Sabtu, 27 Desember 2014
Selasa, 16 September 2014
Ngasal Cuap : When U decide to Life Alone #randomthinking
Ngasal Cuap : When U decide to Life Alone #randomthinking
hidup itu pilihan cuy |
List
to Do & Prepared when U decide to
Life Alone
Life Alone
1. Have enough money (richer better).
Its mean u have to have a good career, have good business, and good investment
Its mean u have to have a good career, have good business, and good investment
2. Be healthy.
Have a good nutrition, eat well, sleep well, get exercise routinely so u still can be health and be productive till 70 y.o
Have a good nutrition, eat well, sleep well, get exercise routinely so u still can be health and be productive till 70 y.o
3. Make more
relationship, more friends, more network, more
connection.
Accidental Story of Wamena (6) : List of Wamena 2014
Accidental Story of Wamena (6) : List of Wamena 2014
merchandise from wamena |
Wamena itu :
· Wamena,
berasal dari bahasa Dani, Wam (babi) dan Ena(jinak / anak), yang berarti babi
jinak. Wamena merupakan ibukota dari Kabupaten Jayawijaya, salah satu kabupaten
yang terletak di Pegunungan Jayawijaya,Papua
· Wamena
merupakan kota yang terletak di ketinggian 1600mdpl dan memiliki suhu
udara rata-rata 14-18 derajat celcius. Jangan lupa bawa jacket.*brrr,dingin
· Lebih dikenal
dengan dengan Lembah Baliem, atau Baliem Valley, atau Grand Valley, yang
didiami oleh 3 suku asli, Suku Dani, suku Lani, dan suku Yali
Accidental Story of Wamena (5) : Sayurnangka eh Sayonara
Accidental Story of Wamena (5) : Sayurnangka eh Sayonara
angkutannya wamena itu ya minimal strada ato ford ranger |
Day 4 : Monday, August 11st 2014 : Sayonara
Last day at Wamena, times for leaving. kakakRoy mengantarkan gw ke
bandara, setelah sebelumnya menemani gw belanja markisa dan ipere untuk
oleh-oleh keluarga sentani. “hati-hati…
salam buat keluarga sentani..”katanya singkat sambil melambaikan tangan. Gw
tersenyum. Ah, sungguh kakakRoy yang baik (thx for ur kindness). Di sebuah
bangku ruang tunggu gw menunggu setelah sebuah tiket checkin gw pegang dalam
genggaman. Ruang tunggu penerbangan yang sederhana. Gak ada checking point, gak
ada gate, hanya sebuah ruang yang dibatasi oleh tembok bata dan atap seng. Gak
ada LCD untuk pengumuman penerbangan, dan gak ada toilet bersih. Truly wamena.
Minggu, 14 September 2014
Accidental Story of Wamena (4): Getting Lost Again ?
Accidental Story of Wamena (4): Getting Lost Again ?
Day 3 : Sunday, August 10th 2014 – Telaga Biru Maima
Telaga Biru, Maima
Kalo kebanyakan orang Jawa yang mayoritas adalah
muslim menganggap hari jumat adalah hari pendek (karena kegiatan terpotong oleh
ibadah shalat jumat), di sini, yang mayoritas adalah masyarakat nasrani, hari
pendek itu ya hari minggu, karena aktivitas baru bisa dimulai setelah acara
ibadah selesai, sekitar pukul 12.00 siang. Kalo kata temen-temen tu hari Minggu
adalah Harinya Tuhan, jadi gak ada aktivitas di minggu pagi, selain ibadah. Di
minggu pagi di Wamena itu jalanan sepi, hanya satu dua kendaraan yang berlalu
lalang, dan toko-toko pun semuanya tutup, gak ada aktivitas perdagangan kecuali
di Bandara, Hotel, dan Rumah Sakit. This why, agenda untuk hari Minggu, hari
ketiga gw dipending hingga siang hari, setelah acara ibadah gereja selesai.
Accidental Story of Wamena (3): Culture and The Outsiders
Accidental Story of Wamena (3): Culture and The Outsiders
Day 2 : Augt 9th 2014 – Hitigima and back to FBLB
Hitigima
Friska
kembali mengajak gw gabung dengan acara jalannya. Kali ini, gw pasrah, mo
kemana aja, hayuk dah. “soriii.. I’m
late..”kata gw yang datang paling belakangan. friska dan teman2nya sudah
cukup lama menunggu. “it’s ok, kita juga
baru datang koq”kata friska sambil mengenalkan teman-temannya. Teman2 yang
juga baru friska kenal hari itu. Ceritanya kakYesa gak bisa antar friska jalan2
so, friska ‘dititipin’ ke temannya yang ada rencana jalan ke luar wamena,
tepatnya di hitigima. Dari sini lah gw dikenalin dengan kakGasco, kakSelastina,
kak Marthen dariBelanda (semoga gw gak
salah mengingat), dan kakSintike. Bersama mereka, kami baku bonceng, friska
dengan kak Sintike, kakMarthen dg
kakSelastina, Dan gw dg kkGas. Sekitar
30 menit perjalanan, kami tiba di Hitigima, 20km arah timur wamena. Secara
letak, posisi hitigima lebih tinggi disbanding kota wamena, sehingga udaranya
jauh lebih dingin disbanding wamena (bah, wamena saja udah dingin…). Pemandangan
sepanjang perjalanan menuju hitigima gak kalah cantik dengan perjalanan
wamena-wosilimo. Ah, gw rasa gak ada pemandangan yang jelek di kabupaten
jayawijaya ini. pemandangan yang didominasi padang savanna dengan latar
bebukitan menemani perjalanan kami. keluar dari wamena, kami melewati pasar
Wouma,kemudian menyeberang jembatan miring yang nyaris ambruk… kakGas said,”it’s maybe the worst bridge I ever see..” motor
kkGas mencoba berjalan diatas papan kayu yang sudah pecah di sana-sana, motor
dan mobil dari arah berlawanan pun harus baku ganti satu sama lainnya untuk
melintasi jembatan.”hold on…”kata
kkGas. Gw yang bonceng dibelakang cuman tahan nafas, jangan sampe ban motor ni
selip di papan. Agak khawatir sih, but maybe it’s cool!kalo dijawa, jembatan
kayak gini mungkin udah masuk tivi kareNa kemiringan jembatan yang terlampau
miring dan banyaknya motor dan mobil yang melintasi jembatan ini. jelas, resiko
untuk jembatan ini amblas dalam waktu dekat itu besar. padahal sudah ada
jembatan baru dan besar di sisi timur jembatan, tapi entah kenapa belum
dioprasionalkan dan dibuka. Di sisi lain pemadangan sungai baliem yang terlihat
di bawah jembatan nampak begitu menarik perhatian. Air sungai yang berwarna kecoklatan dan tak
memenuhi seluruh lebar sungai menyisakan tepian sungai yang dipenuhi batukerikil-kerikil,
yang Uniknya nih, dipakai oleh banyak orang untuk mencuci dan berjemur. Jadi
inget sungai di india (kayak di film2 india). Gw perhatiin pakaian2 nampak
direntang dijemur dihamparan kerikil, beberapa mama-mama sibuk mencuci pakaian,
beberapa lainnya hanya nampak duduk-duduk sambil baku menganyam rambut, dan
yang bikin gw kaget adalah beberapa nampak tengkurapan badan ditepian sungai.
Meeen, itu lagi berjemur???? Sungguh. Just so unique. Truly like in india.
Accidental Story of Wamena (2): Amaze on Anything
Accidental Story of Wamena (2): Amaze on Anything
Still on Day
1 : Augt 8th 2014 - FBLB – Goa Lokale – Mumi Jiwika – Bukit Batu –
Pasir Putih
Goa Lokale
Puas menikmati pertunjukan di festival, kami
memutuskan untuk meninggalkan area festival dan menuju tempat berikutnya. Goa
Lokale, yang hanya berjarak sekitar 200 m sebelah utara dari lokasi festival. Dari friska, gw
kenal kakYesa, seorang batak yang sudah 5 tahun berada di Wamena, yang
mengantarkan kami ke Goa ini. ah, ternyata kakYesa sudah sering kemari sehingga
kenal dengan masyarakat setempat dan kami dipermudah untuk bisa memasuki goa. Goa
Lokale yang kedalamannya belum diketahui ini dipercaya merupakan goa
terpanjang di Papua. Dari pintu masuk, kami berjalan sekitar 20 meter melewati
banyak pohon pinus untuk bisa sampai di pintu goa. Menurut cerita kakYesa, pernah
satu kali seorang warga asing melakukan penelitian untuk mengetahui kedalaman
goa ini, tapi sudah 4 hari perjalanan ujung si Goa belum juga ditemukan,
sehingga mereka beranggapan goa ini memilik kedalaman yang cukup panjang.
Accidental Story of Wamena (1) : Where am I ?
Accidental Story of Wamena (1): Where am I ?
*Starting to write something
Day 1 :
Augt 8th 2014 - FBLB – Goa Lokale – Mumi Jiwika – Bukit Batu – Pasir
Putih
Matahari bersinar malu-malu dari balik kerumunan awan
pagi itu ketika gw bersiap berbegas menuju bandara. Ruang tunggu Bandar udara
sentani begitu ramai malas meski waktu masih menunjuk pada pukul 06.00 pagi.
Waktu bergulir, satu persatu pesawat dengan berbagai jurusan terbang mengikuti
pengumuman penerbangan pesawat yang dikumandangkan. Trigana air IL-241 yang
seharusnya termasuk pesawat yang terbang di awal tak kunjung disiarkan.
Ternyata seperti dugaan banyak orang, trigana terlambat terbang oleh karena
banyak alasan. Di salah satu sudut ruang tunggu gw menanti, berkutat dengan
gadget untuk sekedar mengalihkan waktu, sambil sesekali mengamati orang-orang
di sekeliling. Susasa ruang tunggu
bandara yang ramai mendayu, simpulku.
Trigana ATR = Kursi Pijat
Sekitar pukul 08.15, 1 ½ jam lewat melebihi jadwal terbang
seharusnya, pesawat trigana kami pun pada akhirnya lepas landas dan mengudara. Untuk
pertama kalinya gw naik pesawat tipe ATR. Dan rasanya naek pesawat ATRnya
Trigana itu berasa seperti sedang duduk di kursi pijat, getarannya, terasa dari
ujung kaki sampe ujung kepala. Sehingga meski kata orang 30 menit itu cepat,
bagi gw, 30 menit dalam pesawat ATR trigana terasa lamaaaa banget
*semogalekassampai dengan selamatjalan-jalan : Pantai Hamadi
Jalan- Jalan : Pantai Hamadi
“kamu sgalanya, tak terpisah oleh waktu.
Biarkan bumi menolak kutetap cinta kamu..
Judika – mama papa
larang
Lagu –lagu Judika
meramaikan perjalanan kami sabtu siang itu menuju pantai Hamadi. Piknik
Keluarga menjadi tema perjalanan gw kali ini. “yuk.. ke pantai. rame-rame, sekeluarga. Mumpung libur semua” Pinta
gw yang pada akhirnya berlanjut dengan 4 mobil yang dipenuhi oleh keluarga
besar tante ipar gw. di mobil kakak sepupu gw, ada gw, adek gw, kakak sepupu
gw, anaknya, om gw beserta tante dan dua anaknya.
Pantai Hamadi, yang terletak di distrik Hamadi,
Kota Jayapura, merupakan salah satu objek wisata pantai favorit yang ramai
dikunjungi saat musim liburan. Selain pantainya yang panjang, bersih, berpasir
putih, dan mudah di akses, pantai ini sudah dikelola dengan cukup baik oleh
masyarakat setempat sehingga nyaman untuk dikunjungi. Para-para / bale-bale
atau apapun itu namanya berdiri rapi di sepanjang pesisir pantai. toilet /
kamar mandi baik permanen maupun yang hanya berdindingkan anyaman bamboo pun
sudah tersedia banyak di dekat para-para. Di pintu masuk, beberapa penduduk
lokal akan menarik tariff masuk sebesar 20.000 permobil atau 10.000 permobil
tanpa melihat jumlah penumpang sebagai pengunjung. Sedangkan untuk bale-balenya
satu bale-bale akan dipungut biaya sekitar 50.000 – 100.000. yah, cukup murah
lah untuk acara piknik keluarga.
cuap-cuap PTT : sekedar bercerita
Cuap-cuap PTT : Sekedar Bercerita
“ derita itu akan
menjadi lebih ringan ketika kita membaginya. Sedang kebahagiaan akan menjadi
berlipat ketika kita membaginya” –dee,2014-
Kamis, 3 Juli 2014 ( 5 Ramadhan 1435H)
Lamunan itu
terpecah ketika segerombolan orang datang membuat kericuhan di halaman tengah
puskesmas. Bukan orang mabok, bukan pula orang bertengkar. Seseorang yang
nampak tak seperti seseorang yang sakit dikerubuti oleh banyak orang. “dokter, dokter… tolong ini ada yang
kebakaran!!!” teriak seseorang dengan cemas padaku. Gw pun bergegas
mendekat. Semua orang nampak panik kecuali satu orang, orang yang terkena luka
bakar. “aish… ora popo yo… santé..
santé…” kata Om Pi’i, nama yang akhirnya kuketahui belakangan. Ekspresinya
jauh dari rasa sakit, malah sebaliknya hanya cengar-cengir bercanda. “wah… ganti kulit iki…”katanya lagi. Gw
cuman bengong, di level luka bakar seluas ini dengan bulla dimana-mana, Om Pi’i
masih saja bisa tertawa. Ketika seseorang bertanya tentang rasa sakit dirinya
menjawab,”hah… sakit’e wez lewat…. Santé
to…”katanya lagi. Gw gak terlalu percaya dengan apa yang dikatakannya. Gw
suruh omPi’I untuk berdiri di dekat sumur dan sekujur air langsung diguyurkan
padanya dan dirinya masih saja tertawa haha-hihi.
Luka bakar
derajat II dengan luas sekitar 20% yang mengenai lengan dan tungkai kiri om
Pi’I terjadi sekitar 6 jam sebelum dirinya tiba di puskesmas kami. lengan dan
tungkainya tersambar api ketika dirinya hendak menyalakan tungku dengan
menggunakan lentera yang berisi bensin, di tengah hutan, di salah satu camp
para penebang kayu. Om pi’i sendiri adalah seorang pemburu burung (semoga gw
gak salah menyebutkan), yang yaah, kesibukan hari-harinya ya di dalam hutan,
sehingga untuk bisa sampai di puskesmas butuh waktu berjam-jam lamanya.
Senin, 09 Juni 2014
looking for
wake up in the morning and realize its not true... there're something not in their way and I think its time for me to find my Lord again as soon as possible before 'something' happen.
I'm happy enough, but I know,Its not what i looking for.... *marimencaridanmencari (monday, june 090614)
Sabtu, 07 Juni 2014
numb
when we tired to listen people's say.. close the eyes, close the ears, just feel what ur heart say (070614)
Celebes pu Cerita (10) : Akhir SebuahCerita
Celebes pu Cerita (10) : (Monolog) Akhir Sebuah Cerita
"menyusun mimpi
baru” kata afit, di suatu malam dalam sebuah percakapan
Celebes pu Cerita (9) : Makasar - Secuil Cerita
Celebes pu Cerita (9) : Makasar - Secuil Cerita
H8 : Sabtu, 17 Mei
2014
Om-om kernet sibuk
manggilin penumpang yang belum turun dan memberi tahu bahwa bus akan berhenti
di pemberhentian terakhir. “peteran
peteran… terakhir terakhir…”. Teriak sang kenet. Bus Bintang Marwah yang
kami tumpangi sudah nampak sepi, cuman tinggal kami bertiga dan dua penumpang
yang masih molor. “huaah.. malesss turun,
masih pengen tidooor”kata gw sambik nguleet. baru kali ini naek bus yang
comfort banget, tempat duduknya kayak kasur, empuk, bin lebar dan panjang,
beneran executive bus banget lah,
tidur pun jadi terasa nyaman tanpa goncangan, haha *ndeso. Kami berhenti di
tepian jalan peteran dan langsung dikerubungi oleh banyak tukang ojek dan supir
taksi, bingung-bingungan mo kemana. Tapi untung sebuah penunjuk jalan
mencerahkan kami kemana kami akan melangkah. Sebuah papan bertuliskan, “McD, drive thru 500m” membuat kami
sepakat,”sarapan dulu yuk…. Sambil
isitrahat, charger hp, bersih2, jernihin pikiran, baru jalan”. Dan ternyata
500m itu gak deket, udah rasa jalan lama tapi koq gak sampe-sampe. “koq gak
sampe-sampe sih?dimana sih?gak keliatan?”kata gw mulai meragukan penunjuk
jalan. “naek pete-pete aja ya.. “usul gw dan semuanya sepakat. Udah poda males
jalan. Semenit naek pete-pete, tibalah kami di McD Alaudin. “yeeeiyy….. McD, akhirrrr nya, setelah nyaris setahun gak makan mcD,
yeiy… yieyy”teriak gw girang lantaran di papua emang kagak ada McD. Satu
jam lebih kami nongkrong di mcD, santé-sante saja, sambil nikmatin menu mcD
breakfast.
dari blog diah : travelingdiah.blogspot.com |
Celebes pu Cerita (7) : Palopo - Negerinya Para PHP
Celebes pu Cerita (7) : Palopo - Negeri
Para PHP
“negeri ini Kaya.
Alamnya, budayanya. Hanya bagiamana kita sebagai generasi muda mau menjaga dan
mempertahankannya”
H6 :
Kamis,15 Mei 2014
Matahari
bersinar terik siang itu ketika kami satu persatu mulai terbangun dari lelapnya
tidur. Pukul 09.00 siang waktu Indonesia bagian palopo, dan basecamp GMKI
cabang Palopo (rumah kedua kakAnto) yang menjadi tempat kami beristirahat
nampak berantakan, semua barang, keril berserakan dimana-mana. Anak-anak masih
bermalas-malas untuk bergerak. Dua belas jam bukanlah waktu yang singkat untuk
sebuah perjalanan motor. Energy terkuras, ditambah dg dua hari pendakian
membuat Otot-otot seluruh badan menjadi tegang dan terasa nyeri sangat jika
disentuh. Sekaleng susu ‘beruang’ bear brand menjadi penyegar pagi itu (eh
siang denk). “Jadi, kita mo kemana hari
ini?”Tanya gw. “kita makan kapurung
dulu, putar kota palopo sebentar, ke sungai jodoh, makan lapak-lapak di rumah
aidil , baru lanjut ke Toraja. bagaimana?’kata kakAnto, dan kami pun
sepakat. Sebuah mobil avanza kami sewa untuk membawa kami jalan-jalan. Aidil
kribo menjadi driver kami, dan pipit pacar aidil,Pipit dan kawan palopo lainnya
menjadi guide kami hari itu.
Celebes pu Cerita (8) : Toraja - Kearifan pada Kematian
Celebes pu Cerita (8): Toraja - Tanah para Leluhur
“Berteriak lantang, aku selamatkan
kau
Berteriak lantang, aaaakuu selamaaatttkaaannnn
kauuuuu
Beri tanda, aku datang, menjemputmu,
menjemputmu
Beri tanda, aku datang, menjemputmu,
menjemputmu”
(Sheila
On 7, Menyelamatkanmu)
H7 :
Jumat,16 Mei 2014
Lagu
Sheila on 7, Menyelamatkanmu berputar nyaring dari dalam mobil. 2014, tapi
masih ada ternyata mobil yang pake ‘kaset pita’ untuk memutar musiknya, hingga
jadilah kami selama perjalanan hanya mendengarkan lagu dari album pertama
Sheila on 7 berulang-ulang. Suasana kembali menjadi ceria dengan lagu-lagu
Sheila setelah sebelumnya terasa canggung lantaran gw ama diah marah-marah sama
kakAnto gegara anak-anak yang bangun
siang dan kami kesiangan. “katanya jam
7?jam 7 wib?oh, jam Indonesia denk…”kata gw ketus ke kakAnto yang
menghampiri gw ama diah yang bermuka kecut di beranda basecamp gmki palopo. “iya,sori, sori, ya udah, yuk jalan…”kata
kakAnto gak berani banyak bicara ketika waktu sudah menunjukkan pukul 09.00
siang. Tapi kemarahan itu gak berlangsung lama, gak lucu juga kalo jalan-jalan
sambil marah-marah, haha… (*resiko jalan sama cewek2 Taurus, sekali marah,
nyruduk beneran :p ).
Jumat, 06 Juni 2014
Celebes pu Cerita (6): trully Unexpectable Moment I ever Had
Celebes pu Cerita (6): So Unexpected
Trip
“12 hours we spent on motocycle,
riding from enrekang to palopo across tana toraja and north toraja, and that’s
so un expectable moment I ever had” tutut, 2014
H5 : Rabu,14 Mei 2014
Indonesia itu Indah. Enrekang itu Kaya, dan Latimojong itu
Luarbiasa (capeknya). Rasa lapar yang mendera kami padamkan segera ketika pada
akhirnya kami tiba di basecamp kami di dsKarangan. Lagi-lagi mie instan menjadi
menu andalan yang mudah dan cepat untuk disajikan. Rasa lelah kami lampiaskan
dengan bermalas-malasan dalam waktu yang cukup lama di basecamp. Teh hangat dan
beberapa biscuit ringan pun langsung lenyap seketika menemani kami
beristirahat. Huuffff, akhirnya, setelah dua hari dua malam selesai juga
perjalanan latimojong kami.
Celebes pu Cerita (5) : RanteMario - and finally my 2014's Resolution no.2 is Done!!
Celebes pu Cerita (5) : Rantemario 3478
mdpl Puncak Tertinggi Celebes
,”kalo di rinjani ada yang namanya 7 bukit
penyesalan. Kalo ini,namanya Unlimited Bukit Penyesalan… kampreett!!!”
Afit,2014
H4 : Selasa,
13 Mei 2014
Dinginnya
Pagi & Arti sebuah Semangka
Suara gemericik air hujan terdengar lembut jatuh
membasahi tenda kami. gerimis tak kunjung berhenti semenjak semalam. Berharap
gerimis segera reda sebelum kami melanjutkan perjalanan menuju pos pos
berikutnya. “Woyy… bangun, banguuun…”
teriak seseorng dari tenda sebelah sambil mengguncang-guncang tenda kami. “haizzz… siapa sih ini? mengganggu sekali..
masih mengantuk ini..” gerutu gw. udara terasa sangat dingin, lebih dingin
disbanding waktu di Karangan. Matras pun tak mampu menahan lembab dan dinginnya
tanah pos 5. Waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi waktu Indonesia bagian
pos 5 latimojong dan Diah langsung bangun bergegas mencari kompor berencana
untuk membuat ‘nutrigel birthday’nya yg
rencana akan dinyalakan di puncak Rantemario. Rencana yang pada akhirnya batal
lantaran kami terkena badai waktu di Puncak. “wohoiii… bangun, banguuun… su siang ini” teriak seorang lagi, kali
ini mengguncang-guncang tenda sebelah. Betul adanya, cahaya sudah cukup terang
untuk beranjak dan beraktivitas. Satu persatu bangkit dan segera mempersiapkan
sarapan paginya, kopi, susu, dan snack ringan menjadi pembuka sebelum sarapan
pagi dimulai. Aidil dan Sere mendapat tugas untuk mengambil air di sumber air
ditemani Kamal dan gw yang penasaran sejauh apa sumber air di pos 5. Dan
ternyata, 500 meter itu, jauh banget. lumayan lah, pemanasan sebelum trekking,
dengan medan yang licin, menurun,dan banyak terhalang oleh pepohonan yang su
lama tumbang dan tentu saja, lumut dimana mana. Tapi hal ini menjadi tak ada artinya ketika sudah
sampai di sungai yang menjadi sumber air kami. cantik banget aliran
sungainya!!! Aliran sungai yang beradu menerobos bebatuan yang licin oleh
tebalnya lumut menyeruak diantara lebatnya pepohonan. Udara yang dingin menjadi
tak seberapa disbanding dengan dinginnya air sungai yang jernih dan deras
menyerupai air terjun kecil lantaran mengalir dari susunan batu bertingkat. “brrrr… gilaaaa, dingin banget!!! ini mah
lebih dingin daripada air es di freezer rumah ni”kata gw ketika mencelupkan
tangan ke dalam air. aidil ketawa,”ayo…
coba mbak masukin tangan selama 5 menniiitt saja, berani gakk??” kata aidil
menantang. “ah… ogah. Elo aja dah. Sana
gih, coba, ntar kalo tahan 5 menit gw traktir dah”kata gw ngajak taruhan.”ah, mbak aja ya.. 2 menit deh…”tawar
Aidil, tapi gak ada satupun yang mau. Masukin tangan sebentar aja udah beku,
apalagi mo dua menit. Kami pun membatalkan taruhan, memilih untuk segera
membersihkan diri cepat-cepat, sikat gigi,dan mengisi air pada botol-botol
bekal. Tapi, meski dingin, air yang diperkirakan bersuhu sekitar -30C
ini seger banget buat cuci-cuci muka. Lumayan lah biar muka kusut jadi agak
segerannnn *hii, meringis.
Celebes Pu Cerita (4) : Latimojong - Never Ending Nanjak
Celebes pu Cerita (4) : Latimojong - Never Ending Climbing
“tarek
nafas dooollloooooo” Awall,2014
H3 : Senin,
12 Mei 2014
Udara
dingin desa Karangan menusuk tajam menembus tubuh yang mungil ini *tsah. Dua
jaket tebal, kaos kaki, sarung tangan, dan kantong tidur bahkan tak banyak
mengurangi rasa dingin di pagi itu. *brrrh….. hujan turun dengan derasnya
selama semalaman makin menambahkan dinginnya udara di desa Karangan. Rasa
dingin yang membuat kami menjadi semakin malas beranjak dari kantong tidur
masing masing. Gw bangkit, berusaha melawan rasa dingin di badan,menyiapkan
menu sarapan yang sama dengan menu sebelumnya,telur, sayur, dan nasi panas. Tak
berselang lama, satu persatu kawan lain terbangun, dan bergegas menyiapkan
perlengkapan pendakian. Kamal, dan Awall yang menjadi team leader,
mengkoordinasikan alat dan perlengkapan yang ada.”bawa pakaian secukupnya aj, barang yang gak perlu ditinggal di sini.
yang bawa keril 4 orang saja, yang lainnya free, jadi kalo kecapekan biar bisa
gantian.” kata Kamal menjelaskan. empat keril,tiga daypack berisi tiga
tenda bermuatan 3-4orang,beberapa sleeping bag, 3 nesting 2 kompor, pakaian dan
peralatan pribadi, obat-obatan, dan logistik selama 2 hari pendakian selesai
kami siapkan dengan cepat. Selesai menyiapkan peralatan, kami bergegas untuk
sarapan. Awall, yang belum lama ini mendaki latimojong, memberikan pengarahan
tentang medan yang akan kami tempuh.
“target kita hari ini sampe di Pos 5 saja. tapi ya kalo bisa sampe Pos 7, lebih
baik lagi. Dari sini ke Pos 2 medannya cenderung gak terlalu mendaki. Di awal
nanti sampe pos 1 kita melewati perkebunan2 masyarakat. Dari pos 1 ke pos 2 cenderung
menurun karena posisi pos 2 yang cenderung di bawah. Sumber air juga banyak di
Pos 1 dan Pos 2, jadi gak usah terlalu khawatir masalah air. dari Pos 2 medan
akan terus menanjak, sumber air gak ada di pos 3 dan 4,jadi kita harus ada
persediaan air yang cukup dari pos 2. Di Pos 5 deket sumber air, dan kita akan
bermalam di sana. Besok pagi, baru kita lanjut untuk summit, dan langsung turun
kembali ke Karangan” kata Awall panjang lebar. Yang lainnya menyimak dengan
seksama. Dari 11 orang, hanya 3 orang saja yang sudah pernah mendaki
Latimojong. “nanti di pos 2, jangan lupa
untuk melekatkan rotan di tubuh, boleh dibikin gelang, kalung atau apapun. Udah
jadi tradisi pendakian di sini, harus seperti itu” Awall menambahkan. “emang kenapa harus pake rotan?’tanya gw
penasaran. Awall gak bisa kasih penjelasan,”yaaah,
udah jadi tradisi. Itu pesannya dari masyarakat di sini” jawab Awall. Gw,
diah, dan afit saling berpandangan. Hmmm, dimana di situ bumi dipijak disitu
langit dijunjung. “ada pantangan tertentu
gak untuk ndaki latimojong?”Tanya diah kemudian. Awall tersenyum,
menggeleng.”cuman itu saja, harus pake
gelang rotan, nti kalo kita liat ada rotan, kita buat di sana. pantangan lain
gak ada, yang penting etika di alam aja, seperti biasa.”jawab Awall santai.
Tepat
pukul 08.45 wita kami memulai langkah pendakian kami setelah sebelumnya berdoa
dan berteriak untuk kesuksesan pendakian kami. Awal menjadi leadernya dan Kamal
menjadi sweepernya. Perkebunan kopi milik masyarakat mendominasi pemandangan
sepanjang perjalanan dari basecamp hingga pos 1 Buntu Kaciling. Medannya pun tak terlalu sulit berupa jalan-jalan
setapak batu menembus bukit-bukit kecil penuh pohon kopi, ataupun lahan kebun
masyrakat setempat. Karena banyaknya bukit-bukit dan jalan setapak inilah yang
kadang membuat pendaki agak sedikit bingung menemukan jalan menuju pos 1,
ditambah lagi tak adanya penunjuk jalan menuju ke arah sana. beruntung leader
kami Awall yang berada di depan sudah beberapa kali mendaki gunung ini,
sehingga tak terlalu sulit baginya untuk mengarahkan kami hingga tiba di Pos 1
satu jam kemudian.
Pos 1
sendiri, terletak di atas suatu bukit yang masih berada di areal perkebunan
kopi. Sebuah gubuk singgah berdiri tak jauh dari Pos 1 menjadi tempat
peristirahatan sementara kami. melihat banyak batang rotan bersebaran di
sekitar gubuk, Awall langsung berinisiatif untuk membuat gelang rotan untuk
dirinya. Kawan lainnya pun mengikuti. Dipotongnya rotan dan dirautnya hingga
halus dan diikatkannya pada pergelangan tangan. Adek kecil Rendi nampak asik
dengan pisaunya, meraut dan menganyam rotannya agar nampak berbeda dengan yang lain. “looh, koq bikin di Pos 1?? Katanya bikinnya
di pos2?”Tanya gw. “gak papa, bikin
di sini juga gak papa koq. Yang penting ada rotan”jawab Awall yang masih sibuk
dengan gelang rotannya. “tutut mau dunk
dibikinin..”pinta gw pada yang lain.
pisau lipat yang hanya berjumlah tiga digunakan bergantian dengan yang
lain. Bocor yang sudah selesai membuat gelang rotannya, mendekat meminta lengan
gw untuk dipasangkan gelang rotan buatannya. Gw tersenyum,”aseeekk… dibikinin…. Entar tutut pake dah
sampe besok2”kata gw kegirangan. Tambah lagi koleksi gelang di tangan.
Bocor hanya diam, sedikit tersenyum. Selama perjalanan, dirinya tak begitu
banyak berbicara, tapi sangat dan super membantu sekali. Satu kawan pendaki
yang belakangan diketahui abis ditinggal kawin pacarnya. Konon pendakian ini
adalah pendakian galaunya. Pendakian untuk menghilangkan kegalauan yang mendera
di jiwanya *tsah. *wishU’reOkayBocorBoy^^. Role No.3 : Dimana Bumi Dipijak Disitu
Langit di Dijinjing.
Jangan lupa pake Gelang Rotan selama pendakian Latimojong ya kawaaannn.
Tak
lama beristirahat, kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 2.dari Pos 1 ini
medan baru mulai memasuki hutan. Belantara hutan yang cenderung basah karena
banyak ditumbuhi lumut. Hal ini pulalah yang membuat suhu di Latimojong lebih
dingin dibanding gunung2 yang mungkin lebih tinggi seperti Rinjani ataupun
semeru. Bisa dibilang Hutannya Latimojong tu Hutan Hujan Tropis. Jalan setapak
yang dilalui cenderung berlumpur dan licin. Kata diah,”tanahnya merah..” tapi menurut gw bukan,”ah, warna coklat koq..” bantah gw.”ini tanahnya merah tut..”. “ini
lhoo, warnanya coklat. Merah tu kayak gini”tunjuk gw ke jaket gw.
perdebatan yang sebenarnya tak penting -_-“. Mungkin yang dimaksud diah adalah
tanah merah, tanah lumpur, tanah liat lah ay. Tanah yang subuh untuk dipakai
bertani (wooh, that’s why enrekang menjadi daerah perkebunan yang menjadi pemasok
utama kebutuhan sayur mayur di Sulawesi selatan). Selain masalah medan yang
berlumpur dan licin, pacet menjadi salah satu momok mendaki Latimojong. Pacet,
yang berhasil membuat ‘many hole’ di tangan, kaki (waktu dihitung ternyata ada
24titik bekas gigitan). Awalnya gw gak terlalu peduli dengan yang namanya
pacet. Cuman ngisep darah doank koq. “oh,
noh, isep noh, darah gw banyak” kata gw gak terlalu peduli. Abis ngisep
juga nglepas sendiri. Diah yang pake sandal rajin banget nyemprotin
hansanitizer ke dorang pu tangan dan kaki karena lumayan efektif mencegah
nempelnya si pacet, dan mempercepat lepasnya pacet dai tubuh. Makanya lumanyan
gk digigit pacet. Sedangkan gw, beuuh, berdarah dimana-mana bekas pacet tapi
tetep masa bodoh. t api, after several time, abis turun gunung barulah efeknya
muncul, garuk, garuk, dan menggaruk. Luka bekas gigitan pacet itu tiada ampun
gatalnya, gak mau hilang, kalo belum nimbulin koreng *maaaak. Role No.4 : Every
Place has their own unique character.kenalin karakter suatu gunung sebelum didaki, dan persiapkan segalany. Jangan lupa pake sepatu gunug ya
kawan, jangan bodo’ kayk gw yg pede pake sandal,haha Mendekati pos 2,medan mulai menurun, dan terus menurun.
Suara aliran air semakin deras terdengar. Yap, Pos 2 terletak tepat disebelah
derasnya aliran sungai. Sebuah batuan datar seperti piringan berada sedikit
lebih tinggi dari aliran sungai, dengan sebuah tebing batu besar yang
menaunginya menjadi satu gambaran dari Pos 2 Sarang Fakfak. Waktu menunjukkan
pukul 12.00 wita ketika awall, bocor, yusar,rendi, dan gw menjadi yang pertama
tiba di Pos 2. Puas mengabadikan gambar di pos 2, kami pun menyiapkan menu
makan siang. Semalam sebelumnya kamal dan kawan lainnya sudah membuat ‘lontong’
bekal pendakian kami sehingga kami hanya perlu memasak lauk dan pelengkapnya
saja. salah satu strategi penghematan waktu^^. Satu hal yang lucu adalah menu
ikan asin. Baru kali ini naek gunung bawa bekalnya ikan asin. Tapi ternyata
orang Sulawesi, khususnya orang palopo yang gw ketahui, mereka doyan dengan
yang namanya ikan asin. Padahal, secara nutrisi, gak ada sama sekali, tapi kalo
dilogika lagi, menu ikan asin bagus juga untuk pendakian. Baik untuk mengganti
elektrolit yang hilang selama pendakian. Kan,natriumnya ikan asin tinggi
bangeet. Hal konyol lainnya adalah
ternyata margarine yang kami bawa untuk menggoreng ikan asin tertinggal di
basecamp, sehingga terpaksa deh tu si ikan cuman dibakar-bakar saja di atas
api. Geli liatnya, dimakan aja bikin gatal di lidah, eh, tapi enak juga yaaa
*meringis. Diah yang dari awal sudah bilang,”no..
no… gw gak suka ikaaan!apalagi sarden ato ikan asiin”, terpaksa selalu
mendapatkan menu tersendiri, mie rebus, tanpa sarden ataupun ikan asin, disaat
yang lainnya begitu menikmati ikan asin bakar yang disantap bersama lontong2an
buatan kawan.
pos II buntu kaciling |
“ok, kita lanjut lagi
ya…”ajak Awall. Semuanya
pun bangkit dari istirahatnya. “Semangkaa????”teriak
Awall, dan yang lain menjawab,”Semangat
Kalolo…” berkali-kali si Awall atau yang lainnya berteriak,Semangka!!! yang lainnya jawab : Semangat Kalolo. awal yang gw gak terlalu peduli mereka bicara
apa,gw jadi penasaran.”Awall, semangat kalolo apaan sih?” Tanya gw. “kalolo tu bahasa paloponya pemuda. Anak
laki-laki. Makanya, Semangka!!!!semangat Kalolo, semangat kau pemuda!!”
kata Awall sambil tersenyum. Gw baru paham kalolo aartinya anak laki-laki to.
“jadi, kalo anak perempuan apa?”Tanya
gw lagi. “anak dara…”jawab Awall
singkat. Gw langsung bongkar tertawa,”bwahaha..
apa? Anak dara? Burung dara kaleee…haha.lucu banget sih”,kata gw. “Semangka!!! Semangat kalolo, semangat ko nak
Dara…”kata Awall lagi. Gw cuman tertawa, sekali lagi tertawa, aneh-aneh
saja ni bahasa palopo. Gw pun ikutan berteriak,”diah.. Semangka!!!semangat ko nak dara…” . kami pun melanjutkan
perjalanan. Dan setiap kawan-kawannya mulai nampak lelah, Awall hanya berteriak,”Semangka???” dan selalu kami jawab
dengan lantang,”Semangat Kaloloooo…” *such
a nice yell
Jalur
dari Pos 4 menuju Pos 5 tak jauh berbeda dengan Pos 2-3 dan Pos3-4,bahkan
cenderung lebih tak terlalu melelahkan karena beberapa kali dapet ‘jalur bonus’
karena jalur yang cenderung datar. Jarak antara pos 4 hingga pos 5 pun tak
terlalu jauh, sekitar 1km jauh jaraknya. Tepat pukul 17.00 sore kami tiba di
Pos 5 Soloh Tama, dengan ketinggian 2625mdpl.
“wa…akhirnya…sampe juga di Pos 5. Gilaaa… trekkingnya gilaaa…kampret, kampret”kata
gw berteriak sambil meluk pohon dengan papan bertuliskan “Pos 5 Soloh Tama”. Tak lama berselang, afit, diah dan kamal
menjadi yang terakhir datang. tak lama berdiskusi, Kamal dan Awall memutuskan
untuk menghentikan perjalanan sampai di Pos 5. “ok… sampe sini saja ya… kita ngCamp, terus besok turun…haha”kata
Awall malah bercanda. Mengingat hari yang sudah senja, angin yang mulai
kencang, dan kemungkinan turun hujan,dan badai dan fisik kawan2 yang sudah jauh
menurun, disepakati tim untuk berTenda
di Pos 5, perjalanan menuju Pos 6 dan 7 dirasa tidak memungkinkan untuk
dilanjutkan hari itu, melainkan keesokan
harinya. Angin berhembus dengan kencangnya ditambah suhu udara di Pos 5 yang
sangat dingin membuat kami benar-benar berat untuk melakukan aktivitas. Kamal
dan seorang kawan bergegas mengambil air di sumber mata air yang berjarak
sekitar 500 meter dari area perkemahan sebelum matahari terbenam. For your
information aja, Pos 5 sendiri berupa satu lokasi datar yang luas yang
dikelilingi banyak pohon tinggi ramping menjulang ke atas. Tanahnya tanah lumut
yang basah dan lembab. Sumber mata airnya lumayan cukup jauh dari lokasi Pos,
yaitu sekitar 500 meter, 20 menit berjalan kaki menurun ke bawah ke arah timur
laut.
Angin
semakin kencang, dan cahaya semakin temaram karena malam, dan kami pun lekas
mendirikan tenda, tiga tenda untuk 11 anak manusia. gw bertiga dengan diah,
afit, satu tenda berisi kamal,awal,bocor,dan k’Anto, dan satu tenda lainnya
dihuni aidil,sere,yusar,dan adek kecil rendi. Makan malam kami segerakan untuk
bisa mendapat kehangatan dalam tenda, dan satu persatu pun beranjak dari dunia nyata, ke dalam dunia mimpinya
masing-masing.
Meski
satu persatu kawan cepat terkapar dan terpejam, malam itu, gw, diah, afit
memilih menghabiskan malam dengan bercerita. Saling bercerita tentang kehidupan
yang sudah kami jalani, kehidupan gw, kehidupan afit, ataupun kehidupan diah.
Kehidupan kami bertiga yang sangat
berbeda satu sama lainnya. Dan lagi-lagi, masa lalu, menjadi satu pokok
pembicaraan yang tak pernah luput untuk dibahas (masa laluuuu biarlah masa laluuu, jangan kau ungkit, jangan ingatkan
akuuuu * lets sing, dangdut, ) we have three different character, we have
three different kind of life, and we have our own perspective bout life, but
here we’re.. we still happy, and enjoy with this (270514 00.17)
pos 5 |
Langganan:
Postingan (Atom)