Minggu, 14 September 2014

Accidental Story of Wamena (2): Amaze on Anything

Accidental Story of Wamena (2): Amaze on Anything
 Still on Day 1 : Augt 8th 2014 - FBLB – Goa Lokale – Mumi Jiwika – Bukit Batu – Pasir Putih 
mumi Wimontok Mabel, desa Aikima,Distrik Kurulu

Goa Lokale
Puas menikmati pertunjukan di festival, kami memutuskan untuk meninggalkan area festival dan menuju tempat berikutnya. Goa Lokale, yang hanya berjarak sekitar 200 m sebelah  utara dari lokasi festival. Dari friska, gw kenal kakYesa, seorang batak yang sudah 5 tahun berada di Wamena, yang mengantarkan kami ke Goa ini. ah, ternyata kakYesa sudah sering kemari sehingga kenal dengan masyarakat setempat dan kami dipermudah untuk bisa memasuki goa. Goa Lokale yang kedalamannya belum diketahui ini dipercaya merupakan goa terpanjang di Papua. Dari pintu masuk, kami berjalan sekitar 20 meter melewati banyak pohon pinus untuk bisa sampai di pintu goa. Menurut cerita kakYesa, pernah satu kali seorang warga asing melakukan penelitian untuk mengetahui kedalaman goa ini, tapi sudah 4 hari perjalanan ujung si Goa belum juga ditemukan, sehingga mereka beranggapan goa ini memilik kedalaman yang cukup panjang.


Kampung Wisata, Mumi Jiwika

dalam perjalanan kembali ke kota Wamena, kami singgah ke kampung wisata mumi Jiwika di distrik Kurulu. Beberapa anak kecil tengah asik bermain ketika kami tiba sore itu. Melihat kedatangan kami, anak-anak kecil itu cepat-cepat berlari menuju honai masing-masing. Bukan, bukan karena takut dengan keberadaan kami. tak berselang lama, mereka kembali, kali ini mendekati kami, dan dalam keadaan tak berbusana. Olala, ternyata mereka sudah sadar wisata. Jika dalam keseharian mereka berpakaian lengkap, ketika ada wisatawan mereka dengan senang hatinya menanggalkan pakaian dan bertelanjang diri. Dari ujung kaki ampe ujung kepala ‘nude’ and just koteka covering their penis. Oh, such a cute boys. :) . tapi, hati-hati, di sini mereka sudah kenal yang namanya kertas lembar bergambar pahlawan (baca : uang, red). Sebelum ke mumi ini, kakYesa mengingatkan untuk berhati-hati mengambil gambar. Jika ada yang ter’capture’ di kamera maka mereka tak segan-segan untuk meminta rupiah. Memasuki kampung, kami bertemu dengan seorang laki-laki yang merupakan perwakilan dari kepala suku. Kala itu, kebanyakan masyarakat tengah sibuk mengikuti acara festival sehingga hanya beberapa orang saja yang tinggal. Dari si bapa tersebut, kakYesa menyampaikan tujuan kami berkunjung,”:bapa… kami bisa lihat mumi nya kah??? Kalo kasi keluar mumi berapa?” Tanya kakYesa to the point. Di sini, semua hal dinilai dengan rupiah. Untuk mengeluarkan mumi saja  ada harganya,  sekitar 100.000 – 200.000. harga bisa bervariasi tergantung siapa pengunjungnya, berapa banyak yang datang dan tergantung yang kasih harga. Pernah suatu ketika ada yang diminta hingga Rp.1000.0000 untuk mengeluarkan mumi yang ada di kurulu.  kakYesa menawar,”Rp.100.000 sudah e, cuman dorang dua ini saja”kata kakYesa menunjuk pada gw dan friska yang dijawab dengan anggukan oleh si bapak. “kalo ambil gambar berapa?’tanya kakYesa lagi. “satu orang satu kali kutip Rp.10.000.”kata si bapak lagi. gw perhatikan tangannya tengah asik menganyam gelang wamena.  Satu kutip maksudnya adalah adalah satu kali jepretan. Harga disepakati dan sebuah mumi dikeluarkan dari dalam honai. Gw menjadi giliran pertama untuk diambil gambar, berikutya gw ama friska dan mumi, dan kemudian bersama beberapa mama-mama yang bertelanjang dada. Friska mencoba untuk menggunakan noken salah seorang mama untuk dikenakanya dikepala. Lucu liatnya…. Puas mengambil gambar, kami menyerahkan sejumlah uang pada si bapak. Beberapa anak menarik-narik kami untuk diajak berfoto, yah tentunya dengan imbalan sejumlah rupiah. Tapi kami menolak, cukup dua tiga foto saja sebagai bukti bahwa kami pernah ke tempat ini. sejenak kami bercakap dengan si bapak, tentang kampung ini, tentang mumi, dan tentang kerajinan yang mereka buat dan dijual sendiri di tempat. Friska membeli sejumlah bunga kertas, istilah untuk bunga2 kering yang berwarna warni yang khas wamena. Meski kering dan nampak seperti kertas, bunga ini nampak cantik dalam satu ikatan buket, dan awet tentunya. Gw sendiri, selalu tertarik dengan gelang anyaman yang mereka buat, sederhana.

mumi Wimontok Mabel,semasa hidupnya adalah seorang kepala suku dan panglima perang. dirinya meninggal akibat hunusan tombak dipunggungnya saat perang. setiap 5 tahun sekali, diadakan upacara adat untuk mengalungkan semacam kalung di lehernya. di upacara ini diadakan pesta potong babi, dan minyak babi akan dilumurkan pada seluruh tubuh mumi (sumber: majalah Tamasya,lupa edisinya)
with friska, my new travelmate at wamena

Bukit Batu
di atas bukit batu
Meninggalkan kampung mumi jiwika, kami kembali melaju ke arah kota wamena. Di tengah perjalanan, kami terhenti kembali, kali ini, kami berhenti disebuah bukit batu yang nampak menarik untuk disinggahi. “apa namanya ini kak?’tanya gw ke kakYesa. “aduuh.. apa ya namanya… ya bukit batu saja, gak ada namanya..” kata kakYesa sambil melangkah. Gak terlalu tinggi bukitnya, tapi cukup membuat terengah. Hm, sekitar ketinggian 20meter saja dari tinggi jalan raya. Dan meski gak terlalu tinggi, dari tempat ini kami bisa melihat pemandangan yang luar biasa disekitarnya. Hamparan savanna yang luas dengan pemandangan bukit-bukit di segala penjuru. Dan angin sorenya terasa sekali sejuk berembus… cantiiiiikkkkk


hamparan savana dari atas bukit batuu.. cantiiikk
scream so loud
become so excited, even we just meet each other several hour b4. *anginberhembuskencang,wussh

with kakak2 yg juga lagi singgah,*rame euy!. nona2 papua??mana ada yg tra hebooh^^
portrait
Pasir putih distrik Kurulu
pasir putih kurulu dari kejauhan
Hanya berjarak beberapa meter dari bukit batu, terdapat hamparan bukit pasir putih di sisi selatan jalan raya. Awal mulanya kami tak berniat singgah dit empat ini. alasannya jelas, sudah sering kali terjadi kejadian perampokan di lokasi ini. lokasinya sih dipinggir jalan raya, tapi sepiiiii banget. terkadang wisatawan yang tak tau dengan cueknya masuk ke lokasi ini, puas berfoto-foto saat keluar lokasi tiba-tiba muncul beberapa laki-laki orang lokal dengan senjata tajam menghadang, dan semua barang bawaan bisa dirampoknya. Dan kejadian tersebut sudah seirng terjadi dan sudah jadi lagu lama, sehingga untuk orang yang tau, malas berkunjung ke tempat ini. ditambah lagi jika sudah menginjak sore/ senja, kerawanan menjadi lebih-lebih lagi. jadi, awalnya gw merasa cukup puaslah liad dari jauh. “pakojek, entar kalo dah deket pasir putih, jalan pelan-pelan ya, saya mo ambil gambar dari jauh”kata gw. eh, lagi siap2 kamera, tiba-tiba motor kakYesa berbelok ke arah pasir putih, dan motor gw dan pak ojek pun ikutan. “kakYesa, gak papa ni kita berhenti di sini?’tanya gw ketika motor akhirnya berhenti tepat dibawah kaki bukit pasir putih. “ada orang banyak koq, gak papa..” sebuah mobil memang sudah nampak terparkir sebelum kami di sana. “yeiiiy… asiiiik…”gw pun langsung berlarian di pasir-pasir putih yang nampak berbeda dengan daerah sekeliling. Friska pun langsung melepaskan sepatunya dan memilih bertelanjang kaki merasakan langsung lembutnya pasir putih.”haluss bangeet..”kata friska sambil menggenggam pasir putih dalam tangannya. kakYesa hanya tersenyum melihat tingkah kami berdua. maklum, turis. Konon ceritanya, ribuan tahun yang lalu wamena ini berada dibawah permukaan laut. Tapi kemudian karena adanya pergeseran lempeng bumi dan lain sebagainya, daerah ini terangkat ke atas permukaan laut dan jadilah wamena dan lainnya yang berada di pegunungan jayawijaya. “makanya di sini gak ada gunung berapi. Di sini kita bisa temukan banyak bukit pasir putih. Ada danau air garam di daerah kurulu atas, dan banyak ditemukan fosil-fosil kerang keong di bebatuan di daerah wamena. Fosil-fosil kerang / keong itu biasa dipake buat aksesoris kalung ataupun juga sebagai mas kawin selain babi dan lainnya. Mahal lho mas kawin fosil2 kerang tu..”kata kakYesa menerangkan panjang lebar. kakYesa ni emang dah cocok jadi duta pariwisatanya wamena, tau semuanya. “oh… iya, makanya tadi sa liad ada yang pake kalung keong2 kecil yang diikat pake tali senar jadi kalung yang besar. sa pikir tu keong sungai” , kakYesa menggeleng,”bukan, itu biasanya diambil dari batu-batu, fosil to…. Di daerah danau air garam, biasa mama-mama membuat garam dari danau itu. Batang pisang dibelah,kasih rendam di danau beberapa hari truz diangkat dijemur dan diambil deh keraknya jadi garam”kata kakYesa kembali menerangkan. gw dan friska mengangguk nampak kagum. “Hm, makanya, meski di pegunungan mereka gak kekurangan yodium…”komentar singkat gw. “berarti ini kayak pasir pantai ya??? wah, berarti asin donk…”kata gw menyimpulkan. kakYesa cuman tersenyum,”ya, coba aja..”. katanya singkat. “fris.. coba fris… asin gak?’kata gw ngasal. “cup… iya asihn..” tiba-tiba friska dengan polosnya beneran nyicipin si pasir. "ya.. friska?? Nyicipin benerann.. hadooo” gw membelak dan kemudian ketawa, kami semua tertawa. Friska yang lucu….
turis adl orang yang norak kalo liad pasir putih digunung*exexe :p. namanya jg nubie
  
kombinasi antar pasir putih dan bebatuan
Matahari semakin nampak rendah tanda matahari kan terbenam. Kami bergegas untuk pulang, dan ternyata seperti dugaan kami dua tiga orang menghadang jalan keluar kami dari pasir putih. Untung sebelumnya friska sudah meengingatkan untuk memasukkan kamera dan barang berharga lainnya dalam tas, dan untungnya lagi mereka ‘hanya’ meminta sejumlah uang dari kami. kakYesa menjadi ganas, “semotor seratus ribu?? Mahal sekali. Tadi kami masuk saja tra da yang tarik bayar koq. Kam ini jangan begitu. Kam (kamu) kasih biar kitong (kita/ kami) masuk baru waktu keluar kalian hadang kitong bt bayar. Klo memang mo tarik retribusi tarik secukupnya. Kalo begini, orang-orang tra da yang mau ke tempat ini”kakYesa marah-marah, mengomel. “sa pikir sa tra tau kah? Sa orang sini juga. kam bisa sa lapor nanti”kakYesa bersitegang.  penduduk lokal yang mungkin masih berusian pertengahan 20tahun hanya diam. “sudah, 50ribu saja untuk dua motor”kata kakYesa singkat. Seorang yang berdiri didekat motor kakYesa  yg merupakan anak buahmenggeleng, “tra bisa, 100.000 1 motor.”gw cuman diem, si ojek gw mulai takut. “50 sudah ini saya kasih”kata kakYesa sekali lagi, si anak buah menengok kebelakang bertanya pada si bos yang hanya menggeleng,”tidak bisa kaka..”katanya lagi. “udah mas, dikasih saja.”tiba-tiba si tukang ojek gw mengingatkan lebih baik uang yang keluar daripada harta yang lain ikutan dibawa, apalagi nyawa. Gw sih ngikut, suruh bersitegang ayo, suruh kasih uang ya ayok. Sudah biasa liad perselisihan kayak gini. Melihat tukang ojek gw yang nampak takut kakYesa memilih mengalah,”yo sudah, ini Rp 100.000, untuk dua motor…”sodorkakYesa kemudian yang diterima berat hati sama si tukang palak. Its better than we sacrifice our life.

Udang Selingkuh
senja dalam perjalanan kembali ke Wamena
waktu menunjukkan pukul 17.30 ketika kami kembali tiba di kota wamena. Mas Budi “hotel and resto” menjadi pilihan kami untuk mencicipi udang selingkuh. Belum ke papua kalo belum ke wamena, belum ke wamena kalo belum makan udang selingkuh. Udang selingkuh!! Ah, serasa ingin segera mencicipinya. dua porsi udang selingkuh rasa mentega dan rasa pedas manis kami pesan untuk berempat,ditambah tumis kangkung, jus terong belanda dan jus markisa untuk kami berdua. semuanya, khas wamena. Satu yang lucu adalah waktu gw nawarin pak Ojek untuk memesan minuman. “om mo pesan apa??”Tanya gw. si om bingung,”terserah sudah”jawabnya singkat. Malah jawab terserah. “extra jos susu om??”kata kakYesa yang disambut tersenyum kami berdua. di papua, extra jos susu tu sering jadi menu minuman andalan di warung warung makan selain es teh dan es jeruk. “:ya udah, extra jos susu..” katanya mengiyakan, padahal kami hanya bercanda. Di restonya ‘mas budi’ gak ada itu pilihan extra jos susu. “: extra jos susu nya gak ada om..”kata gw. “ya udah extra jos aja..” jawabnya menghilangkan embel2 susu. Gw tepok jidat. “extra jos susu gak ada om.” Kata gw lagi. “extra jos sudah..”kata si om lagi masih dengan pilihannya. “extra jos gak ada om.. extra jos ada gak kak?’tanya gw mengkonfirmasi pada pelayan yang sedari tadi berdiri mencata pesanan kami. “extra jos tidak ada mbak”jawab si pelayan. “tuh om.. extra josnya gak ada. Yang lain sudah om, apa mau jus? Es teeh? Es jeruk??’tanya gw lagi sambil menunjuk pada menu minuman yang ada. Setelah bingung cukup lama, akhirnya pilihan jatuh pada minuman bersoda,sprite… “om… om…”gw, friska, dan kakYesa cuman geleng2 kepala. Cukup lama untuk menunggu udang selingkuh pesanan kami, ada kali ya 60 menit menunggu. sangat disayangkan pelayanan terkesan ‘nao-nao’ dan ‘ lamaa bingiiiitz ciiin’.. hedeee. Tapi, setelah udang selingkuh disajikan, “hm… itadakimatsuuu…”, nyummi, rasanya kayak udang, ribetnya kayak kepiting. 
udang selingkuh yang disapu bersih, dan tumis kangkungny yg mantab bingitz

Little bit information, Udang selingkuh atau yang dalam bahasa latinnya Cherax Albertisii merupakan salah satu biota air tawar dari aliran sungai Baliem. Udang selingkuh dinamakan udang selingkuh karena dari bentuk capitnya yang besar menyerupai capit kepiting sehingga dianggap udang yang selingkuh dengan kepiting sehingga jadilah si udang selingkuh bercapit kepiting. Udang selingkuh yang berwarna kemerahan (karena udah dimasak denk) sebenernya merupakan biota langka yang hanya ditemukan di sepanjang aliran Sungai Baliem, dan di tiga danau di Paniai (danau paniai, danai tigi, dan danau Tage)  Sayang, karena terus dieksploitasi, keberadaannya sekarang jadi semakin sulit ditemukan, dan harganya pun jadi tak murah lagi. Waktu gw nanya ke temen, “emang di sini gak ada penangkaran udang selingkuh?”dirinya menggeleleng.”belum pernah si gw denger ada yang nangkar karena selama ini resto2 yang menjual udang selingkuh dapatnya dari menjaring di sungai”. Gw mengangguk. Tapi dengar-dengar, mereka yang menangkap udang selingkuh ini tau cara menangkap udang yang benar, mereka gak akan menangkap udang yang masih muda, dan tidak mengeksploitasi telur-telur dari udang ini.   Bagaimanapun, gw berharap, bukan cuman sekali ini gw ngerasain nikmatnya udang selingkuh, dan berharap pula suatu saat nanti anak cucu gw masih bisa merasakan sensasinya udang selingkuh. *udangselingkuh, kamu jangan punah dulu ya… 

kamu selingkuh ya Dang? iya, kamu... (*dodit banget).









Tidak ada komentar: