Jumat, 21 Juni 2013

Cerita PTT : Danau Sentani Berbagi

Cerita PTT : Danau Sentani dan Berbagi

“karena senyum mereka adalah bagian dari kebahagiaanku. Dan kecintaan pada profesi ini, tak akan ada habisnya”

Pada suatu hari di suatu negeri antah barantah, sekelompok anak buah badung yang merasa dimanfaatkan bossy bos karena masih junior dalam suatu birokrasi, berusaha menolak perintah bossy bos karena diperintah untuk ditugaskan di akhir minggu, di hari libur dimana mereka sebenarnya menginginkan jalan-jalan di negeri yang kata banyak orang indah itu – Mutiara Hitam dari Negeri Timur

Bossy bos :” kalian besok ikut pelayanan kesehatan yah…” (perintah si bos dengan nada datar)
Anak buah badung :”maaf pak, kami sudah ada agenda wiken ini… jumat sabtu kan libur pak, maaf, kami gak bisa..” (jawab anak buah,keras)
Bossy bos :” tapi ini perintah… perintah langsung dari kepala dinas..”(suaranya mengeras)
Anak buah badung,” tapi…maaf pak.. kami menolak, kami gak bisa…” (halus tapi dengan suara lantang keras menolak)
Bossy bos,” sudah saya instruksikan, jumat kalian bantu pengobatan massal di Puspenda, dan sabtu di danau sentani…” (jawab bos tegas tanpa ampun)

Anak buah badung,” hah..? danau sentani pak…?? (berfikir panjang…)” (suara tiba2 melunak, ada nada ketertarikan) (tawaran yang menggiur kan?)
Bossy bos,” iya, di kampung ifar besar… nanti kalian naik jhonson menyeberang danau…” (jawab bos menangkap nada ketertarikan anak buah)
Anak buah badung,”baiklah pak… kami laksanakan…” (kata anak buah dengan nada malas, sok gengsi, tapi…. Argh, damn, damn! Kita mo ke danau sentani nich… aseeeekkk)



Dan begitulah awal mula kami bisa jalan-jalan ke danau sentani. awal ceritanya kami berfikir kami dimanfaatkan bossy bos untuk memberikan pengobatan gratis  eh tapi setelah tau bahwa ini adalah kegiatan sosial yang diadakan oleh persatuan Wanita Gereja dari Jakarta dan kami diperbantukan untuk memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kompetensi kami,kami gak senewen lagi. Malah, ada rasa senang ketika bisa turut serta dalam kegiatan pelayanan kesehatan ini. Tapi tetep, kami masih memusuhi bossy bos kami, haha….

Sabtu, 14 Juni 2013. Lepas melakukan pelayanan kesehatan di sebuah gereja di Sentani, rombongan melaju ke Danau Sentani. saat itu waktu su menunjukkan pukul 12.00 wit, kami cukup tergesa pergi karena dirasa waktu itu sudah sangat siang dan orang orang danau su menunggu cukup lama. Memang  sedikit molor dari waktu yang direncanakan, karena awal mulanya hari itu kami hanya akan melakukan pelayanan di danau Sentani, tapi karena perintah bu Dorce, kami diminta untuk memberikan pelayanan kesehatan  terlebih dahulu di sebuah Gereja.  Saking terburunya oleh waktu, makan siangpun kami ladenin  di tengah perjalanan mobil menuju danau Sentani  (bagian  Distrik Sentani Tengah). Lumayan, nasi padang hangat yang cukup mengganjal perut siang itu

makan nasi padang di tengah perjalanan


Daerah danau Sentani yang kami tuju adalah di Kampung Ifar Besar di Distrik Sentani Tengah. Lokasinya gak jauh dari bandara Sentani. kalo dari Lampu merah Bandara belok kiri (kearah barat) hingga di lampu merah pertama,belok kiri lagi (kearah selatan) masuk ke Jalan Yahim. Dari jalan Yahim ini, setelah melewati pasar Lama, pertigaan pertama belok kiri, luruuuus aja hingga entar sampai di Danau Sentani. Di Danau Sentani bagian distik Sentani Tengah ini bermukim berbagai macam suku yang menghuni beberapa kampung… pemandangan sepanjang menyusuri danau sentani itu, iiih, indah banget. langit nya biru kala itu, angin berhembus kencang hingga matahari terik  di siang hari pun menjadi tak terasa menyengat. Sejukkk…

Hingga tibalah kami di tempat yang dituju. Pulau Ifar Besar. mobil melambat hingga akhirnya berhenti tepat di dekat ‘jembatan kuning’ (sebutan orang2) tempat kami akan menyeberang. Dari sini saja, pemandangannya udah cantik banget…. bunga Ungu (apa namanya entahlah) yang tumbuh liar di tepian danau menambah daya tarik danau sentani siang itu
 
setelah beberapa saat menunggu perahu datang, kami melaju menuju Pulau Ifar Besar.. satu yang khas dari pulau ini adalah keberadaan gereja GKI Indri Phulende (semoga tak salah tulis). Gereja yang berwarn putih ini, kalo dari Bukit McArthur nampak sangat menonjol sekali, nampak berkilau dari kejauhan yang menarik untuk didatangi, dan waktu gw datengin, emang sih besar, dan ternyata kilauan itu muncul karena warna putih dari gereja dan atap seng gereja yang memantulkan cahaya matahari, makanya nampak menonjol dibandingkan yang lainnya. Kalo dari cerita kawan gw yang asli Sentani (marganya marga Wali, termasuk salah satu dari banyak marga yang tinggal di tepian danau sentani. marga Wali yang kalo kata kawan gw adalah satu satunya marga yang bisa manggil buaya keluar dari danau sentani… wooow! Nextime gw cerita bagian ini), ok,kalo dari cerita kawan gw yang asli sentani, Pulau Ifar Besar atau Pulau Asei Besar merupakan salah satu pulau terbesar di Danau Sentani, yang didalamnya terdapat 3 kampung, kampung Ifale, kampung Hobong, dan Kampung Asei Besar yang masing-masing dipimpin oleh seorang ondoafi yang memiliki adat sendiri yang berbeda beda. Di Pulau ini pula berdiri tegak Gereja GKI Indri Phulende yang merupakan pusat dari persebaran Injil di Sentani (sumber : kawan asli sentani). dan begitulah sedikit cerita tentang Pulau Ifar Besar. dan di sebuah bale-bale di atas danau dekat gereja lah kami melakukan pelayanan kesehatan. moment berbagi yang menyenangkan. Dan gw paling suka sama anak-anak kecilnya. Anak-anak yang manis dan lugu.. *sukasukasuka



sekitar pukul 16.00 sore pelayanan kesehatan berakhir. Huuf, lumayan banyak juga pasiennya, dan anak-anak kecil nya yang beramai-ramai datang minta obat cacing (haha). Lepas melakukan pelayanan kesehatan, kami dijamu makan sore yang su dipersiapkan warga sebelumnya. Menu andalan, Papeda dengan sayur kuah kuning. Ikannya, pake ikan gabus khas danau sentani, fresh diambil dari danau sentani siang itu. Nyummmi! Pluz menu-menu tambahan lainnya, betatas,sayur bunga pepaya,  sayur lilin , dan ikan mujair. (dan semuanya, TANPA NASI) Semuanya, eenaaaak! Gila, gila. Gw doyan habis sama yang namanya papeda! Meski pertama makan pengen muntah rasanya karena makannya harus langsung telan tanpa kunyah, sekarang karena udah tau triknya jadi doyan. Pokoknya, papeda atau betatas dimakan pake sayur kuah kuning, itu perfecto! Apalagi kalo makannya rame-rame, selalu ada keseruan saat menyantapnya. Gw, Andi, dan Juri yang udah bukan pertama kalinya makan papeda, asik asik aja menikmatinya, tapi Rollin? It’s his first experience eat Papeda. Waktu dia liad gw ambil papeda sejumlah yang cukup banyk, dia nanya gw,”loe yakin ambil segitu?? Entar gak habis lho…” , gw cuman meringis aja, gw liad papeda yang ada dipiringnya yang cuman seuprit gw ketawa,”yah… loe segitu doang bang? kagak kenyang lho…”., si rollin jawab,” gw mo coba dulu…” . kelar dia makan, gw Tanya lagi,”gimana bang?? enak kan??  Enak??” , cuman dia jawab dengan senyuman sedikit kecut,”kayak lem kanji tau… hyak.. kagak terlalu doyan gw. enakan betatasnya, coba deh.. ”  kata rollin sambil balik ke meja makan, nambah lagi doi, tapi gak pake papeda melainkan betatas, tambah ikannya, tambah sayur lilinnya. Emang selera orang beda sih, tapi berani bertaruh,orang pasti bakal suka dengan makanan orang papua,  paling tidak satu diantara sekian banyak itu tadi. Dan gw, SUKA SEMUANYA!(haha, doyan apa lapar buk?), bahkan sayur lilin yang rasanya ehm, aneh, tetep aja gw makan.


Lepas makan sore, kami berpamitan. Foto-foto dulu tentunya, dan berbagi pelukan sebagai tanda perpisahan. Ah, such a nice people. Semuany warga dan masyarakatnya ramah dan menyenangkan. Ibu pendetanya dan orang –orang gerejanya pun baikkk banget. gw merasa comfort di sini, dimana kami semua menyatu tanpa membedakan warna kulit, suku, ataupun agama.
Senja yang indah di danau sentani. kami diajak berputar mengelilingi pulau sebelum akhirnya kapal jhonson bersandar di jembatan kuning. Danau sentani dari sisi yang berbeda, indah luar biasa bersama orang orang yang luar biasa, mereka yang berhati besar.
 
 

 

 (monolog) 
“Banyak hal yang gw suka dari hari itu bersama ibu-ibu pendeta, orang orang gereja, dan teman teman sejawat. Bagaimana mereka selalu tersenyum dan tertawa, bagaimana mereka menyatu dan bersendagurau dengan semuany, bagaimana mereka berdoa bersama setiap akan memulai acara ataupun saat santap bersama, ataupun saat mereka memeluk kami berempat, dan kemudian mendoakan kami yang akan menjalankan PTT selama 2 tahun kedepan. They have a big heart, hati malaikat. Dan gw banyak belajar tentang itu bersama mereka.  Thx God for giving me this moment^^” (140713 22.39)




1 komentar:

Unknown mengatakan...

Perjalanan yang menyenangkan yah! Luar biasa. Sayangnya jembatan kuning sudah di rubah kalau masih jembatan gantung, indah sekali...