Diving with Nemo : Find a New Pleasure
*catatan
harian 2 Juni 2015
Kenapa menyelam?? karena itu
masuk dalam salah satu bucket list hidup gw. salah satu hal yang harus gw
lakuin. Impian gw. adrenalin gw. gw gak bisa renang, gw takut tenggelam, gw
takut air, gw takut kedalaman, gw takut kesunyian, gw takut kegelapan, dan gw
takut mati. Tapi gw pengen belajar menyelam.
Kenapa menyelam? karena gw mudah panik, gw labil, gak gak bisa
fokus, dan gw ceroboh maksimal. Tapi gw pengen belajar menyelam.
Kenapa menyelam? Karena banyak
keterbatasan itulah, gw mencoba untuk berani. Berani melawan rasa takut gw,
melawan semua yang jadi keterbatasan dan kekurangan gw. gak ada yang salah kan
dari mencoba kan ?
Dan menyelam itu ternyata adalah belajar hidup. Yap,
belajar hidup. belajar sedikit tentang kehidupan. Kata om Yoyok dan Om yono, Menyelam itu
kegiatan sosial. Menyelam itu gak mungkin dilakukan sendirian..”You’ll never Dive Alone” bahasa
kerennya. Itulah fungsinya Buddy. Yang selalu ada buatmu, dan kamu ada buatnya.
Saling menjaga, sama-sama menikmati penyelaman bersama, dan saling membantu
ketika salah satu mendapatkan kesulitan. ‘buddy system’ (I prefer to called
them buddy to buddy check), adalah dimana sebelum melakukan penyelaman, kami
akan saling mengecek kelengkapan alat
selam kami.”making sure that everything
is ok on each other”. Ah, bahkan belum melakukan penyelaman saja,gw belajar
untuk saling peduli.
Menyelam itu juga belajar
tentang ‘How to take an appropriate
breath. A deep and long breath, and be Calm!”. Gak ada lagi ceritanya
panik-panikan. hal pertama yang gw
takutin dari belajar menyelam adalah ketika harus masuk ke dasar kolam. How
could I breath??meski sudah ada regulator dan tabungnya, tetep aja, ada sedikit
ketakutan untuk tak bisa bernafas. Kata om instruktur,” do not hold ur breath. Just be calm, take a deep breath, then release
it slowly”. Dan ketika masuk ke dalam air, rasanya aneeh. Harus bernafas
dan buang nafas dengan mulut pake regulator. Bikin tenggorokan kering mulut
kram. Meski rasanya aneh, kurasa gw masih bisa hidup dengan tabung dan
regulator di bawah air. Gw hiduppp!!!!
Menyelam juga mengajarkan kita
untuk,”dont be panic and Solve ur
problem at ur place. do not run away!”.
Waktu ‘pool session’, penyelaman di perairan terbatas a.k.a di kolam, ada
berbagai macam hal yang kami praktekkan. Salah satunya adalah ‘masker
clearence’. Adalah praktek untuk mengeluarkan air dari masker ( jikalau saja
saat penyelaman masker terlepas, kemasukan air dan kita harus mengeluarkan air
di dalam air,*nah lho gimana caranya??) dan praktek ini sungguh, sangat
menyiksa! Sangat sangat menyiksa. Kita dengan sengaja memasukkan air ke dalam
masker, dan perlahan mengeluarkannya dg cara menggembuskan udara dari hidung.
Tapi, untuk awal-awal mencoba, bukan air yang keluar, tapi semakin banyak air
masuk dalam masker. Dan reflek bernafas dg hidung membuat air malah masuk ke
dalam hidung. Dan sungguh, itu benar-benar menyiksa, bikin pening kepala, dan
membuat rasanya ingin segera naik ke permukaan untuk melepaskan masker dan
bernafas dengan udara bebas. Tapi balik ke aturan awal. Kata om instruktur,”berusahalah untuk tenang. Selama regulator
masih ada di mulut, kamu masih akan bisa bernafas. Jika kamu ada masalah,
selesaikan ditempat, bukan terburu-buru naik ke permukaan. Kamu harus tenang.”
Kata instruktur kembali. Dan setelah beberapa kali mencoba, ternyat, tetep aja
susah tu masker clearence. Tapi satu yang gw pelajari, sedikit cukup untuk gw
kuasai, yaitu untuk menjadi tidak panik, dan tetap stay di tempat hingga
masalah selesai.”I’ll not run away
anymore”.
Menyelam itu belajar untuk
focus dan gak ceroboh. Memastikan semua peralatan dipersiapkan dengan baik. Prepare it well, than It’ll be fun! more
fun than u think!.hal yang paling gw suka adalah tentang checklist.
Menyiapkan sesuatu step by step sesuai listnya. Dan jika semua dipersiapkan
dengan baik, gak akan ada itu trouble dari peralatan yang dipakai. Dan meski
menyelam termasuk dalam salah satu olaharaga extrem, dia akan aman selama
semuanya dilakukan sesuai dengan prosedur yang tepat (*kurasa ini berlaku untuk
semua kegiatan deh).
Menyelam itu belajar untuk
percaya. Percaya dengan dirimu sendiri, percaya dengan teman selammu, ur buddy.
di satu waktu penyelaman gw punya sedikit trouble dengan telinga gw. dan itu
sangat menyakitkan. Meski udah nglakuin ekualisasi, tetap aja rasanya sakit.
Baru sampai di kedalaman 6meter tapi rasanya sudah sangat menyiksa. Panik, tentu,selain
rasa sakit yang diderita. Tapi instruktur gw datang. Hold my hand. With another
of his hand, give me a sign to be calm, and told me to do equalization again
and again. Membawa gw sedikit naek ke atas (tapi bukan ke permukaan) untuk
mengurangi tekanan sembari gw berusaha melakukan ekualisasi. Squeezing itu
ternyata menyiksa. Tapi genggaman tangan instruktur membuat gw sedikit tenang.
Tatapan matanya seakan selalu memberi sinyal bahwa semua akan baik-baik saja.
Butuh waktu lama untuk bisa menyesuaikan tekanan yang ada ditelinga dengan
tekanan yang ada di luar. Beberapa kali instruktur menanyakan ‘apakah gw ok?”,
dan selalu gw jawab dg gelengan kepala, dan mata membelak kesakitan. Instruktur
hanya mengangguk sedikit, kembali memberi kode untuk tenang dan tarik nafas
dalam. Hingga beberapa saat gw bisa ngelakuin penyesuaian dan menyelam lebih
dalam. Trully, U have to trust ur buddy,
and ur self!
And last but not least.
Menyelam itu seperti belajar tentang Hidup. Dive, Squeeze, and Equalization. Hidup itu sama kayak menyelam. Gak
bisa kita langsung dapet enaknya. Semuanya butuh proses. Semuanya harus di’well
prepare’kan. ketika akan menyelam, akan ada banyak tekanan dari luar (squeeze),
dan kita ndak mungkin langsung langsung turun ke dasar laut. Harus ada
penyesuaian (equalization) tekanan, pelan-pelan, agar tekanan yang di dalam telinga,
hidung, dada, sama dengan tekanan yang diluar. Ada yang prosesnya cepet, ada
yang proses nya lambat. Beda-beda pada tiap orang. Kalo mo langsung-langsung ke dasar laut, ya
silakan, paling pecah tu gendang telinga. Masih mending kalo gendang yang pecah.
Kalo yang terjadi edem pulmo?? Mati lah. Sama kayak hidup, pasti akan selalu
ada tekanan dari kanan kiri, depan belakang, atas bawah, tekanan yang gak semua
orang bisa melaluinya. Tekanan, yang sering kali menyakitkan. Dan setiap orang
butuh ‘equalization’, penyesuaian terhadap tekanan yang ada. Ada yang butuh
waktu lama, ada yang karena sudah terbiasa, akan melaluinya dengan cepat. Dan
meskipun tekanan itu terasa menyakitkan di awal, jikalau mau untuk sabar
melaluinya, kurasa, semuanya gak akan sia-sia. Karena, setelah sampai di dasar
laut, setelah sampai pada apa yang di tuju, kurasa,semua penderitaan itu
benar-benar terbayarkan. Dengan pemandangan indah di dasar laut yang mungkin
hanya bisa membuatmu ternganga, speechless, gak ada kata-kata yang layak untuk
menggambarkan betapa cantiknya dasar laut Indonesia. Dan dalam keheningan dan
ketenangan bawah laut, ada satu kedamaian yang muncul dari hiruk pikuk biota
laut yang seakan dalam geraknya bercerita bahwa semuanya akan indah jika ada
sinergi dari setiap biota yang hidup di dalamnya. ^<.”segala sesuatu membutuhkan proses. Dan setiap proses tidak selalu
merupakan jalan yang mudah. Tapi, jika kamu bisa melaluinya, percayalah,
bahwa ‘hal itu’ sungguh layak untuk
diperjuangkan.”
*kurasa,
gw harus rajin-rajin nabung, untuk mendapatkan kesempatan menyelam sekali lagi.
ke satu dua tempat lain di bagian lain Indonesia. Bukankah Indonesia itu Indah
dan sayang jika hanya dilewatkan begitu saja??? *racun *050615
Tidak ada komentar:
Posting Komentar