Celebes pu Cerita (9) : Makasar - Secuil Cerita
H8 : Sabtu, 17 Mei
2014
Om-om kernet sibuk
manggilin penumpang yang belum turun dan memberi tahu bahwa bus akan berhenti
di pemberhentian terakhir. “peteran
peteran… terakhir terakhir…”. Teriak sang kenet. Bus Bintang Marwah yang
kami tumpangi sudah nampak sepi, cuman tinggal kami bertiga dan dua penumpang
yang masih molor. “huaah.. malesss turun,
masih pengen tidooor”kata gw sambik nguleet. baru kali ini naek bus yang
comfort banget, tempat duduknya kayak kasur, empuk, bin lebar dan panjang,
beneran executive bus banget lah,
tidur pun jadi terasa nyaman tanpa goncangan, haha *ndeso. Kami berhenti di
tepian jalan peteran dan langsung dikerubungi oleh banyak tukang ojek dan supir
taksi, bingung-bingungan mo kemana. Tapi untung sebuah penunjuk jalan
mencerahkan kami kemana kami akan melangkah. Sebuah papan bertuliskan, “McD, drive thru 500m” membuat kami
sepakat,”sarapan dulu yuk…. Sambil
isitrahat, charger hp, bersih2, jernihin pikiran, baru jalan”. Dan ternyata
500m itu gak deket, udah rasa jalan lama tapi koq gak sampe-sampe. “koq gak
sampe-sampe sih?dimana sih?gak keliatan?”kata gw mulai meragukan penunjuk
jalan. “naek pete-pete aja ya.. “usul gw dan semuanya sepakat. Udah poda males
jalan. Semenit naek pete-pete, tibalah kami di McD Alaudin. “yeeeiyy….. McD, akhirrrr nya, setelah nyaris setahun gak makan mcD,
yeiy… yieyy”teriak gw girang lantaran di papua emang kagak ada McD. Satu
jam lebih kami nongkrong di mcD, santé-sante saja, sambil nikmatin menu mcD
breakfast.
dari blog diah : travelingdiah.blogspot.com |
dari mcD Allaudin,
kami sepakat menggunakan taksi untuk mencapai pulau Samalona. Masih jam7 pagi
tapi panasnya udah kayak jam9, ditambah macetnya jalan, ah, bikin kami nyari
praktisnya ajah. Supir taksi yang berusia sekitar 50 tahunan bercerita panjang
lebar ketika kami mengomentari banyaknya poster JK yang disanding dengan poster
Jokowi. Padahal dikala itu, belum ada kepastian tentang pasangan
capres-cawapres yang akan maju di pilpres 2014. Supir taksi pun tak mau kalah
untuk berpendapat tentang calon-calon yang menurutnya layak menjadi presiden
untuk Indonesia, meski di satu sisi dirinya selalu berkomentar skeptic,” ah, semua pemimpin sama saja. gak ada yang
jujur..”katanya kemudian.
Samalona Island
cari perahu di kayu bangkoak. dari blog diah : travelingdiah.blogspot.com |
dermaga kayu bangkoak . dari blog diah : travelingdiah.blogspot.com |
Kayu Bangkoak
merupakan sebuah pelabuhan kecil dekat Losari yang dari sinilah
speedboat-speedboat nelayan banyak disewakan untuk menuju pulau pulau kecil
diseberang sana, P.Kayangan, P.Samalona, atao yang lainnya. Cukup lama kami
bersitegang dengan bapak penyewa kapal karena harga sewa yang menurut kami
tinggi. Kami pun saling keras berusaha mempertahankan harga masing-masing. hingga pada akhirnya disepakati menjadi
350.000 rupiah untuk mencapai Samalona. Hanya butuh waktu sekitar 30 menit
untuk sampai di Samalona. Gak jauh dari Losari. Bahkan makasar masih nampak
dari kejauhan di Samalona.
maen aer. dari blog diah : travelingdiah.blogspot.com |
Samalona sendiri adalah salah satu pulau dari
beberapa pulau kecil yang ada diseberang pantai Losari.ukuran pulaunya, menurut
google disebutkan cuman 2 Hektar, yang itupun tiap tahun akan mengalami
penyusutan oleh karena air pasang dan diduga akan menghilang beberapa tahun ke
depan. Uniknya, meski dekat dari pelabuhan besar makasar, meski dekat dengan
daratan makasar, perairan di sekitar pulau ini masih jerniiihhh banget. masih
biru, pasirnya pun putih, halus, meski gak sehalus pasir putih di pulau
Friwen,Raja Ampat (*haha). Sebuah pulau yang cantikk, namun banyak sangat
disayangkannya. pertama, pulaunya udah terlalu ramai. Entahlah, suka gw
dengan view nya, tapi terlalu ramai menurut gw. Lebih suka pantai yang sepi,
yang gak ada orangnya (*traveler egois). Meski kata Diah,”untung masih lumayan sepi…
kalo kepulauan seribu lebih rame banget disbanding ini. tapi mungkin
kalo weekend /masa liburan bakal rame kali ya”. tapi tetep aja menurut gw,
rame. dikit2, ada kapal dateng bawa serombongan orang. Snorkel areanya pun udah
berceceran pelampung-pelampung dari wisatawan yang asik snorkeling. Padahal
menurut gw, view bawa lautnya biasa aja,hanya beberapa terumbu karang masih
bertahan hidup diantara banyak terumbu karang yang mati. Tapi
diakui, ikan-ikannya banyak dan warna-warna (*gak tau ya akan sampe berapa
lama). Hal kedua yang disayangkan, masyarakat Samalonanya udah terlalu
komersil. why I say that? Kami baru turun aja udah didatengin banyak orang
nawarin snorkel gear. Satu setnya Rp.50.000 (menurut gw mahal), dengan kualitas
snorkel gear yang udah rusak2 (tak layak pake)karena mungkin banyak dipake dan
disewain. Ke toilet ditarik duit, mo duduk di para-para ditarik duit (satu
para-para Rp.50.000), dimana-mana dikuntitin mulu, dikit-dikit duit,
dikit-dikit duit. Dan yang lebih uncomrfotablenya lagi, kekurangan uang yang belum dibayar,ditagih2
mulu. Meeen, kita pasti bayar koq, toh kita juga masih disitu dan gak bakal
kabur. Mengutip kata diah,”sayang banget,
anak-anak di sini udah kenal duit. Dikit-dikit duit. Kepolosan anak-anaknya
hilang”. gw cuman menghela nafas panjang. ada korelasi antara materialism
yang tak tepat dengan kerusakan alam yang kelak akan terjadi. Ketiga, Kebersihannya
buruk. Sampah-sampah berserakan dimana-mana.sampah-sampah anorganik
sampah-sampah yang mungkin banyak dibawa wisatawan. Keempat, menurut gw gak ada management yang
baik di sana. siapa sih pengelola Samalona, sebuah pulau kecil dengan perairan
yang cantik? Gw rasa dikelola secara mandiri namun tanpa koordinasi yang baik
oleh masyarakat setempat. ah, serba salah. Diserahkan dipemerintah atau
masyarakat setempat tapi alam menjadi rusak, dikelola oleh swasta atau pihak
asing alam tetap terjaga tapi menjadi exclusive / mahal untuk dijangkau, dan
jadi terkesan alam sendiri tapi yang bisa nikmati orang asing. Serba salah. Ah,
entahlah. But overall, berani taruhan berapa, kecantikannya gak akan bertahan
lama. *yangpentingudahbisabilangIwashere.
Pantai Losari
Suasana kapal menjadi
tak seriuh saat kami berangkat. Deburan ombak menjadi lebih kuat menghantam
speed kami yang melaju melawan arus angin darat. Percikan air laut terasa asin
membasahi muka kami. Kami terdiam dalam lamunan masing-masing, antara rasa lelah
dan kesal karena pak kapal sempet ninggalin kami di samalona dalam jangka waktu
yang lama. “makan dimana nih??” Tanya gw ke diah dan afit. ada berbagai macam
pilihan tempat makan disepanjang jalan di losari. Resto, warung makan ataupun
kaki lima. Kalo lagi travelling gini, di suatu tempat baru, biasanya traveler
suka nyari kuliner khas daerah setempat. Kalo dari kata mbah Gugle, coto
makasar, konro, pisang eppe merupakan kuliner khasnya makasar. Tapi, tapi,
diantara kami bertiga gak ada yang terlalu berambisi untuk nyicipin kuliner2
ini, dan gak lama berpikir, kami sepakat untuk makan KFC, fastfood terdekat
yang bisa kami akses dengan jalan kaki dari kayu bangkoak,berseberangan dengan
pantai losari. “KFC aja yak?”usul salah
seorang dan semua menyetujui. Dua alasan utama kenapa kami bertiga lebih suka makan
fastfood, pertama karena dijamin rasanya bisa diterima (maklum, agak trauma
sama kapurung), dan kedua, bisa berlama-lama ngCharge gadget! Ahaha,manusia
2014 meen, sulit buat lepas gadget, apalagi si afit, kalo dilihat, pasti
mukanya lebih sering mantengin dua gadgetnya disbanding mandangin dua nona cantik
disebelahnya (*bwahahaha, pasti afit bakal komentar,””cantik?kalian?mending gw
mantengin hp gw jauh2 lah”). Puas
ber’gadget2’, kami beranjak menuju pantai Losari (tinggal nyebrang doank si).
“udahan yuk, keburu sunset” ajak afit bergegas keluar dari KFC. Suasana losari
begitu rame sore itu. Oh, ternyata sabtu sore, alias malam minggu. Ramenya
losari, beeuh, kalo gw amat2in sih ni tempat emang tempatnya nongkrong anak
muda dan masyarakat makasar sekitarnya,
disamping banyak juga dikunjungi turis2 lokal macam kami bertiga ini. ah,
sunset yang cantik di sudut barat Losari. Sungguh Indonesia
#negeriseribusunset. Malas bergerak, kami memilih satu sudut untuk menikmati
senja di losari sambil mencicipi pisang eppe dan saraba dua makanan khas
makasar. Pisang eppe sendiri, adalah pisang yang belum terlalu matang yang
dipipihkan kemudian dibakar dan diberi taburan bisa coklat,keju,durian.dan
macam-macam varian. Sedangkan saraba adalah minuman jahe yang dimasak dengan
gula merah yang kemudian diberi santan. Wedang jahe versi makasar lah, cuman
bedanya pake santan. Just a nice kuliner… unik, tapi maniiiisss
*gaksukamanis,*kansayasudahmanis.. haha
taken from diah blog : travelingdiah.blogspot.com |
Jalan Somba Opu –
Pusat Oleh-oleh Makasar
Rasa lelah sudah
menumpuk. Capek. Pengen istirahat, tapi masih ada satu yang belum dipenuhi
dalam perjalanan ini,cari oleh-oleh khas makasar, setelah sebelumnya
mengantongi oleh-oleh khas palopo dan oleh-oleh khas toraja. “setau gw sih pusatnya oleh-oleh Makasar tu
di jalan Somba Opu… cuman gw gak ngerti dimana itu”kata gw ke yang lain. “gugling deh”kata gw menambahkan. gw dan
afit pun langsung buka Map, cari direction menuju somba opu, kalo emang jauh ya
naek pete-pete or taksi aja. waktu dicari, ehh, ternyata cuman berapa meteran
doank dari losari. Berada di utara jalan losari, kami berjalan sekitar 10 menit
untuk sampai di jalan Somba Opu dan toko-toko dengan plang bertuliskan hal yang
kurang lebih sama,”toko oleh-oleh khas makasar” berjejer banyak di kanan kiri
jalan. Kami pun memasuki salah satunya yang terdekat. Diah, afit, dan gw pun
berpencar masing2 mencari apa yang dicari. Pertanyaannya sama,”mbak, yang khas makasar apa aja?”dan
mbak2 toko pun menunjukkan berbagai macam makanan khas makasar. Dari kacang
disco, kacang mete, minuman sari markisa, coklat makasar, dan berbagai macam
makanan khas lainnya. Semuanya dicomot dan dibeli. “wez, mboh, pokoke wez tak tukok’e nggo wong kantor.ben dho ra komentar
kabeh. nyoooh”kata afit sengaja membeli banyak oleh2 khas dengan banyak
variasi untuk rekan kerja di kantor, hal yang sama dilakukan gw dan diah. Hal
yang paling gw gak suka dari travelling selain perpisahannya, beliin oleh-oleh
buat orang2 yang ditinggalin, entah keluarga ataupun rekan kerja.. gak masalah
sih belinya, malesnya tu harus nyarinya, nentengnya, dan capekknya, tapi demi
dah demi.dua kardus mie dan sekantong plastic besar berisi oleh-oleh kami bawa
malam itu dari sebuah toko oleh-oleh. Fuuuh, capek dah capek.
oleh-oleh makasar. photo by diah,from travelingdiah.blogspot.com |
-capek2nya- foto edited by diah, from traveling diah.blogspot.com |
Sebuah taksi berhenti ketika mbak2 toko meneriakkannya
untuk kami. Ah, mbak2 toko yang ramah dan welcome, suka deh kami dengan servis
di tu toko, udah orangnya ramah, ditanyain ini itu pasti dibantu, ngasih air
minum dan tempat duduk buat kita istirahat, eh, sampe manggilin taksi bt kami
bertiga. Taksi Bosowa mengantarkan kepergian kami menuju Bandara Sultan
Hasanudin Makasar. Jalanan makasar begitu padat dan keramaian kota begitu
terasa. “jakartanya indonesia timur ya… rameee..”kata gw berkomentar melihat
jalanan dari balik jendela taksi lama gak lihat kota….haha
*Goodbye Makasar… see u again, someday trio kampret 8 days at South Celebes |
see diah version at http://travelingdiah.blogspot.com/2014/05/part-iv-jalan-jalan-makassar-ke.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar