berceritanya
Raja Ampat
(part IV)
Selasa, 11 Maret 2014 : Leaving for a while
(location : Yenbesser – Waiwo Dive Resort – Pelabuhan
Waisai,Waigeo - Sorong
Homestay semakin berantakan
pagi itu ketika semua orang sibuk berkemas. Pakaian, alat mandi, alat snorking
dan apapun bertebaran di semua ruang. rumah mungil tempat kami tinggal, akan
sepi lagi tak berpenghuni setelah kami pergi. Masyarakat mungkin tak akan lagi
mendengar kgaduhan yang sering kami ciptakan. Masyarakat mungkin tak perlu lagi
tepok jidat karena sering kami repotkan, pinjam dandang, pinjam ulegan, pergi
menumpang mandi di sumur mereka, dan banyak hal lainnya. Bocah-bocah kecil yang
selalu muncul dimanapun kami berada, entah di rumah, entah di jeti yenbesser,
yang selalu nampak ‘amaze’ dengan keberadaan dan tingkah kami mungkin akan
merasa sedikit kehilangan tanpa kami *tsah, pede
“Hitam kulit, keriting rambut… aku
Papuaa”
“walau nanti langit terbelah, aku papua…”
Lagu Edo Kondologit
terdengar nyaring berputar berulang ulang ketika kami tengah berkemas. Beberapa
bersenandung mengikuti lirik yang ada meski hanya bagian hitam kulit keriting
rambut saja yang selalu diingat, meski terkadang salah mengucapkan, dan meski
sering diplesetkan menjadi naik-naik ke puncak gunung. . tapi tak dapat
dipungkiri, Lagu Edo menjadi candu bagi kami selama di raja ampat, sejak
disenandungkan oleh bocah-bocah yang bermain di Jeti dekat homestay. “kalian
nyanyi apa kah?” Tanya seorang diantara kami ketika mendengar bocah bocah
bersenandung, sebuah lirik yang menunjukkan kebanggaan sebagai seorang papua,
menarik . “lagu papua om..” jawab seorang bocah yang paling besar.”coba ulang
lagi nyanyinya?”pinta salah seorang dari kami, dan mereka pun bernyanyi, meski
terdengar datar, senandungan mereka membuat kami tersenyum simpul. “coba tes
nyanyi lagunya yang lengkap?”kata seorang lagi. Tapi kali ini, semuanya hanya
diam tersenyum, tersipu malu. Tidak ada yang tau lagu lengkapnya bagiamana,
mungkin pernah mendengar, tapi tak ada yang hafal. “lagu ny om Edo Kondologit
to?”kata gw pada bocah-bocah mengkonfirmasi.” Gak ada orang papua yang gak tau
Edo Kondologit dan gak tau lagu ini. udah jadi lagu kebangsaan macam Indonesia
raya untuk orang Indonesia.”kata gw lagi menambahkan. Sudah agak lama gw denger
lagu ini, dan kata temen2 gw orang papua, “lagu Edo tu bikin kita bangga jadi
Papua dok. Sa kalo su dengar ini lagu, sa pu mata bisa berlinangan air mata..”
kata bu desa di kampung ongan,Papua beberapa waktu lalu. Bocah-bocah pun
kembali diminta untuk menyanyikan lagu Papua tadi, dan kali ini, semua bersiap
dengan kamera dan videonya. Ada hal yang menarik perhatian ketika mereka
bernyanyi, menyanyikan lagu ini, ekspresi mereka, senyum mereka, nada datar
mereka, gerak tubuh mereka, dan apa saja, bocah-bocah yenbesser selalu menarik
perhatian kami.
Pagi itu bocah-bocah yenbesser kembali
berkumpul di jeti tempat perahu kami tiba dan berlabuh. Ada nuansa yang
berbeda. Hari terakhir kami berada di yenbesser, dan mungkin jadi hari terakhir
bagi kami untuk bertemu mereka. anak-anak masih nampak terkagum dengan kami,
kekaguman yang sama dengan kekaguman kami pada mereka. kakRunny, kakLily, dan
lainnya memuaskan diri untuk mengabadikan moment bersama mereka. moment yang
mungki belum tentu bisa terulang kembali.
Satu jam perjalanan dengan kapal speed, kami tiba di Pelabuhan Waisai,Waigeo. ah, semakin dekat dengan perpisahan. kapal menuju sorong masih 2 jam lagi berangkat, rencana untuk berfoto ria di tugu raja ampat yang terletak sekitar 500meter kami batalkan lantaran matahari bersinar terlalu terik dan membuat kami malas berjalan kembali. "maen UNO aja yukk.."ajak kawan-kawan. dan Terminal pelabuhan Waisai pun menjadi tempat kami berlesehan ria berteriak bermain UNO. terminal yang semulanya sunyi menjadi ricuh oleh karena keberadaan kami. "UNO!!", "ASyem!", "kampret", "gancuk" teriak-teriakan tanpa mempedulikan sekitar, tanpo mempedulikan orang yang berlalu lalang yang cuman bisa merhatiiin kami, tersenyum, tertawa, dan geleng-geleng kepala. *maklum,backpacker.
pukul 14.00siang wit kapal marina kami melaju. Sorong, menjadi perpijakan kami terakhir kali sebelum perpisahan. ah, such a simple moment, but trully meaningful with many story with many people, many tradition, and many prespective on their own.
life on our own way.
Life is choice, its depend on our decision what will we do to our life. For me, I just want to enjoy it, enjoy
everymoment I have, enjoy every breath I take.. orang mo bilang apa, EPEN KA…^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar