Accidental Story of Wamena (2): Amaze on Anything
Still on Day
1 : Augt 8th 2014 - FBLB – Goa Lokale – Mumi Jiwika – Bukit Batu –
Pasir Putih
|
mumi Wimontok Mabel, desa Aikima,Distrik Kurulu |
Goa Lokale
Puas menikmati pertunjukan di festival, kami
memutuskan untuk meninggalkan area festival dan menuju tempat berikutnya. Goa
Lokale, yang hanya berjarak sekitar 200 m sebelah utara dari lokasi festival. Dari friska, gw
kenal kakYesa, seorang batak yang sudah 5 tahun berada di Wamena, yang
mengantarkan kami ke Goa ini. ah, ternyata kakYesa sudah sering kemari sehingga
kenal dengan masyarakat setempat dan kami dipermudah untuk bisa memasuki goa. Goa
Lokale yang kedalamannya belum diketahui ini dipercaya merupakan goa
terpanjang di Papua. Dari pintu masuk, kami berjalan sekitar 20 meter melewati
banyak pohon pinus untuk bisa sampai di pintu goa. Menurut cerita kakYesa, pernah
satu kali seorang warga asing melakukan penelitian untuk mengetahui kedalaman
goa ini, tapi sudah 4 hari perjalanan ujung si Goa belum juga ditemukan,
sehingga mereka beranggapan goa ini memilik kedalaman yang cukup panjang.
Kampung Wisata, Mumi Jiwika
dalam perjalanan kembali ke kota Wamena, kami singgah ke kampung wisata mumi
Jiwika di distrik Kurulu. Beberapa anak kecil tengah asik bermain ketika kami
tiba sore itu. Melihat kedatangan kami, anak-anak kecil itu cepat-cepat berlari
menuju honai masing-masing. Bukan, bukan karena takut dengan keberadaan kami.
tak berselang lama, mereka kembali, kali ini mendekati kami, dan dalam keadaan
tak berbusana. Olala, ternyata mereka sudah sadar wisata. Jika dalam keseharian
mereka berpakaian lengkap, ketika ada wisatawan mereka dengan senang hatinya
menanggalkan pakaian dan bertelanjang diri. Dari ujung kaki ampe ujung kepala
‘nude’ and just koteka covering their penis. Oh, such a cute boys. :) . tapi,
hati-hati, di sini mereka sudah kenal yang namanya kertas lembar bergambar
pahlawan (baca : uang, red). Sebelum ke mumi ini, kakYesa mengingatkan untuk
berhati-hati mengambil gambar. Jika ada yang ter’capture’ di kamera maka mereka
tak segan-segan untuk meminta rupiah. Memasuki kampung, kami bertemu dengan
seorang laki-laki yang merupakan perwakilan dari kepala suku. Kala itu,
kebanyakan masyarakat tengah sibuk mengikuti acara festival sehingga hanya
beberapa orang saja yang tinggal. Dari si bapa tersebut, kakYesa menyampaikan
tujuan kami berkunjung,”:bapa… kami bisa
lihat mumi nya kah??? Kalo kasi keluar mumi berapa?” Tanya kakYesa to the
point. Di sini, semua hal dinilai dengan rupiah. Untuk mengeluarkan mumi saja ada harganya, sekitar 100.000 – 200.000. harga bisa
bervariasi tergantung siapa pengunjungnya, berapa banyak yang datang dan
tergantung yang kasih harga. Pernah suatu ketika ada yang diminta hingga
Rp.1000.0000 untuk mengeluarkan mumi yang ada di kurulu. kakYesa menawar,”Rp.100.000 sudah e, cuman dorang dua ini saja”kata kakYesa
menunjuk pada gw dan friska yang dijawab dengan anggukan oleh si bapak. “kalo ambil gambar berapa?’tanya kakYesa
lagi. “satu orang satu kali kutip Rp.10.000.”kata si bapak lagi. gw perhatikan
tangannya tengah asik menganyam gelang wamena. Satu kutip maksudnya adalah adalah satu kali
jepretan. Harga disepakati dan sebuah mumi dikeluarkan dari dalam honai. Gw
menjadi giliran pertama untuk diambil gambar, berikutya gw ama friska dan mumi,
dan kemudian bersama beberapa mama-mama yang bertelanjang dada. Friska mencoba
untuk menggunakan noken salah seorang mama untuk dikenakanya dikepala. Lucu
liatnya…. Puas mengambil gambar, kami menyerahkan sejumlah uang pada si bapak.
Beberapa anak menarik-narik kami untuk diajak berfoto, yah tentunya dengan
imbalan sejumlah rupiah. Tapi kami menolak, cukup dua tiga foto saja sebagai
bukti bahwa kami pernah ke tempat ini. sejenak kami bercakap dengan si bapak,
tentang kampung ini, tentang mumi, dan tentang kerajinan yang mereka buat dan
dijual sendiri di tempat. Friska membeli sejumlah bunga kertas, istilah untuk
bunga2 kering yang berwarna warni yang khas wamena. Meski kering dan nampak
seperti kertas, bunga ini nampak cantik dalam satu ikatan buket, dan awet
tentunya. Gw sendiri, selalu tertarik dengan gelang anyaman yang mereka buat,
sederhana.
mumi Wimontok Mabel,semasa hidupnya adalah seorang kepala suku dan panglima perang. dirinya meninggal akibat hunusan tombak dipunggungnya saat perang. setiap 5 tahun sekali, diadakan upacara adat untuk mengalungkan semacam kalung di lehernya. di upacara ini diadakan pesta potong babi, dan minyak babi akan dilumurkan pada seluruh tubuh mumi (sumber: majalah Tamasya,lupa edisinya)
|
with friska, my new travelmate at wamena |
|
di atas bukit batu |
Meninggalkan kampung mumi jiwika, kami kembali
melaju ke arah kota wamena. Di tengah perjalanan, kami terhenti kembali, kali
ini, kami berhenti disebuah bukit batu yang nampak menarik untuk disinggahi. “apa namanya ini kak?’tanya gw ke
kakYesa. “aduuh.. apa ya namanya… ya
bukit batu saja, gak ada namanya..” kata kakYesa sambil melangkah. Gak
terlalu tinggi bukitnya, tapi cukup membuat terengah. Hm, sekitar ketinggian
20meter saja dari tinggi jalan raya. Dan meski gak terlalu tinggi, dari tempat
ini kami bisa melihat pemandangan yang luar biasa disekitarnya. Hamparan
savanna yang luas dengan pemandangan bukit-bukit di segala penjuru. Dan angin
sorenya terasa sekali sejuk berembus… cantiiiiikkkkk
|
hamparan savana dari atas bukit batuu.. cantiiikk |
|
scream so loud |
|
become so excited, even we just meet each other several hour b4. *anginberhembuskencang,wussh |
Hanya berjarak beberapa meter dari bukit batu,
terdapat hamparan bukit pasir putih di sisi selatan jalan raya. Awal mulanya
kami tak berniat singgah dit empat ini. alasannya jelas, sudah sering kali
terjadi kejadian perampokan di lokasi ini. lokasinya sih dipinggir jalan raya,
tapi sepiiiii banget. terkadang wisatawan yang tak tau dengan cueknya masuk ke
lokasi ini, puas berfoto-foto saat keluar lokasi tiba-tiba muncul beberapa
laki-laki orang lokal dengan senjata tajam menghadang, dan semua barang bawaan
bisa dirampoknya. Dan kejadian tersebut sudah seirng terjadi dan sudah jadi
lagu lama, sehingga untuk orang yang tau, malas berkunjung ke tempat ini.
ditambah lagi jika sudah menginjak sore/ senja, kerawanan menjadi lebih-lebih
lagi. jadi, awalnya gw merasa cukup puaslah liad dari jauh. “pakojek, entar kalo dah deket pasir putih,
jalan pelan-pelan ya, saya mo ambil gambar dari jauh”kata gw. eh, lagi
siap2 kamera, tiba-tiba motor kakYesa berbelok ke arah pasir putih, dan motor
gw dan pak ojek pun ikutan. “kakYesa, gak
papa ni kita berhenti di sini?’tanya gw ketika motor akhirnya berhenti
tepat dibawah kaki bukit pasir putih.
“ada orang banyak koq, gak papa..” sebuah mobil memang sudah nampak
terparkir sebelum kami di sana. “yeiiiy…
asiiiik…”gw pun langsung berlarian di pasir-pasir putih yang nampak berbeda
dengan daerah sekeliling. Friska pun langsung melepaskan sepatunya dan memilih
bertelanjang kaki merasakan langsung lembutnya pasir putih.”haluss bangeet..”kata friska sambil
menggenggam pasir putih dalam tangannya. kakYesa hanya tersenyum melihat
tingkah kami berdua. maklum, turis. Konon ceritanya, ribuan tahun yang lalu
wamena ini berada dibawah permukaan laut. Tapi kemudian karena adanya
pergeseran lempeng bumi dan lain sebagainya, daerah ini terangkat ke atas
permukaan laut dan jadilah wamena dan lainnya yang berada di pegunungan
jayawijaya. “makanya di sini gak ada
gunung berapi. Di sini kita bisa temukan banyak bukit pasir putih. Ada danau
air garam di daerah kurulu atas, dan banyak ditemukan fosil-fosil kerang keong
di bebatuan di daerah wamena. Fosil-fosil kerang / keong itu biasa dipake buat
aksesoris kalung ataupun juga sebagai mas kawin selain babi dan lainnya. Mahal lho
mas kawin fosil2 kerang tu..”kata kakYesa menerangkan panjang lebar.
kakYesa ni emang dah cocok jadi duta pariwisatanya wamena, tau semuanya. “oh… iya, makanya tadi sa liad ada yang pake
kalung keong2 kecil yang diikat pake tali senar jadi kalung yang besar. sa
pikir tu keong sungai” , kakYesa menggeleng,”bukan, itu biasanya diambil dari batu-batu, fosil to…. Di daerah danau
air garam, biasa mama-mama membuat garam dari danau itu. Batang pisang
dibelah,kasih rendam di danau beberapa hari truz diangkat dijemur dan diambil
deh keraknya jadi garam”kata kakYesa kembali menerangkan. gw dan friska
mengangguk nampak kagum. “Hm, makanya,
meski di pegunungan mereka gak kekurangan yodium…”komentar singkat gw. “berarti ini kayak pasir pantai ya??? wah,
berarti asin donk…”kata gw menyimpulkan. kakYesa cuman tersenyum,”ya, coba aja..”. katanya singkat. “fris.. coba fris… asin gak?’kata gw
ngasal. “cup… iya asihn..” tiba-tiba
friska dengan polosnya beneran nyicipin si pasir. "ya.. friska?? Nyicipin benerann.. hadooo” gw membelak dan
kemudian ketawa, kami semua tertawa. Friska yang lucu….
|
turis adl orang yang norak kalo liad pasir putih digunung*exexe :p. namanya jg nubie |
|
kombinasi antar pasir putih dan bebatuan |
Matahari semakin nampak rendah tanda matahari kan
terbenam. Kami bergegas untuk pulang, dan ternyata seperti dugaan kami dua tiga
orang menghadang jalan keluar kami dari pasir putih. Untung sebelumnya friska
sudah meengingatkan untuk memasukkan kamera dan barang berharga lainnya dalam
tas, dan untungnya lagi mereka ‘hanya’ meminta sejumlah uang dari kami. kakYesa
menjadi ganas, “semotor seratus ribu??
Mahal sekali. Tadi kami masuk saja tra da yang tarik bayar koq. Kam ini jangan
begitu. Kam (kamu) kasih biar kitong (kita/ kami) masuk baru waktu keluar
kalian hadang kitong bt bayar. Klo memang mo tarik retribusi tarik secukupnya.
Kalo begini, orang-orang tra da yang mau ke tempat ini”kakYesa marah-marah,
mengomel. “sa pikir sa tra tau kah? Sa
orang sini juga. kam bisa sa lapor nanti”kakYesa bersitegang. penduduk lokal yang mungkin masih berusian
pertengahan 20tahun hanya diam. “sudah,
50ribu saja untuk dua motor”kata kakYesa singkat. Seorang yang berdiri
didekat motor kakYesa yg merupakan anak
buahmenggeleng, “tra bisa, 100.000 1
motor.”gw cuman diem, si ojek gw mulai takut. “50 sudah ini saya kasih”kata kakYesa sekali lagi, si anak buah
menengok kebelakang bertanya pada si bos yang hanya menggeleng,”tidak bisa kaka..”katanya lagi. “udah mas, dikasih saja.”tiba-tiba si
tukang ojek gw mengingatkan lebih baik uang yang keluar daripada harta yang
lain ikutan dibawa, apalagi nyawa. Gw sih ngikut, suruh bersitegang ayo, suruh
kasih uang ya ayok. Sudah biasa liad perselisihan kayak gini. Melihat tukang
ojek gw yang nampak takut kakYesa memilih mengalah,”yo sudah, ini Rp 100.000, untuk dua motor…”sodorkakYesa kemudian
yang diterima berat hati sama si tukang palak. Its better than we sacrifice our
life.
Udang Selingkuh
|
senja dalam perjalanan kembali ke Wamena |
waktu menunjukkan pukul 17.30 ketika kami kembali
tiba di kota wamena. Mas Budi “hotel and resto” menjadi pilihan kami untuk
mencicipi udang selingkuh. Belum ke papua kalo belum ke wamena, belum ke wamena
kalo belum makan udang selingkuh. Udang selingkuh!! Ah, serasa ingin segera
mencicipinya. dua porsi udang selingkuh rasa mentega dan rasa pedas manis kami
pesan untuk berempat,ditambah tumis kangkung, jus terong belanda dan jus
markisa untuk kami berdua. semuanya, khas wamena. Satu yang lucu adalah waktu
gw nawarin pak Ojek untuk memesan minuman. “om
mo pesan apa??”Tanya gw. si om bingung,”terserah
sudah”jawabnya singkat. Malah jawab terserah. “extra jos susu om??”kata kakYesa yang disambut tersenyum kami
berdua. di papua, extra jos susu tu sering jadi menu minuman andalan di warung
warung makan selain es teh dan es jeruk. “:ya
udah, extra jos susu..” katanya mengiyakan, padahal kami hanya bercanda. Di
restonya ‘mas budi’ gak ada itu pilihan extra jos susu. “: extra jos susu nya gak ada om..”kata gw. “ya udah extra jos aja..” jawabnya menghilangkan embel2 susu. Gw
tepok jidat. “extra jos susu gak ada om.”
Kata gw lagi. “extra jos sudah..”kata
si om lagi masih dengan pilihannya. “extra
jos gak ada om.. extra jos ada gak kak?’tanya gw mengkonfirmasi pada
pelayan yang sedari tadi berdiri mencata pesanan kami. “extra jos tidak ada mbak”jawab si pelayan. “tuh om.. extra josnya gak ada. Yang lain sudah om, apa mau jus? Es
teeh? Es jeruk??’tanya gw lagi sambil menunjuk pada menu minuman yang ada.
Setelah bingung cukup lama, akhirnya pilihan jatuh pada minuman bersoda,sprite…
“om… om…”gw, friska, dan kakYesa
cuman geleng2 kepala. Cukup lama untuk menunggu udang selingkuh pesanan kami,
ada kali ya 60 menit menunggu. sangat disayangkan pelayanan terkesan ‘nao-nao’
dan ‘ lamaa bingiiiitz ciiin’.. hedeee. Tapi, setelah udang selingkuh disajikan, “hm… itadakimatsuuu…”, nyummi, rasanya
kayak udang, ribetnya kayak kepiting.
|
udang selingkuh yang disapu bersih, dan tumis kangkungny yg mantab bingitz |
Little bit information,
Udang selingkuh atau yang dalam bahasa latinnya Cherax Albertisii merupakan salah satu biota air tawar dari aliran
sungai Baliem. Udang selingkuh dinamakan udang selingkuh karena dari bentuk
capitnya yang besar menyerupai capit kepiting sehingga dianggap udang yang
selingkuh dengan kepiting sehingga jadilah si udang selingkuh bercapit
kepiting. Udang selingkuh yang berwarna kemerahan (karena udah dimasak denk) sebenernya
merupakan biota langka yang hanya ditemukan di sepanjang aliran Sungai Baliem,
dan di tiga danau di Paniai (danau paniai, danai tigi, dan danau Tage) Sayang, karena terus dieksploitasi,
keberadaannya sekarang jadi semakin sulit ditemukan, dan harganya pun jadi tak
murah lagi. Waktu gw nanya ke temen, “emang
di sini gak ada penangkaran udang selingkuh?”dirinya menggeleleng.”belum pernah si gw denger ada yang nangkar
karena selama ini resto2 yang menjual udang selingkuh dapatnya dari menjaring
di sungai”. Gw mengangguk. Tapi dengar-dengar, mereka yang menangkap udang
selingkuh ini tau cara menangkap udang yang benar, mereka gak akan menangkap
udang yang masih muda, dan tidak mengeksploitasi telur-telur dari udang ini. Bagaimanapun,
gw berharap, bukan cuman sekali ini gw ngerasain nikmatnya udang selingkuh, dan
berharap pula suatu saat nanti anak cucu gw masih bisa merasakan sensasinya
udang selingkuh. *udangselingkuh, kamu jangan punah dulu ya…
|
kamu selingkuh ya Dang? iya, kamu... (*dodit banget). |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar