Sabtu, 11 Juli 2015

Cerita Kerinci : day 3-4 : setelah setahun vakum mendaki (part 1)


Cerita Kerinci : day 3-4 : setelah setahun vakum mendaki (part 1)

3 Mei 2015 

Sekitar pukul 02.00 dini hari kawan-kawan kerinci tiba di homestay paiman. 12 jam lebih lambat dari waktu yang seharusnya. Baru kali ini ngrasain mengkhawatirkan orang yang bahkan belum saja dikenal. *Thx God mereka sampai dengan selamat.

r10
Berawal dari R10, bersembilan orang kami (gw, berry, kak essa, kang usman, kak yanti, kak adhie, firman, dan dua porter kak ade, dan kak rully) memulai pendakian kami tepat pada pukul 10.00 wib waktu indonesia bagian kerinci. Udara yang segar, pemandangan yang hijau, cuaca yang cerah , dan puncak yang terlihat anggun dari kejauhan menjadi penyemangat kami pagi itu. Berharap semoga seperti ini hingga beberapa hari ke depannya.


Target perjalanan kami hari itu adalah shelter 2, bermula dari pintu rimba, pos 1, pos 2, pos 3, shelter 1, hingga mendirikan tenda bermalam di shelter 2.  Jarak antara pintu rimba menuju pos 1 tergolong dekat dengan medan yang masih tergolong datar, 30-40 menit waktu yang dibutuhkan dari pintu rimba hingga tiba di pos 1 (bangku Panjang 1889 mdpl). dari pos 1 menuju pos 2 (Batu Lumut, 2020mdpl)  pun memiliki medan yang tak jauh berbeda dengan jarak dan waktu tempuh yang tak jauh pula. Dari pos 2 berlanjut ke pos 3 yang memiliki medan yang lebih dan makin menanjak. Hanya beberapa kali dapat ‘bonus’ jalanan datar dan turunan, tapi lebih banyak didominasi dengan medan yang terus dan makin menanjak. Butuh waktu sekitar 40 – 50 menitan untuk tiba di pos 3 (pondok Panorama, 2225 mdpl).
pos 1 (bangku Panjang 1889 mdpl)

 
pos 1
pos 2 batu lumut


pos 2 batu lumut
 
 
Sejenak beristirahat di pos 3 ( menselanjorkan kaki, menegak air, dan sedikit mengisi perut dg cemilan alam  a.k.a belajar mengenal pepohonan yang bisa dimakan *coached by berry), kami berlanjut menuju shelter 1. Medan dari pos 3 menuju shelter 1 terasa semakin menanjak. Semakin kurang ‘bonus’ nya, meski tak sebecek dari pos 1 ke pos2/3. Nafas gw mulai terasa terengah. Agak menyesal karena gak terlalu banyak melakukan persiapan fisik sebelum pendakian *hueef, besok2 harus lebih sering jogging lagi. 
pos 3 (pondok panorama 2225 mdpl)


 

pos 3 pondok panorama
poh-pohan
 
 
Sekitar pukul 14.00 siang, atau 1jam 15 menit dari pos 3, kami tiba di shelter 1 (2504 mdpl). bersyukur hari itu cuaca cerah namun tak terlampau panas menyengat. Pepohonan hutan yang lebat yang sedikit banyak menghalangi masuknya cahaya mataharipun membuat udara pun kian terasa sejuk. Hal yang membuat peluh keringat saat melangkah tak menjadi berlebihan. Sungguh, medan yang dilalui benar-benar menguras tenaga. Tanjakan, tanjakan yang tiada henti. Hampir mirip dengan  tanjakan –tanjakan dari pos 3 ke pos 5 latimojong. Nafas yang harus sering diatur dengan baik, dan langkah kaki yang harus sering disetarakan kecepatannya. Bener-bener bikin lelah. Beruntung dapet temen jalan macam kak Ade yang jalan paling depan diantara lainnya. Gw berusaha untuk ngikutin langkah kaki dorang, yang walau sebenernya lebar dan cepat, dorang menyesuaikannya dengan langkah kaki kitorang yang masih baru dalam mendaki *hehe,makasi kakAde’ . kak Ade yang udah sekitar 5 tahun jadi porter kerinci bercerita banyak sepanjang perjalanan.  Ah, lebih tepatnya kitong  baku tukar cerita. Dong pu cerita, sa pu cerita. Saking banyaknya cerita sampe suka gak kerasa perjalanannya udah sampe aja dari pos ke pos.”kak ade ini, dari tadi nyuruh nyuruh cerita. Capek tau..”, kak ade cuman tersenyum,”ye, kan biar lupa kalo lagi jalan. Jadi gak kerasa kan capeknya”kata kak ade.” Iya, gak capek jalan, tapi capek ngoceh”. Tapi, beneran deh, jalan sambil ceritanya tu jadi gak terlalu terasa capeknya. Apa lagi kalo temen jalannya seru diajak cerita macam kak Ade. Kak ade sendiri,selain jadi porter, dirinya juga punya sampingan jadi petani. Eh, ya both of them lah profesinya. Kata kak ade,” yaa, kalo pas gak ada panggilan untuk nemenin orang naik gunung ya jadi petani di rumah. Tanam tanam sayur,buah, ya apa aja yang bisa ditanam’..cerita kak ade.”wiuiih, keren. Berarti tipe orang yang sabar. Gak semua orang lho bisa tanem-tanem.” Kata gw sambil terus melangkah. Kak ade hanya terkekeh.”jadi, udah rasa capek?”tanya kak ade. Sebenernya lumayan udah agak capek, tapi kurasa masih bisa lah gw jalan,”enggak lah. Selama masih belum sampe puncak. Masi semangat.. haha”.  Sesekali gw ngos-ngosan, ngatur nafas, bagi-bagi nafas buat ni mulut dan kaki. Meski lelah, tetap selalu merasa ada kepuasan jika sudah sampai di pos-pos dan shelter yang ada, termasuk ketika sudah sampai di shelter 1. Minimal, setengah perjalanan hari itu sudah terpenuhi *fyuuuu

minuman rasa
 
shelter 1



Di shelter I tim memutuskan untuk beristirahat, menyantap makan siang dan sedikit lebih lama untuk beritirahat. Ternyata makan siang saat kelaparan itu lebih terasa nikmat. Nikmatnya, subhanallah sangaat. Dari shelter I, kabut mulai turun, dan udara terasa semakin dingin. Brr, gak dingin banget si, tapi lumayan lah desiran anginya..*hoho
Dari shelter I kami melanjutkan perjalanan menuju shelter II dengan target sebelum matahari terbenam  kami sudah tiba di shelter II.  Jarak antara shelter I menuju shelter II kurang lebih sama jauhnya dengan dari R10-shelter I, dengan jalur yang, hhhm, bagaimana gw menjelaskannya, capekkkkk.. (meski sebenernya gak boleh lah ya bilang capek, hoho. Dengan jalur pendakian yang semakin sempit, curam, harus mengangkat tungkai lebih tinggi dari sebelumnya. naik, naik ke puncak gunung, tinggi nya gak ampun ampunnn...
 
menuju shelter 2, jalannya beneran harus pake tangan dan kaki
ketemu pendaki lain yang lagi istirahat dijalan
jalur bonus, yg cuman pendeeeeek bgt


jalur yang curam, sempit, dihimpit oleh batuan-batuan berlumut, yang lucky us nya adalah kami mendaki saat tak hujan. Hooh, tak bisa dibayangkan kalo trekking saat hujan, pu licin apaaa eee. Daan waktu tiga jam yang ditargetkan ntuk ditempuh dari shelter I menuju shelter II ternyata bukanlah waktu yang singkat. Apa lagi dengan medan yang sedemikian sempurna untuk terus terengah. Gw yang berada dibelakang kak Ade, mulai terasa sering tertinggal langkah. „gimana mbak tutut?? Masih semangat?’tanya kak ade di depan. „hm... masih kak”meski dengan nada berat. Gw liad ke belakang, temen-temen makin tak nampak. Bukan bermaksud untuk meninggalkan melainkan sesuai kesepakatan di awal,”jangan jalan sendiri, untuk di awal, kita akan jalan bareng-bareng, tapi nti selama perjalanan ya menyesuaikan speed masing-masing. Kalo dah capek, istirahat. Pokoknya, sampe di tiap pos kita harus tunggu yang lain. Bang ade’ jadi leadernya, gw yang jadi seweepernya”tbegitu kata berry gw teringat di awal. , sehingga gw menyesuaikan langkah kaki dengan ekmampuan gw sendiri, dan mungkin karena  cuman bawa daypack yang berisi perlengkapan pribadi (sleeping bng,raincoat,jaket tebel,sama sedikit snack dan air putih) jadi lumayan bisa ngikutin langkah kaki yang paling depan. Meski dengan sedikit banyak tergopoh. Hehe. Tapi beneran deh, trekking sama temen yang asik tu bikin rasa lelah cepet hilang, meski pake adegan berantem berantem segala *haha, seru, seru lah pendakian kali ini.
Sekitar pukul 17.30 an gw ama kak Ade sampe di shelter II. Awalnya mo berhenti saja di shelter II bayangan lantaran dapat kabar kalo shelter II penuh (dari pendaki yang turun). Tapi karena dirasa tanggung klo hanya sampe di shelter II bayangan, kami tetap menuju shelter II.  Dan ternyata benar, shelter II yang bukan merupakan daerah yang lapang, dan hanya memiliki satu dua area lapang yang tiap areanya hanya bisa didirikan dua hingga tiga tenda, sudah banyak didirikan tenda. Satu, dua, tiga, tenda nampak sudah berdiri tegak disana. Cuaca semakin dingin, kabut semakin banyak, senja semakin dekat, dan hujan rintik mulai datang menerpa. Kak Ade mulai cari-cari tempat untuk dipasang tiga tenda untuk kami bersembilan, dan didapatlah satu lapang yang mungkin cuman berukuran 5x5m?? Dan sedikit agak miring. Buru-buru kami mendirikan tenda yang kak Ade bawa.”sini kak ade kubantu bikin tenda. Tapi bantu ajar e. Sa su lupa bikin tenda jadi,”siiip”kata kak ade sambil mulai susun rangka-rangka tenda. Dan dalam waktu tak lama, kami berhasil mendirikan satu tenda.”yeiy...”,
langit mulai gelap, dan kawan-kawan belum satupun ada yang menampakkan diri. Rencana mula mo menyiapkan minuman hangat dan makanan pun batal lantaran ternyata di keril kak ade gak ada satupun  gas untuk menyalakan kompor *hedeeeh. Dari komunikasi ht ternyata kawan-kawan masih belum sampai di shelter II bayangan. Kak Adhie ngDrop (dr sejak awal emg krg fit), dan yang lain juga kelelahan sehingga langkah mereka makin melambat. Keputusan lain pun diambil, gw tetep stay di shelter II, dan kak Ade kembali turun untuk jemput temen-temen yang lain yang masih dibawah. Lumayan agak lama nunggu kak ade dan kawan lainnya. Hujan rintik semakin deras (meski gak deras deras banget si), dan temen-temen belum juga muncul. Khawatir terjadi sesuatu dengan yang lain di bawah, apa lagi langit sudah gelap, pasti lelah menjadi semakin terasa, dengan medan yang sedemikian rupa. Tapi gw yakin temen-temen pasti sampe dengan selamat. Beruntung, sembari nunggu mereka, tenda tetangga mau dengan baik hatinya minjemin (lebih tepatnya ngasih si), gas mereka untuk sedikit manasin air dan bikin mie (denganbarter sebungkus coklat). Biar temen-temen yang sampe bisa langsung menegak yang anget2, dan bisa langsung maem. Dan, setelah menunggu dengan kegundahan dan kegelisahan dalam gelap dan rintiknya hujan  *halah, apalagi ni, akhirnya kak ade muncul, bareng kak usman, dan kak essa, dan kemudian tak berselang lama disusul kak yanti, kak adie, kak rully, firman, dan kak berry as sweeper. Ngliat mereka setelah sekitar 30menit menunggu itu rasanya lamaaa banget.tapi terharu waktu liad mereka, seneng aja, akhirnya semua sampe dengan aman.. buru –buru pasang 2 tenda yang tersisa, nyiapin makan malam, bikin yang anget-anget dan tidur. Dan setelah sekian lama gak pernah bikin nasi goreng, pertama kali ini gw coba bikin nasi goreng, mbikinin bt temen-temen pula. Dan kata temen2,”asiiin...” kalo inget ekspresi muka kecut kak essa yang baru sesendok nyuap nasi goreng kemulutnya, pengen garuk2 kepala. Pasti horrible banget deh rasanya ^^” (hehe, namanya juga usaha).
Malam itu, sebenarnya cuaca cerah sangat. Sedang bulan purnama dan bertaburan bintang, meski angin berhembus cukup kuat. Tapi hampir sebagian besar memutuskan untuk segera memejamkan mata. Kak adhie dan kak yanti yang sejak dateng bahkan udah langsung bebungkus kantong tidur, hanya bangun sebentar untuk mengisi perut, dan lanjut tidur lagi. Firman pun demikian, memilih tidur dengan hanya berbekal perut berisi roti (gak nunggu masakan matang. Ah, tapi gak papa, daripada ngrasain nasigoreng horrible gw,haha).  Gw sendiri, memilih untuk tidur. Gak kuat dengan dinginnya, dan sedikit tau diri, kalo memaksakan diri menikmati malam yang indah itu, gak yakin fisik gw cukup kuat untuk summit keesokan harinya ^^. Malam itu, hanya berry, kak Rully, dan kak ade’ saja yang cukup lama spending waktu di luar untuk menikmati langit kerinci di shelter II dengan seduhan coklat panas ‘Hot Cocoa’ andalannya berry.





Malam yang panjang, dengan badai yang luar biasa di luar sana. Itu yang gw rasa. Angin begitu kencang berhembus membawa hawa yang semakin dingin di dalam tenda. Hanya berdoa semoga gak hujan dan badai lekas berlalu *badai pasti berlalu koq kata tete Chrisye^^. 







Tidak ada komentar: