Jumat, 06 Juni 2014

berceritanya Raja Ampat (part II)

berceritanya Raja Ampat (part II)
H-3, Sabtu,8 Maret 2014 : Finally,  2014 Resolution no.3,DONE!
(location : Yenbesser – Pianemo – Yenbesser)


Angin kencang sedang melanda banyak wilayah di papua termasuk di Raja Ampat sejak beberapa hari sebelumnya.  Masih beruntung ketika di awal-awal hari cuaca sedang cerah-cerahnya. Ah, bahkan sampai hari terakhir kami berada di Raja Ampat,cuaca selalu cerah berwarna. Hanya pada hari itu, sabtu 8 Maret 2014, angin kencang berhembus begitu kuatnya sehingga kami sempat menunda perjalanan kami  menjadi siang hari. butuh waktu sekitar 2-3 jam perjalanan menembus gelombang gelombang ombak yang tinggi untuk pada akhirnya bisa tiba di Piaynemo.  Ternyata, bukan hal yang mudah bagi sebuah perahu speed untuk menembus gelombang ombak, apalagi kalo melawan arah arus angin, berasa seperti naik roll coaster yang tak  terduga kapan naek turunnya. Hantaman perahu dengan ombak besar yang selalu menghasilkan dentuman keras menimbulkan sensasi tersendiri bagi kami.. teriakan teriakan muncul bersamaan dengan percikan-percikan air ombak,”aargh…”, “wa….”, “oh noo…”, “yeieeey….”… “aargh..” Orrrgghhh..”,semuanya berteriak, mulai dari teriakan kaget, teriakan ketakutan, teriak kegirangan karena malah menikmati sensasinya roll coaster diatas perahu speed ( kalo yang terakhir ini, wandy yang paling menikmati). Sempat khawatir juga bahwa perahu tak tembus gelombang karena makin lama makin tinggi. teringat kata kakZeth,”kita berangkat siang nunggu gelombang agak berkurang. cuman kita liat-liat juga, kalo ditengah jalan gelombang makin tinggi, gak tembus, ya kita balik lagi. Tapi semoga saja…” kata kakZeth melihat angin berhembus. Tapi beruntung, kami akhirnya tiba juga di Piaynemo homestay, setelah berbasah-basahan dan berasin-asinan di lautan.  Perahu speed kami tiba lebih dulu, disusul longboat dari 4kawan kami yang tersisa. Piaynemo homestay sendiri hanyalah sebuah pulau kecil diantara pulau2 kecil lainnya di Piaynemo, yang ditumbuhi banyak pohon bakau dengan salah satu sisinya berupa pantai berpasir putih berkombinasi dengan batuan karang besar di sisi lainnya, yang kemudian dibangun sebuah rumah panggung di atas air, dengan beberapa kamar tidur, dan dapur terbuka. Sebuah homestay sederhana yang terasa menyatu dengan alam. 
Cukup beristirahat di Piaynemo homestay sekaligus mengisi buku tamu, kami melanjutkan perjalanan menuju satu bukit di piaynemo untuk dapat melihat pulau-pulau piaynemo dari ketinggian. Kita mengistilahkannya ‘Mini Wayag’, atau ‘Wayag KW2”. Kalo wayag adalah icon dari raja ampat, maka piaynemo, bisa sedikit mewakili keindahan dari wayag. Memang sejak awal trip kami sudah sepakat untuk tidak mengunjungi wayag, selain karena Wayag kali itu tengah ditutup karena masalah adat, biaya yang tinggi (satu kali menuju Wayag,untuk satu perahu speed membutuhkan budget Rp.8.000.000 perkapal/8org), akses yang terlalu jauh dari homestay kami (3-4jam perjalanan), dan angin gelombang yang besar, menjadi pertimbangan tersendiri bagi kami. sehingga,Piaynemo, menjadi satu destinasi puncak kami. cuman butuh waktu trekking 10-15menit untuk bisa sampe puncaknya, dan melihat keindahan maha karya Tuhan yang luar biasa di Piaynemo!!!!yeeeiy…. 
and finally, my 2014's resolution no.3 is Done!!!


Puas mengabadikan gambar di ‘Mini Wayag’, kami kembali ke piaynemo homestay, dan kepiting kenari saos pedas manis hasil olah tangan Driver speed kami. masakannya, beeuuh, mantab gila. Baru pertama kali ini ngrasain namanya kepiting kenari.

H-4, Minggu, 9 Maret 2014 : Arborek and Barefoot Conservation
(location : Yenbesser – Manta Point – kampung Arborek – Yenbesser)

Hari minggu adalah hari ibadah. Sehingga trip kami hari itu, terpaksa kami mulai lebih siang disbanding hari-hari sebelumnya. “kakak Zeth, kakak Josuwa, dan bapa’ satu driver speed mo pi ibadah dulu”kata kakAnca. Hari keempat di raja ampat dan Manta Point dan Kampung Arborek menjadi tujuan perjalanan kami berikutnya.  Manta point dan pulau arborek punya letak yang berdekatan satu sama lainnya. Untuk melihat manta, sebenernya lebih baik dengan diving atau free diving karena letak manta yang sedikit berada di kedalaman. Tapi jika dalam kondisi air surut, manta cenderung akan berenang lebih dekat di permukaan. Dan di manta point ini, jumlah manta masih begitu banyak. Ah, feel lucky to see them at the close^^

Arborek adalah sebuah pulau kecil yang terletak di gugusan kepulauan raja ampat. Dengan luas hanya sekitar…. Hektar, arborek dihuni oleh … jumlah penduduk, yang kebanyakan adalah pendatang local dari daerah papua barat. Arborek sendiri, kata seorang tete asli biak yang sudah bertahun-tahun tinggal di arborek, mempunyai arti Duri. Ceritanya ni waktu orang pertama yang menemukan arborek, Pulau ini dipenuhi oleh tanaman meerambat yang berduri-duri,yang kemudian oleh orang itu, duri-duri dibersihkan dan kemudian tinggallah orang-orang yang kini sekarang menghuni arborek dengan damai.

Hanya butuh waktu sekitar 30 menitan dengan jalan-jalan santai (super santai), untuk bisa mengelilingi satu pulau arborek. Tempat yang damai, dengan beberapa bangunan rumah yang tertata rapi , sebuah gereja, sebuah sekolah dasar, dan satu dua bangunan kantor. Tanahnya, hampir sebagaian besar berupa pasir putih, dengan banyak tanaman hias dan pohon-pohon sukun merindangin rumah-rumah.

beberapa warga asing tengah asik berbagi ilmu bersama masyarakat asli di satu sudut kampung dibawah rindangnya pohon sukun. Hembusan angin mengurangi panasnya matahari siang itu ketika kami berjalan menyusuri jalanan kampung. Kami pun mendekat mencari tau apa yang tengah mereka lakukan. Barefoot conservation nama NGO mereka. sebuah NGO yang concern pada konservasi alam dan pengembangan masyarakat local. Sudah sekitar setahun ini barefoot c berada  di Arborek melalukan penelitian terhadap manta dan beberapa biota laut di raja ampat sekaligus berbagi banyak ilmu pada masyarakat local termasuk mengajarkan bahasa inggris seperti ketika kami jumpai kala itu. Kak Gita salah seorang volunteer dari Barefoot bercerita bahwa dirinya sendiri sudah berada di Arborek sejak 3 bulan yang lalu membantu penelitian dan pendataan manta.

Hari yang terasa singkat ketika sore tak terasa sudah harus mengantarkan kami untuk kembali ke homestay kami di Yenbeser.  Satu cerita lagi tercipta dari satu kampung kecil yang masyarakatnya begitu ramah dan terbuka terhadap wisatawan. Sebuah pulau kecil dengan lautan biru luas yang memberi kedamaian bagi masyarakatnya.

Tidak ada komentar: