Jumat, 06 Juni 2014

berceritanya Raja ampat (part IV)

berceritanya Raja Ampat (part IV)
Selasa, 11 Maret 2014 : Leaving for a while 
(location : Yenbesser – Waiwo Dive Resort – Pelabuhan Waisai,Waigeo - Sorong
Homestay semakin berantakan pagi itu ketika semua orang sibuk berkemas. Pakaian, alat mandi, alat snorking dan apapun bertebaran di semua ruang. rumah mungil tempat kami tinggal, akan sepi lagi tak berpenghuni setelah kami pergi. Masyarakat mungkin tak akan lagi mendengar kgaduhan yang sering kami ciptakan. Masyarakat mungkin tak perlu lagi tepok jidat karena sering kami repotkan, pinjam dandang, pinjam ulegan, pergi menumpang mandi di sumur mereka, dan banyak hal lainnya. Bocah-bocah kecil yang selalu muncul dimanapun kami berada, entah di rumah, entah di jeti yenbesser, yang selalu nampak ‘amaze’ dengan keberadaan dan tingkah kami mungkin akan merasa sedikit kehilangan tanpa kami *tsah, pede

“Hitam kulit, keriting rambut… aku Papuaa”
“walau nanti langit terbelah, aku papua…”

Lagu Edo Kondologit terdengar nyaring berputar berulang ulang ketika kami tengah berkemas. Beberapa bersenandung mengikuti lirik yang ada meski hanya bagian hitam kulit keriting rambut saja yang selalu diingat, meski terkadang salah mengucapkan, dan meski sering diplesetkan menjadi naik-naik ke puncak gunung. . tapi tak dapat dipungkiri, Lagu Edo menjadi candu bagi kami selama di raja ampat, sejak disenandungkan oleh bocah-bocah yang bermain di Jeti dekat homestay. “kalian nyanyi apa kah?” Tanya seorang diantara kami ketika mendengar bocah bocah bersenandung, sebuah lirik yang menunjukkan kebanggaan sebagai seorang papua, menarik . “lagu papua om..” jawab seorang bocah yang paling besar.”coba ulang lagi nyanyinya?”pinta salah seorang dari kami, dan mereka pun bernyanyi, meski terdengar datar, senandungan mereka membuat kami tersenyum simpul. “coba tes nyanyi lagunya yang lengkap?”kata seorang lagi. Tapi kali ini, semuanya hanya diam tersenyum, tersipu malu. Tidak ada yang tau lagu lengkapnya bagiamana, mungkin pernah mendengar, tapi tak ada yang hafal. “lagu ny om Edo Kondologit to?”kata gw pada bocah-bocah mengkonfirmasi.” Gak ada orang papua yang gak tau Edo Kondologit dan gak tau lagu ini. udah jadi lagu kebangsaan macam Indonesia raya untuk orang Indonesia.”kata gw lagi menambahkan. Sudah agak lama gw denger lagu ini, dan kata temen2 gw orang papua, “lagu Edo tu bikin kita bangga jadi Papua dok. Sa kalo su dengar ini lagu, sa pu mata bisa berlinangan air mata..” kata bu desa di kampung ongan,Papua beberapa waktu lalu. Bocah-bocah pun kembali diminta untuk menyanyikan lagu Papua tadi, dan kali ini, semua bersiap dengan kamera dan videonya. Ada hal yang menarik perhatian ketika mereka bernyanyi, menyanyikan lagu ini, ekspresi mereka, senyum mereka, nada datar mereka, gerak tubuh mereka, dan apa saja, bocah-bocah yenbesser selalu menarik perhatian kami.





 Pagi itu bocah-bocah yenbesser kembali berkumpul di jeti tempat perahu kami tiba dan berlabuh. Ada nuansa yang berbeda. Hari terakhir kami berada di yenbesser, dan mungkin jadi hari terakhir bagi kami untuk bertemu mereka. anak-anak masih nampak terkagum dengan kami, kekaguman yang sama dengan kekaguman kami pada mereka. kakRunny, kakLily, dan lainnya memuaskan diri untuk mengabadikan moment bersama mereka. moment yang mungki belum tentu bisa terulang kembali.

Perahu kami tiba, dan perpisahan itupun harus terjadi.lambaikan tangan terus dilambaikan bersamaan dengan kepergiaan kami. Just wishing they’’ll grow better and better, and have a better life than today.^^ 




 Satu jam perjalanan dengan kapal speed, kami tiba di Pelabuhan Waisai,Waigeo. ah, semakin dekat dengan perpisahan. kapal menuju sorong masih 2 jam lagi berangkat, rencana untuk berfoto ria di tugu raja ampat yang terletak sekitar 500meter kami batalkan lantaran matahari bersinar terlalu terik dan membuat kami malas berjalan kembali. "maen UNO aja yukk.."ajak kawan-kawan. dan Terminal pelabuhan Waisai pun menjadi tempat kami berlesehan ria berteriak bermain UNO. terminal yang semulanya sunyi menjadi ricuh oleh karena keberadaan kami. "UNO!!", "ASyem!", "kampret", "gancuk" teriak-teriakan tanpa mempedulikan sekitar, tanpo mempedulikan orang yang berlalu lalang yang cuman bisa merhatiiin kami, tersenyum, tertawa, dan geleng-geleng kepala. *maklum,backpacker.


 
 
pukul 14.00siang wit kapal marina kami melaju. Sorong, menjadi perpijakan kami terakhir kali sebelum perpisahan. ah, such a simple moment, but trully meaningful with many story with many people, many tradition, and many prespective on their own.




life on our own way. Life is choice, its depend on our decision what will we do to our  life. For me, I just want to enjoy it, enjoy everymoment I have, enjoy every breath I take.. orang mo bilang apa, EPEN KA…^^

Tidak ada komentar: