Selasa, 21 Januari 2014

Jalan-jalan PTT : Enggros, Abepura, Teluk Youtefa


Jalan-jalan PTT : Hembusan Angin dari Enggros, Teluk Youtefa
We Broke up. My heart got hurt, and it made me so messy. I knew that I must thrown it away so I Decided to go to jayapura city and found septia who wanna help me cure this pain *tsah... gw gila... dan sore itu, gw habisin banyak waktu puter2 kota jayapura ngilangin penat, ngilangin sakit kepala..  dan secara tidak sengaja, kami singgah di tempat ini. Enggros, abepura. Dermaga kecil di teluk Youtefa.




Enggros sendiri letaknya agak terselip. Masuk sebuah jalanan kecil di pinggir kota Abepura. Hm, masuk abepura kah kotaraja ya? Kayaknya sih masuk abepura, abepura pantai. Ato kalo kata orang bilang,”Abe pantai”. Letaknya gak jauh dari pasar youtefa. Waktu memarkirkan motor, seorang anak kecil yang dari wajahnya diperkirakan berusia 7 tahun berdarah bugis mendekati kami, menyodorkan secarik tiket parkir. “Hm, anak kampung sini”,pikir gw. “ade’ su lama di sini..?”tanya gw sambil menyodorkan selembar uang ungu (baca : sepuluh ribu,red) , si anak yang menerima duit gw menggangguk kecil. “ko tau sejarah nya engross kah??”Tanya gw yg stelah gw pikir-pikir, gw terlalu dini untuk bertanya.si ade’ cuman tersenyum manis dan menggeleng. Dikembalikannya uang lima ribuan ke gw,” lima ribu saja tanta” kata adek lagi. ,”su ambil saja to..” kata gw.”iyo sudah… besok ko cari tau e sejarahnya, nti sa balik lagi ke sini, ko su bisa bantu sa cerita to…” kata gw lagi, dan si adek sekali lagi menggangguk kecil, dan kemudian pergi.
dari penampakan, memang tempat ini sengaja dibuat dijadikan sebagai tempat wisata sederhana untuk orang-orang melepaskan penatnya barang sejenak. Termassuk di senja itu, banyak orang-orang santai berkumpul, mungkin sekedar nongkrong atau kongkow kongkow. Ditemani rokok2 dan ‘minuman’ tentunya (kayaknya disini udah biasa ya orang mabok2, gak siang gak pagi gak malam). Gak cuman sebagai tempat nongkrong, tempat ini sebenarnya merupakan dermaga kecil dari perahu-perahu yang membawa penumpang menuju pulau pulau kecil yang berada di Teluk Youtefa. ada beberapa pulau di teluk youtefa yang didalamnya dihuni oleh masyarakat asli dan masyarakat pendatang (terutama orang bugis dan buton) yang su lama tinggal dan berkembang biak di sana ^^. Dari sini pula kitong bisa menyewa perahu untuk sekedar berputar2 pulau yang letaknya tak jauh dan masih nampak di mata dari dermaga, bersinggah di pulau dengan biaya yang tak terlampau mahal. Rp.20.000 saja untuk sekali jalan, bisa puas putar2 dengan perahu (kalo orang disini bilangnya,”speed”). Sayang, hari itu su terlalu senja, hanya ada sebuah perahu yang baru saja kembali dari pulau membawa beberapa orang dengan beberapa hasil kebun yang akan dijual di pasar youtefa yang tak jauh dari enggros.

Suasana teluk yang damai. Kami berdiri di tepian jembatan kayu yang sudah rapuh dan  mudah goyang. Nampak muka pucat septia takut kalo terjatuh karena dorang tra bisa berenang, ditambah lagi gw nya yang makin bertingkah dengan loncat-loncat kecil di ujung jembatan,bertingkah usil, membuat septia menjadi lebih takut… tak banyak yang kami bicarakan kala itu… hanya angin yang berisik beradu dengan suara ombak sore yang terdengar mengantuk. Sesekali melepaskan pandangan ke belakang, memperhatikan orang-orang yang tengah asik bercengkerama bercerita. Sepasang sejoli yang nampak asik saling memoto dengan kamera ditangan dengan sesekali memainkannya kaki berkecipuk dalam air yang sedikit menenggelamkan kakinya yang menggantung. Seorang wanita berusia 20an dengan aroma mulut sedikit berbau alcohol mendekati septia,”ada rokok kah kakak…??” tanyanya dengan nada sedikit seram, tapi oleng karena mabok. Septia ragu, sedikit takut melangkah mundur,”maaf kakak… sa tra merokok jadi…” kata septia halus, gw tersenyum, septia ini, anak laki-laki, tapi halusnya kayak cewek, sopan, pun penakut, macam cewek sudah. Gw ketawa geli liat tingkah septia. Septia hanya garuk-garuk kepala. “ini sudah tante yang sa takutkan di sini, sa takut ya sama orang mabok…”, gw ketawa lagi,”aih mo, tra usah takut ya.. tempat umum, pun masih terang, so ko tra usah kawatir…” kata gw ke septia. Memang tra da yang perlu ataupun terlampau dikhawatirkan dengan orang mabok. Tetap sopan dan sedikit lebih waspada saja di sini ^^. 
Badan gw kembali berbalik, memandangan jauh lautan yang ada di depan… terhadang oleh dua pulau kecil yang meski nampak su berdiri berberapa rumah, tapi kehijauan pohon-pohonnya masih mendominasi. Gw harus balik lagi ke sini, menemukan cerita dibalik kisah Enggros dan mengenal lebih dekat masyarakat yang ada di seberang. “septia, nextime kitong ke sini lagi e… kitong harus naek speed putar-putar pulau too?”kata gw,”iya tante, sa temani tante sudah, tapi jangan suruh sa ikut menyeberang e, sa takut naek speed jadi..”.kata septia polos. gw tepok jidat… adoh, septia, septia… . sebuah perahu speed berjalan mendekat, membawa sekitar 15an orang yang hampir semuanya adalah masyarakat asli. Beberapa nampak termenung dalam lamunan, berberapa asik berbincang, dan beberapa nampak melemparkan senyumnya pada saya ketika melihat saya asik membidikkan kamera ke arah mereka…

Angin masih berhembus dengan malasnya, meski masih terasa sisa panasnya matahari hari itu,  pohon pohon bakau ditepian teluk yang nampak rimbun tumbuh merindangkan teluk yang su rindang karena dikanan kirinya dihimpit bebukitan kecil.  Such a nice place.
Gw hirup udara laut sore itu. Hangat. ^^
(04.03pm)
Waytoreach and all price:
Enggros, Teluk Youtefa, Distrik Abepura, Jayapura kota.
Way                :
Biaya masuk    : -
Parkir             : motor Rp.5000, mobil Rp.10.000
Speedboat       : Rp.20.000 / orang

1 komentar:

Paket Wisata Dieng mengatakan...

wahh fotonya bagus bagus kak, hehe