Sabtu, 07 Juni 2014

Celebes pu Cerita (9) : Makasar - Secuil Cerita

Celebes pu Cerita (9) : Makasar -  Secuil Cerita

H8 : Sabtu, 17 Mei 2014
Om-om kernet sibuk manggilin penumpang yang belum turun dan memberi tahu bahwa bus akan berhenti di pemberhentian terakhir. “peteran peteran… terakhir terakhir…”. Teriak sang kenet. Bus Bintang Marwah yang kami tumpangi sudah nampak sepi, cuman tinggal kami bertiga dan dua penumpang yang masih molor. “huaah.. malesss turun, masih pengen tidooor”kata gw sambik nguleet. baru kali ini naek bus yang comfort banget, tempat duduknya kayak kasur, empuk, bin lebar dan panjang, beneran executive bus banget lah, tidur pun jadi terasa nyaman tanpa goncangan, haha *ndeso. Kami berhenti di tepian jalan peteran dan langsung dikerubungi oleh banyak tukang ojek dan supir taksi, bingung-bingungan mo kemana. Tapi untung sebuah penunjuk jalan mencerahkan kami kemana kami akan melangkah. Sebuah papan bertuliskan, “McD, drive thru 500m” membuat kami sepakat,”sarapan dulu yuk…. Sambil isitrahat, charger hp, bersih2, jernihin pikiran, baru jalan”. Dan ternyata 500m itu gak deket, udah rasa jalan lama tapi koq gak sampe-sampe. “koq gak sampe-sampe sih?dimana sih?gak keliatan?”kata gw mulai meragukan penunjuk jalan. “naek pete-pete aja ya.. “usul gw dan semuanya sepakat. Udah poda males jalan. Semenit naek pete-pete, tibalah kami di McD Alaudin. “yeeeiyy….. McD, akhirrrr nya, setelah nyaris setahun gak makan mcD, yeiy… yieyy”teriak gw girang lantaran di papua emang kagak ada McD. Satu jam lebih kami nongkrong di mcD, santé-sante saja, sambil nikmatin menu mcD breakfast.
dari blog diah : travelingdiah.blogspot.com

dari mcD Allaudin, kami sepakat menggunakan taksi untuk mencapai pulau Samalona. Masih jam7 pagi tapi panasnya udah kayak jam9, ditambah macetnya jalan, ah, bikin kami nyari praktisnya ajah. Supir taksi yang berusia sekitar 50 tahunan bercerita panjang lebar ketika kami mengomentari banyaknya poster JK yang disanding dengan poster Jokowi. Padahal dikala itu, belum ada kepastian tentang pasangan capres-cawapres yang akan maju di pilpres 2014. Supir taksi pun tak mau kalah untuk berpendapat tentang calon-calon yang menurutnya layak menjadi presiden untuk Indonesia, meski di satu sisi dirinya selalu berkomentar skeptic,” ah, semua pemimpin sama saja. gak ada yang jujur..”katanya kemudian.

Samalona Island
cari perahu di kayu bangkoak. dari blog diah : travelingdiah.blogspot.com
dermaga kayu bangkoak . dari blog diah : travelingdiah.blogspot.com
Kayu Bangkoak merupakan sebuah pelabuhan kecil dekat Losari yang dari sinilah speedboat-speedboat nelayan banyak disewakan untuk menuju pulau pulau kecil diseberang sana, P.Kayangan, P.Samalona, atao yang lainnya. Cukup lama kami bersitegang dengan bapak penyewa kapal karena harga sewa yang menurut kami tinggi. Kami pun saling keras berusaha mempertahankan harga masing-masing.  hingga pada akhirnya disepakati menjadi 350.000 rupiah untuk mencapai Samalona. Hanya butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai di Samalona. Gak jauh dari Losari. Bahkan makasar masih nampak dari kejauhan di Samalona.
maen aer. dari blog diah : travelingdiah.blogspot.com
Samalona sendiri adalah salah satu pulau dari beberapa pulau kecil yang ada diseberang pantai Losari.ukuran pulaunya, menurut google disebutkan cuman 2 Hektar, yang itupun tiap tahun akan mengalami penyusutan oleh karena air pasang dan diduga akan menghilang beberapa tahun ke depan. Uniknya, meski dekat dari pelabuhan besar makasar, meski dekat dengan daratan makasar, perairan di sekitar pulau ini masih jerniiihhh banget. masih biru, pasirnya pun putih, halus, meski gak sehalus pasir putih di pulau Friwen,Raja Ampat (*haha). Sebuah pulau yang cantikk, namun banyak sangat disayangkannya. pertama, pulaunya udah terlalu ramai. Entahlah, suka gw dengan view nya, tapi terlalu ramai menurut gw. Lebih suka pantai yang sepi, yang gak ada orangnya (*traveler egois). Meski kata Diah,”untung masih lumayan sepi…  kalo kepulauan seribu lebih rame banget disbanding ini. tapi mungkin kalo weekend /masa liburan bakal rame kali ya”. tapi tetep aja menurut gw, rame. dikit2, ada kapal dateng bawa serombongan orang. Snorkel areanya pun udah berceceran pelampung-pelampung dari wisatawan yang asik snorkeling. Padahal menurut gw, view bawa lautnya biasa aja,hanya beberapa terumbu karang masih bertahan hidup diantara banyak terumbu karang yang mati.   Tapi diakui, ikan-ikannya banyak dan warna-warna (*gak tau ya akan sampe berapa lama). Hal kedua yang disayangkan, masyarakat Samalonanya udah terlalu komersil. why I say that? Kami baru turun aja udah didatengin banyak orang nawarin snorkel gear. Satu setnya Rp.50.000 (menurut gw mahal), dengan kualitas snorkel gear yang udah rusak2 (tak layak pake)karena mungkin banyak dipake dan disewain. Ke toilet ditarik duit, mo duduk di para-para ditarik duit (satu para-para Rp.50.000), dimana-mana dikuntitin mulu, dikit-dikit duit, dikit-dikit duit. Dan yang lebih uncomrfotablenya lagi,  kekurangan uang yang belum dibayar,ditagih2 mulu. Meeen, kita pasti bayar koq, toh kita juga masih disitu dan gak bakal kabur. Mengutip kata diah,”sayang banget, anak-anak di sini udah kenal duit. Dikit-dikit duit. Kepolosan anak-anaknya hilang”. gw cuman menghela nafas panjang. ada korelasi antara materialism yang tak tepat dengan kerusakan alam yang kelak akan terjadi. Ketiga, Kebersihannya buruk. Sampah-sampah berserakan dimana-mana.sampah-sampah anorganik sampah-sampah yang mungkin banyak dibawa wisatawan.  Keempat, menurut gw gak ada management yang baik di sana. siapa sih pengelola Samalona, sebuah pulau kecil dengan perairan yang cantik? Gw rasa dikelola secara mandiri namun tanpa koordinasi yang baik oleh masyarakat setempat. ah, serba salah. Diserahkan dipemerintah atau masyarakat setempat tapi alam menjadi rusak, dikelola oleh swasta atau pihak asing alam tetap terjaga tapi menjadi exclusive / mahal untuk dijangkau, dan jadi terkesan alam sendiri tapi yang bisa nikmati orang asing. Serba salah. Ah, entahlah. But overall, berani taruhan berapa, kecantikannya gak akan bertahan lama. *yangpentingudahbisabilangIwashere.


Pantai Losari
Suasana kapal menjadi tak seriuh saat kami berangkat. Deburan ombak menjadi lebih kuat menghantam speed kami yang melaju melawan arus angin darat. Percikan air laut terasa asin membasahi muka kami. Kami terdiam dalam lamunan masing-masing, antara rasa lelah dan kesal karena pak kapal sempet ninggalin kami di samalona dalam jangka waktu yang lama. “makan dimana nih??” Tanya gw ke diah dan afit. ada berbagai macam pilihan tempat makan disepanjang jalan di losari. Resto, warung makan ataupun kaki lima. Kalo lagi travelling gini, di suatu tempat baru, biasanya traveler suka nyari kuliner khas daerah setempat. Kalo dari kata mbah Gugle, coto makasar, konro, pisang eppe merupakan kuliner khasnya makasar. Tapi, tapi, diantara kami bertiga gak ada yang terlalu berambisi untuk nyicipin kuliner2 ini, dan gak lama berpikir, kami sepakat untuk makan KFC, fastfood terdekat yang bisa kami akses dengan jalan kaki dari kayu bangkoak,berseberangan dengan pantai losari. “KFC aja yak?”usul salah seorang dan semua menyetujui. Dua alasan utama kenapa kami bertiga lebih suka makan fastfood, pertama karena dijamin rasanya bisa diterima (maklum, agak trauma sama kapurung), dan kedua, bisa berlama-lama ngCharge gadget! Ahaha,manusia 2014 meen, sulit buat lepas gadget, apalagi si afit, kalo dilihat, pasti mukanya lebih sering mantengin dua gadgetnya disbanding mandangin dua nona cantik disebelahnya (*bwahahaha, pasti afit bakal komentar,””cantik?kalian?mending gw mantengin hp gw jauh2 lah”).  Puas ber’gadget2’, kami beranjak menuju pantai Losari (tinggal nyebrang doank si). “udahan yuk, keburu sunset” ajak afit bergegas keluar dari KFC. Suasana losari begitu rame sore itu. Oh, ternyata sabtu sore, alias malam minggu. Ramenya losari, beeuh, kalo gw amat2in sih ni tempat emang tempatnya nongkrong anak muda dan masyarakat  makasar sekitarnya, disamping banyak juga dikunjungi turis2 lokal macam kami bertiga ini. ah, sunset yang cantik di sudut barat Losari. Sungguh Indonesia #negeriseribusunset. Malas bergerak, kami memilih satu sudut untuk menikmati senja di losari sambil mencicipi pisang eppe dan saraba dua makanan khas makasar. Pisang eppe sendiri, adalah pisang yang belum terlalu matang yang dipipihkan kemudian dibakar dan diberi taburan bisa coklat,keju,durian.dan macam-macam varian. Sedangkan saraba adalah minuman jahe yang dimasak dengan gula merah yang kemudian diberi santan. Wedang jahe versi makasar lah, cuman bedanya pake santan. Just a nice kuliner… unik, tapi maniiiisss *gaksukamanis,*kansayasudahmanis.. haha


taken from diah blog : travelingdiah.blogspot.com

Jalan Somba Opu – Pusat Oleh-oleh Makasar
Rasa lelah sudah menumpuk. Capek. Pengen istirahat, tapi masih ada satu yang belum dipenuhi dalam perjalanan ini,cari oleh-oleh khas makasar, setelah sebelumnya mengantongi oleh-oleh khas palopo dan oleh-oleh khas toraja. “setau gw sih pusatnya oleh-oleh Makasar tu di jalan Somba Opu… cuman gw gak ngerti dimana itu”kata gw ke yang lain. “gugling deh”kata gw menambahkan. gw dan afit pun langsung buka Map, cari direction menuju somba opu, kalo emang jauh ya naek pete-pete or taksi aja. waktu dicari, ehh, ternyata cuman berapa meteran doank dari losari. Berada di utara jalan losari, kami berjalan sekitar 10 menit untuk sampai di jalan Somba Opu dan toko-toko dengan plang bertuliskan hal yang kurang lebih sama,”toko oleh-oleh khas makasar” berjejer banyak di kanan kiri jalan. Kami pun memasuki salah satunya yang terdekat. Diah, afit, dan gw pun berpencar masing2 mencari apa yang dicari. Pertanyaannya sama,”mbak, yang khas makasar apa aja?”dan mbak2 toko pun menunjukkan berbagai macam makanan khas makasar. Dari kacang disco, kacang mete, minuman sari markisa, coklat makasar, dan berbagai macam makanan khas lainnya. Semuanya dicomot dan dibeli. “wez, mboh, pokoke wez tak tukok’e nggo wong kantor.ben dho ra komentar kabeh. nyoooh”kata afit sengaja membeli banyak oleh2 khas dengan banyak variasi untuk rekan kerja di kantor, hal yang sama dilakukan gw dan diah. Hal yang paling gw gak suka dari travelling selain perpisahannya, beliin oleh-oleh buat orang2 yang ditinggalin, entah keluarga ataupun rekan kerja.. gak masalah sih belinya, malesnya tu harus nyarinya, nentengnya, dan capekknya, tapi demi dah demi.dua kardus mie dan sekantong plastic besar berisi oleh-oleh kami bawa malam itu dari sebuah toko oleh-oleh. Fuuuh, capek dah capek.
oleh-oleh makasar. photo by diah,from travelingdiah.blogspot.com
-capek2nya- foto edited by diah, from traveling diah.blogspot.com

Sebuah taksi  berhenti ketika mbak2 toko meneriakkannya untuk kami. Ah, mbak2 toko yang ramah dan welcome, suka deh kami dengan servis di tu toko, udah orangnya ramah, ditanyain ini itu pasti dibantu, ngasih air minum dan tempat duduk buat kita istirahat, eh, sampe manggilin taksi bt kami bertiga. Taksi Bosowa mengantarkan kepergian kami menuju Bandara Sultan Hasanudin Makasar. Jalanan makasar begitu padat dan keramaian kota begitu terasa. “jakartanya indonesia timur ya… rameee..”kata gw berkomentar melihat jalanan dari balik jendela taksi lama gak lihat kota….haha
*Goodbye Makasar… see u again, someday 
trio kampret 8 days at South Celebes

Tidak ada komentar: