Jalan-jalan PTT : Hembusan Angin dari Enggros, Teluk Youtefa
We Broke up. My heart got hurt, and it made me so messy. I knew that I must thrown
it away so I Decided to go to jayapura city and found septia who wanna help me
cure this pain *tsah... gw gila... dan sore itu, gw habisin banyak waktu puter2
kota jayapura ngilangin penat, ngilangin sakit kepala.. dan secara tidak sengaja, kami singgah di
tempat ini. Enggros, abepura. Dermaga kecil di teluk Youtefa.
Enggros sendiri letaknya agak terselip. Masuk sebuah jalanan kecil di
pinggir kota Abepura. Hm, masuk abepura kah kotaraja ya? Kayaknya sih masuk
abepura, abepura pantai. Ato kalo kata orang bilang,”Abe pantai”. Letaknya gak
jauh dari pasar youtefa. Waktu memarkirkan motor, seorang
anak kecil yang dari wajahnya diperkirakan berusia 7 tahun berdarah bugis
mendekati kami, menyodorkan secarik tiket parkir. “Hm, anak kampung sini”,pikir gw. “ade’ su lama di sini..?”tanya gw sambil menyodorkan selembar uang
ungu (baca : sepuluh ribu,red) , si anak yang menerima duit gw menggangguk
kecil. “ko tau sejarah nya engross kah??”Tanya
gw yg stelah gw pikir-pikir, gw terlalu dini untuk bertanya.si ade’ cuman
tersenyum manis dan menggeleng. Dikembalikannya uang lima ribuan ke gw,” lima ribu saja tanta” kata adek lagi.
,”su ambil saja to..” kata gw.”iyo sudah… besok ko cari tau e sejarahnya,
nti sa balik lagi ke sini, ko su bisa bantu sa cerita to…” kata gw lagi,
dan si adek sekali lagi menggangguk kecil, dan kemudian pergi.
dari penampakan, memang tempat ini
sengaja dibuat dijadikan sebagai tempat wisata sederhana untuk orang-orang
melepaskan penatnya barang sejenak. Termassuk di senja itu, banyak orang-orang
santai berkumpul, mungkin sekedar nongkrong atau kongkow kongkow. Ditemani
rokok2 dan ‘minuman’ tentunya (kayaknya disini udah biasa ya orang mabok2, gak
siang gak pagi gak malam). Gak cuman sebagai tempat nongkrong, tempat ini
sebenarnya merupakan dermaga kecil dari perahu-perahu yang membawa penumpang
menuju pulau pulau kecil yang berada di Teluk Youtefa. ada beberapa pulau di
teluk youtefa yang didalamnya dihuni oleh masyarakat asli dan masyarakat
pendatang (terutama orang bugis dan buton) yang su lama tinggal dan berkembang
biak di sana ^^. Dari sini pula kitong bisa menyewa perahu untuk sekedar
berputar2 pulau yang letaknya tak
jauh dan masih nampak di mata dari dermaga, bersinggah di pulau dengan biaya
yang tak terlampau mahal. Rp.20.000 saja untuk sekali jalan, bisa puas
putar2 dengan perahu (kalo orang disini bilangnya,”speed”). Sayang, hari itu su
terlalu senja, hanya ada sebuah perahu yang baru saja kembali dari pulau
membawa beberapa orang dengan beberapa hasil kebun yang akan dijual di pasar
youtefa yang tak jauh dari enggros.
Suasana teluk yang damai. Kami berdiri di tepian jembatan kayu
yang sudah rapuh dan mudah goyang.
Nampak muka pucat septia takut kalo terjatuh karena dorang tra bisa berenang,
ditambah lagi gw nya yang makin bertingkah dengan loncat-loncat kecil di ujung
jembatan,bertingkah usil, membuat septia menjadi lebih takut… tak banyak yang
kami bicarakan kala itu… hanya angin yang berisik beradu dengan suara ombak
sore yang terdengar mengantuk. Sesekali melepaskan pandangan ke belakang,
memperhatikan orang-orang yang tengah asik bercengkerama bercerita. Sepasang
sejoli yang nampak asik saling memoto dengan kamera ditangan dengan sesekali
memainkannya kaki berkecipuk dalam air yang sedikit menenggelamkan kakinya yang
menggantung. Seorang wanita berusia 20an dengan aroma mulut sedikit berbau
alcohol mendekati septia,”ada rokok kah
kakak…??” tanyanya dengan nada sedikit seram, tapi oleng karena mabok.
Septia ragu, sedikit takut melangkah mundur,”maaf
kakak… sa tra merokok jadi…” kata septia halus, gw tersenyum, septia ini,
anak laki-laki, tapi halusnya kayak cewek, sopan, pun penakut, macam cewek sudah.
Gw ketawa geli liat tingkah septia. Septia hanya garuk-garuk kepala. “ini sudah tante yang sa takutkan di sini, sa
takut ya sama orang mabok…”, gw ketawa lagi,”aih mo, tra usah takut ya.. tempat umum, pun masih terang, so ko tra
usah kawatir…” kata gw ke septia. Memang tra da yang perlu ataupun
terlampau dikhawatirkan dengan orang mabok. Tetap sopan dan sedikit lebih
waspada saja di sini ^^.
Badan gw kembali berbalik, memandangan jauh lautan yang
ada di depan… terhadang oleh dua pulau kecil yang meski nampak su berdiri
berberapa rumah, tapi kehijauan pohon-pohonnya masih mendominasi. Gw harus
balik lagi ke sini, menemukan cerita dibalik kisah Enggros dan mengenal lebih
dekat masyarakat yang ada di seberang. “septia,
nextime kitong ke sini lagi e… kitong harus naek speed putar-putar pulau too?”kata
gw,”iya tante, sa temani tante sudah,
tapi jangan suruh sa ikut menyeberang e, sa takut naek speed jadi..”.kata
septia polos. gw tepok jidat… adoh, septia, septia… . sebuah perahu speed
berjalan mendekat, membawa sekitar 15an orang yang hampir semuanya adalah
masyarakat asli. Beberapa nampak termenung dalam lamunan, berberapa asik
berbincang, dan beberapa nampak melemparkan senyumnya pada saya ketika melihat
saya asik membidikkan kamera ke arah mereka…
Angin masih berhembus dengan malasnya, meski masih terasa
sisa panasnya matahari hari itu, pohon pohon bakau ditepian teluk yang nampak
rimbun tumbuh merindangkan teluk yang su rindang karena dikanan kirinya
dihimpit bebukitan kecil. Such a nice place.
Gw hirup udara laut sore itu. Hangat.
^^
(04.03pm)
Waytoreach
and all price:
Enggros,
Teluk Youtefa, Distrik Abepura, Jayapura kota.
Way :
Biaya masuk : -
Parkir : motor
Rp.5000, mobil Rp.10.000
Speedboat : Rp.20.000
/ orang
1 komentar:
wahh fotonya bagus bagus kak, hehe
Posting Komentar