om instruktur,”berusahalah untuk tenang. Selama regulator masih ada di mulut, kamu masih akan bisa bernafas. Jika kamu ada masalah, selesaikan ditempat, bukan terburu-buru naik ke permukaan. Kamu harus tenang.” Kata instruktur kembali. Dan setelah beberapa kali mencoba, ternyat, tetep aja susah tu masker clearence. Tapi satu yang gw pelajari, sedikit cukup untuk gw kuasai, yaitu untuk menjadi tidak panik, dan tetap stay di tempat hingga masalah selesai.”I’ll not run away anymore”.

Menyelam itu belajar untuk focus dan gak ceroboh. Memastikan semua peralatan dipersiapkan dengan baik. Prepare it well, than It’ll be fun! more fun than u think!.hal yang paling gw suka adalah tentang checklist. Menyiapkan sesuatu step by step sesuai listnya. Dan jika semua dipersiapkan dengan baik, gak akan ada itu trouble dari peralatan yang dipakai. Dan meski menyelam termasuk dalam salah satu olaharaga extrem, dia akan aman selama semuanya dilakukan sesuai dengan prosedur yang tepat (*kurasa ini berlaku untuk semua kegiatan deh).
Menyelam itu belajar untuk percaya. Percaya dengan dirimu sendiri, percaya dengan teman selammu, ur buddy. di satu waktu penyelaman gw punya sedikit trouble dengan telinga gw. dan itu sangat menyakitkan. Meski udah nglakuin ekualisasi, tetap aja rasanya sakit. Baru sampai di kedalaman 6meter tapi rasanya sudah sangat menyiksa. Panik, tentu,selain rasa sakit yang diderita. Tapi instruktur gw datang. Hold my hand. With another of his hand, give me a sign to be calm, and told me to do equalization again and again. Membawa gw sedikit naek ke atas (tapi bukan ke permukaan) untuk mengurangi tekanan sembari gw berusaha melakukan ekualisasi. Squeezing itu ternyata menyiksa. Tapi genggaman tangan instruktur membuat gw sedikit tenang. Tatapan matanya seakan selalu memberi sinyal bahwa semua akan baik-baik saja. Butuh waktu lama untuk bisa menyesuaikan tekanan yang ada ditelinga dengan tekanan yang ada di luar. Beberapa kali instruktur menanyakan ‘apakah gw ok?”, dan selalu gw jawab dg gelengan kepala, dan mata membelak kesakitan. Instruktur hanya mengangguk sedikit, kembali memberi kode untuk tenang dan tarik nafas dalam. Hingga beberapa saat gw bisa ngelakuin penyesuaian dan menyelam lebih dalam. Trully, U have to trust ur buddy, and ur self!

And last but not least. Menyelam itu seperti belajar tentang Hidup. Dive, Squeeze, and Equalization. Hidup itu sama kayak menyelam. Gak bisa kita langsung dapet enaknya. Semuanya butuh proses. Semuanya harus di’well prepare’kan. ketika akan menyelam, akan ada banyak tekanan dari luar (squeeze), dan kita ndak mungkin langsung langsung turun ke dasar laut. Harus ada penyesuaian (equalization) tekanan, pelan-pelan, agar tekanan yang di dalam telinga, hidung, dada, sama dengan tekanan yang diluar. Ada yang prosesnya cepet, ada yang proses nya lambat. Beda-beda pada tiap orang.  Kalo mo langsung-langsung ke dasar laut, ya silakan, paling pecah tu gendang telinga. Masih mending kalo gendang yang pecah. Kalo yang terjadi edem pulmo?? Mati lah. Sama kayak hidup, pasti akan selalu ada tekanan dari kanan kiri, depan belakang, atas bawah, tekanan yang gak semua orang bisa melaluinya. Tekanan, yang sering kali menyakitkan. Dan setiap orang butuh ‘equalization’, penyesuaian terhadap tekanan yang ada. Ada yang butuh waktu lama, ada yang karena sudah terbiasa, akan melaluinya dengan cepat. Dan meskipun tekanan itu terasa menyakitkan di awal, jikalau mau untuk sabar melaluinya, kurasa, semuanya gak akan sia-sia. Karena, setelah sampai di dasar laut, setelah sampai pada apa yang di tuju, kurasa,semua penderitaan itu benar-benar terbayarkan. Dengan pemandangan indah di dasar laut yang mungkin hanya bisa membuatmu ternganga, speechless, gak ada kata-kata yang layak untuk menggambarkan betapa cantiknya dasar laut Indonesia. Dan dalam keheningan dan ketenangan bawah laut, ada satu kedamaian yang muncul dari hiruk pikuk biota laut yang seakan dalam geraknya bercerita bahwa semuanya akan indah jika ada sinergi dari setiap biota yang hidup di dalamnya. ^<.”segala sesuatu membutuhkan proses. Dan setiap proses tidak selalu merupakan jalan yang mudah. Tapi, jika kamu bisa melaluinya, percayalah, bahwa  ‘hal itu’ sungguh layak untuk diperjuangkan.”

*kurasa, gw harus rajin-rajin nabung, untuk mendapatkan kesempatan menyelam sekali lagi. ke satu dua tempat lain di bagian lain Indonesia. Bukankah Indonesia itu Indah dan sayang jika hanya dilewatkan begitu saja??? *racun *050615

Tidak ada komentar: